MAKLUMAN :


widgeo.net

Friday, January 30, 2009

Fatwa Ulama-Ulama Al Azhar: “Haram Berdamai dengan Israel”


Perihal Israel (Yahudi) ini telah pun ada Fatwa yang telah di keluarkan oleh Jawatankuasa Fatwa Ai-Azhar.

Pada hari Minggu, 18 Jumadal Awal 1375 H/Januari 1956 M, Jawatankuasa Fatwa Al-Azhar mengadakan pertemuan khusus yang diikuti oleh anggota dewan ulama-ulama Al-Azhar dan dipimpin oleh Prof. Sheikh Mohammed Hassanein Makhlouf, salah seorang ulama ulong Al-Azhar, yang juga mantan mufti Mesir. Pertemuan itu dihadiri oleh Syaikh Isa Manun, Dekan Fakulti Syariah dari Mazhab Syafi'i, Syaikh Mahmoud Shaltout, dari Mazhab Hanafi, Sheikh Mohamed Thaneikhi, Pengarah Badan Dakwah dan Bimbingan Keagamaan, dari mazhab Maliki, Syaikh Muhammad Abdul Lathif As-Subki, Pengarah Penyelidikan Universitas Al-Azhar dari mazhab Hanbali dan Syaikh Zakaria Al-Birri, Bahagian Jawatankuasa Fatwa.

Fatwa yang dikeluarkan adalah seperti berikut:

Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Swt, Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw, dan juga kepada keluarga dan para sahabatnya. Jawtankuasa Fatwa Al-Azhar Asy-Ayarif telah menilai beberpa pertanyaan tentang pandangan Syariat Islam berkaitan hukum berdamai dengan Israel yang telah merampas tanah Palestin, kemudian mengusir penduduknya, membunoh para wanita, anak-anak, orang tua dan pemuda, merampas harta benda mereka dan melakukan perbuatan-perbuatan keji di tempat-tempat ibadah dan tempat suci kaum muslimin.

Juga tentang hukum berteloransi dan tolong menolong dengan negeri-negeri yang membantu Yahudi dalam menyerang Negara Islam, membantu mereka dengan sokongan politik dan bantuan untuk mendirikan negara Yahudi di tengah-tengah kawasan negara-negara Islam. Dan juga tentang hukum bersekongkol dengan negara-negara Barat yang tujuannya tidak lain agar Yahudi dapat menguasai Palestin.

Dan juga tentang tanggongjawab kaum muslimin terhadap tanah Palestin dan agar mengembalikan rakyat Palestin yang terusir dari negeri mereka, serta tanggongjawab kaum muslimin terhadap perancangan Israel memperluas tanah jajahannya dalam usaha mereka untuk mengembalikan semua suku dan bangsa Yahudi ke Palestin.

Jawatankuasa Fatwa menyatakan bahwa perdamaian dengan Israel sebagaimana yang dinginkan oleh orang-orang yang menyeru kepada hal tersebut tidak diperbolehkan secara hukum syara', karena di dalamnya seolah-olah merestuai terhadap penjajahan ke atas Palestin. Padahal semua agama samawi dan agama-agama bukan samawi sepakat mengharamkan penjajahan dan mewajibkan dikembalikannya tanah jajahan kepada pemiliknya. Jawatankuasa Fatwa juga menyerukan kepada pemilik hak (rakyat Palestin) untuk membela dan merebut haknya. Karena di dalam Hadits ditegaskan, "Barang siapa yang terbunuh karena membela kehormatannya maka ia syahid." Dalam Hadits lain, "Bagi tangan (pemilik) apa yang diambilnya (dimilikinya) sampai dikembalikan."

Maka tidak boleh bagi kaum muslimin untuk berdamai dengan Yahudi yang merampas tanah Palestin, menzalimi rakyatnya dan mengambil secara paksa harta benda mereka kerana ianya boleh mengokohkan Yahudi untuk tetap tinggal di tanah Palestin dan mendirikan sebuah negara di atas tanah suci negeri Islam ini. Bahkan wajib bagi orang-orang Islam semuanya untuk saling membantu tanpa memandang suku, bangsa, perbedaan bahasa dan warna kulit untuk mengembalikan rakyat Palestin ke negeri mereka, menjaga kesucian masjid Al-Aqsha yang merupakan tempat turunnya wahyu, tempat nabi-nabi bersolat yang diberkati oleh Allah Swt, dan menjaga peninggalan-peninggalan sejarah Islam dari tangan Yahudi.

Wajib bagi setiap orang Islam untuk menolong para mujahidin dengan senjata dan kekuatan untuk berjihad, dan hendaknya mereka mengeluarkan segala kemampuan yang dimiliki untuk mensucikan negeri Islam dari tangan penjajah yang zalim. Allah Swt berfirman:
وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدْوَّ اللّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لاَ تَعْلَمُونَهُمُ اللّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ ﴿٦٠﴾
"Dan persiapkanlah bagi mereka (musuh-musuh Allah) kekuatan, apa saja yang engkau bisa, dan dari kuda-kuda perang yang ditambat, yang dengannya engkau membuat gentar musuh Allah dan musuh kalian..." (At-Anfal: 60)

Barang siapa yang tidak mendukung hal ini atau tidak mengendahi atau mencela kaum muslimin karenanya, atau mengajak kepada hal-hal yang dapat memecah belah persatuan kaum muslimin, dan mendukong usaha-usaha negara-negara Barat dan Zionis untuk merealisasikan rencana mereka terhadap negara-begara Arab dan Islam, terutama negara Palestin ini, maka dia dalam hukum Islam telah keluar dari Jama'atul Muslimin dan telah melakukan dosa yang besar.

Telah dimaklumkan bahawa Yahudi selalu berbuat tipudaya terhadap Islam, kaum muslimin dan negara-negara Islam, sejak dari zaman kenabian sampai sekarang, dan bahawasanya mereka tidak cukup sekedar menzalimi rakyat palestin dan mengotori Masjid Al-Aqsha saja, melainkan, rencana besar mereka adalah menguasai seluruh wilayah negara-begara Islam yang berada di antara sungai Nil dan Eufrat. Maka wajib bagi kaum Muslimin untuk membela negeri-negeri Islam dan menyelamatkannya dari tangan-tangan penjajah Zionis. Allah Swt berfirman:
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ
"Dan berpegang teguhlan kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah berpecah belah..." (Ali Imran: 103)

Adapun bekerjasama dengan negara-negara yang membantu Yahudi dengan kelengkapan dan persenjataan sehingga mereka tetap berada di tanah kaum muslimin, hal itu tidak diperbolehkan menurut syara’, karena ianya merupakan usaha saling bantu-membantu dalam kezaliman dan mendukung permusuhan terhadap Islam dan negeri-negeri Islam. Allah Swt berfirman,
إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَن تَوَلَّوْهُمْ وَمَن يَتَوَلَّهُمْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴿٩﴾
“Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan teman orang-orang yang memerangi kamu dan mengeluarkan kamu dari negerimu sendiri serta orang-orang yang membantu orang lain untuk mengusir kamu. Barang siapa yang mendukung mereka, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Al-Mumtahanah: 9)

Dalam ayat lain Allah berfirman,
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءهُمْ أَوْ أَبْنَاءهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُوْلَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُوْلَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٢٢﴾
“Tidak akan engkau temukan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir yang mencintai orang-orang yang melawan Allah dan Rasulnya, walau mereka adalah bapa, anak, saudara dan keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah ditetapkan oleh Allah iman dalam hatinya dan menguatkannya dengan pertolongan dari pada-Nya, dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan merekapu ridha kepada-Nya. Mereka itulah golongan Allah, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-Mujadalah: 22)

Membantu musoh Islam baik dengan pikiran, senjata dan kekuatan, samada secara sembunyi atau terang-terangan, langsung atau tidak langsung, semua itu diharamkan bagi setiap muslim apapun alasannya. (SN/IKH)

Wallahualam
(Ehsan: Eramuslim)

Jadual Kuliah Februari 2009



1 Februari 2009 (Ahd) : Kuliah Suboh Masjid Tmn Tuanku Pn. Cik

2 Februari 2009 (Isn) : Kuliah Bahrul Maazi Tmn Sri Pagi

3 Februari 2009 (Sel) : Kuliah Muntakhabah Hadis Tmn Rose Mewah

5 Februari 2009 (Kha) : Kuliah Bulanan Tmn Gadong Jaya

7 Februari 2009 (Sab) : Kuliah Suboh Bahrul Maazi Tmn RM/Cempaka 2

8 Februari 2009 (Ahd) : Kuliah Bulanan Tmn Desa Melor

9 Februari 2009 (Isn) : Kuliah Bulanan Garden Home Surau Ibrahim

10 Februari 2009(Sel) : Kuliah Muntakhabah Hadis Tmn Rose Mewah

12 Februari 2009(Kha) : Kuliah Bulanan Tmn Cempaka Fasa 1

13 Februari 2009(Jum) : Kuliah Bulanan Tmn Desa Oked

14 Februari 2009(Sab) : Kuliah Suboh Bahrul Maazi Tmn RM/Cempaka 2

15 Februari 2009(Ahd) : Kuliah Bulanan Tmn Dato Wan

16 Februari 2009(Isn) : Kuliah Bahrul Maazi Tmn Sri Pagi

17 Februari 2009(Sel) : Kuliah Muntakhabah Hadis Tmn Rose Mewah

19 Februari 2009(Kha) : Kuliah Bulanan Pengasih Kuala Lumpur

21 Februari 2009(Sab) : Kuliah Suboh Bahrul Maazi Tmn RM/Cempaka 2

24 Februari 2009(Sel) : Kuliah Muntakhabah Hadis Tmn Rose Mewah

26 Februari 2009(Kha) : Kuliah Bulanan Tmn Jusmine

28 Februari 2009(Sab) : Kuliah Suboh Bahrul Maazi Tmn RM/Cempaka 2

Nota: Sekiranya ada pembatalan akan di maklumkan kemudian. Hari-hari selain di atas adalah aktiviti Jemaah Tabligh dan urusan keluarga.

Charge: Ahmadinejad Rants to Hide His Jewish Roots













by Hillel Fendel
(IsraelNN.com)


The son of a leading Iranian authority accuses the Iranian President of changing his Jewish name.Several Iranian media sources are quoting Mahdi Khazali – the son of a leading supporter of Iranian President Mahmoud Ahmadinejad – as having written in a blog that the president has Jewish roots. So reports the Hebrew-language Omedia website and Radio Free Europe.

Khazali, son of Ayatollah Abu Al-Kassam Khazali, says that Ahmadinejad changed his Jewish name on his ID card in order to hide his roots. Khazali the son says that the president hides his Jewish roots by attacking Israel and the Jews, and by expressing strong Muslim religious beliefs.

A record of the name change still appears on the president’s ID card, however, says Khazali. His old name was Saburjian, and he hails from the Aradan region of Iran. The accusations appear in an article Khazali wrote entitled, “The Jews in Iran.” He says the time has come to “reveal the truth” about the Jews’ role in Iran.

Ahmadinejad's relatives once told the British paper "The Guardian" that the family had changed its name for "a mixture of religious and economic reasons."
Ahmadinejad will be running for re-election five months from now.

(Petikan Dari Israel International News)

Komen :

Sabda Nabi saw :
“Dajjal akan diikuti oleh 70,000 Yahudi dari Isfahan, mereka memakai (jubah) al Tayalisah (Persian shawls - jubah orang-orang Parsi (Syiah hari ini) yang tidak berjahit),” [ rujuk Sahih Muslim]


Mengikut maklumat yang didapati etnik Yahudi Iran merupakan penyokong kuat Ahmadinejad dan sangat baik hubungan dengan Ahmadinejad. Boleh jadi akhbar Yahudi turut berkempen untuk Ahmadinejad menentang bekas Presiden Mohamad Khatami dalam pilihanraya tidak lama lagi.

Kalau betul apa yang di paparkan oleh akhbar berkenaan, memang lah sangat-sangat hampir dunia ke penghujungnya.

Bersiap sedialah kita menghadapinya dengan iman dan amalan yang boleh menarik bantuan dan pertolongan dari Allah swt.

Wallahu'alam

Thursday, January 29, 2009

Perlukah Wanita Berkerja ?


Sabda Nabi saw : “ Mencari rezeki yang halal adalah fardhu selepas daripada fardhu” (Miskat Musabbih)

“Fridhatun ba’dal faridhah…” “Fardhu selepas daripada fardhu” telah dihuraikan oleh ulama hadis bahawa berusaha mencari rezeki yang halal dalam masa yang sama menyempurnakan fardhu yang “maktubah”. Contoh fardhu yang “maktubah” seperti solat fardhu, muamalat dan muasyarat ketika mencari rezeki berkenaan serta juga memelihara diri dari perkara-perkara yang diharamkan ketika keluar bekerja mencari rezeki tadi.

Syariat telah menentukan bahawa lelaki lah yang keluar mencari rezeki manakala wanita berada di rumah sesuai dengan fitrah mereka. Namun begitu bagi wanita yang ‘terpaksa’ keluar mencari rezeki bagi menampong keluarga maka syariat telah menggariskan beberapa adab agar mereka terselamat dari fitnah di luar.

Kalimat ‘terpaksa’ ini boleh diketogori kepada beberapa perkara :-

a) Kerana kematian suami manakala tanggongjawab memelihara anak-anak telah terpikul pada dirinya.

b) Pendapatan suami tidak dapat menampong keluarga pada perkara-perkara asas dalam kehidupan. Bukan perbelanjaan pada perkara bermewah-mewah.

c) Bagi wanita yang belum bersuami yang terpaksa keluar bekerja bagi memelihara ibubapa yang tua serta adek-adek yang masih kecil.

d) Bagi wanita yang “Pakar” dalam sesuatu bidang yang kepakaran itu hanya ada padanya ketika itu dan di tempat itu yang tampanya tuntutan “fardhu Kifayah” tercicir maka “wajib” baginya keluar bekerja. Contoh : Doktor Pakar Sakit Puan.

Namun begitu wanita yang keluar bekerja (mencari rezeki) telah ditentukan oleh syariat beberapa adab antaranya :-

a) Pekerjaan itu mistilah tidak bertentangan dengan syariat dari semua sudut samada maumalat mahupun muasyarat.

b) Pekerjaan itu mistilah bersesuaian dengan naluri wanita. Contoh : Tukang jahit, jururawat, doktor, pendidik dan lain-lain.

c) Tempat bekerjanya itu bebas dari fitnah pada dirinya. Bukan tempat yang membuka ruang fitnah padanya. Contoh: Pelayan Pub dan Karaoke walau pun pekerjaan itu sesuai dengan naluri wanita namun mengundang fitnah yang banyak.

d) Wanita berkenaan hendaklah menutup aurat yang sempurna ( mengikut syariat) supaya tidak mengundang fitnah.

e) Perjalanan pergi dan balek ke tempat kerja juga bebas dari fitnah. Contoh : tidak menumpang kenderaan ke tempat kerja bersama lelaki yang bukan mahramnya.

f) Tidak bergaul mesra dengan lelaki yang bukan mahram melainkan pada perkara penting urusan kerja.

g) Menjaga akhlak sepanjang pekerjaan tersebut.


Sekiranya garis panduan yang telah di tetapkan di atas terhasil, maka boleh lah mana-mana wanita untuk keluar bekerja. Namun sesetengah ulama mengharamkan wanita keluar bekerja sekiranya kemampuan suami telah mencukupi. Manakala perjalanan serta tempat kerjanya mengundang fitnah. Malah ada yang mengatakan haram selamanya kerana zaman sekarang ini sememangnya zaman yang penoh dengan fitnah. Manakala yang lainnya mengatakan harus sekiranya tidak ada sebarang fitnah. Namun saat-saat akhir ini memang tidak dapat mengelak fitnah.

Wallahu’alam

p/s: Namun hakikatnya rezeki mencari kita, bukan kita mencari rezeki. Malah rezeki mengejar kita mendahului maut mengejar kita. Maut tidak akan boleh menghampiri kita selama rezeki belum disempurnakan kepada kita. Daripada manusia sibuk membetulkan dunia (urusan rezeki) lebih baik manusia sibuk membetulkan amalan. Hasilnya bukan rezeki “halal” sahaja malah rezeki yang “mulia” (Rizqan Karim)

Mengapa Perlu Kita Mengikuti Imam Madzab?


Jawab :

Berikut ini penjelasan Hujjatul Islam Imam Nawawi :

Penjelasan Imam al-Nawawi dipetik dari kitab Majmu’ Sharh al-Muhazzab

Bab Adab Berfatwa, Mufti dan Orang Yang Bertanya Fatwa

Terjemahan

“Dan tidak boleh bagi orang awam itu bermazhab dengan mazhab salah seorang daripada imam-imam di kalangan para sahabat r.anhum dan selain daripada mereka daripada generasi-generasi yang terawal, walaupun mereka lebih alim dan lebih tinggi darjatnya berbanding dengan (ulama’) selepas mereka;

ini adalah kerena mereka tidak meluangkan masa sepenuhnya untuk mengarang ilmu dan meletakkan prinsip-prinsip asas dan furu’nya. Maka tidak ada bagi salah seorang daripada mereka sebuah mazhab yang telah dihalusi, dianalisis dan diperakui.

Hanyasanya, (ulama’-ulama') yang datang selepas mereka yang merupakan pendokong mazhab para sahabat dan tabien lah yang melakukan usaha meletakkan hukum-hukum sebelum berlakunya perkara tersebut; yang bangkit menerangkan prinsip-prinsip asas dan furu’ mereka seperti (Imam) Malik dan (Imam) Abu Hanifah dan selain dari mereka berdua.”

[Kemudian Imam al-Nawawi menjelaskan kelebihan mazhab Imam al-Shafie dari pandangan beliau dan dengan secara tersiratnya menerangkan mengapa beliau bermazhab dengan mazhab Imam al-Shafie]

“Dan oleh kerana Imam al-Shafie adalah merupakan imam yang terkemudian dari sudut masa, maka beliau telah melihat mazhab-mazhab mereka seperti mana mereka melihat mazhab-mazhab ulama’ sebelum mereka. Maka beliau menperhalusinya, mengujinya dan mengkritiknya dan memilih yang paling rajih (kuat) dan beliau mendapat hasil daripada usaha ulama’-ulama' sebelum beliau yang telah meletakkan gambaran dan asasnya, maka beliau telah meluangkan masa untuk memilih dan mentarjih dan menyempurnakan dan meminda, dengan pengetahuan beliau dan kebijaksanaan beliau dalam pelbagai bidang ilmu.

Dan dengan perkara ini beliau mendapat kedudukan yang lebih kuat dan rajih, kemudian tidak ada selepas beliau, (alim) yang mencapai kedudukan seperti beliau dalam perkara ini.

Maka dengan ini, mazhab beliau adalah mazhab yang paling utama untuk diikuti dan bertaqlid dengannya – dan ini dengan jelasnya bahawa kita mestilah berlaku adil dan tidak ada meletakkan sebarang sikap memandang rendah pada salah seorang daripada para imam.

Hal ini, apabila diteliti oleh orang awam akan memandunya kepada memilih mazhab Imam al-Shafie dan bermazhab dengannya.”


Sedikit Ulasan

* Mengikut mazhab yang empat pada hakikatnya mengikut mazhab para sahabat dan tabien kerana ulama’ mazhab empat merupakan pendokong mazhab para sahabat dan tabien yang mengikut sunnnah Rasulullah SAW.

* Terdapat beberapa Imam dalam mazhab al-Shafie yang menerangkan sebab kenapa mereka bermazhab dengan mazhab Imam al-Shafie seperti Imam al-Nawawi, Imam al-Bayhaqi dan Imam al-Suyuthi. Jelaslah mereka bermazhab dengan mazhab Imam al-Shafie bukan kerana taqlid semata-mata.

* Kalau kita dapat cari sebab-sebab yang diketemukan oleh para imam tersebut, Insya Allah, akan bertambah kuat pegangan kita dengan mazhab yang muktabar seperti mazhab Imam al-Shafie .

* Imam 4 madzab hidup di 3 zaman yang terbaik (sahabat - tabi’in - tabiuttabi’in) mereka adalah murid dan anak murid terbaik dari sahabat Nabi).

* 4 imam inilah yang layak berijtihad (imam mujtahid), sebagaimana pendpat Imam Ahmad ketika ditanya : berapa ratus ribu hadits seorangt menjadi mujtahid. Beliau katakan : ia harus sekurang-kurangnya hafal 600 ribu hadits (dengan sanad dan maknanya, disamping ia harus menguasai 15 cabang ilmu islam).

* Tidak semua imam hadits layak menjadi imam mujtahid. Berdasarkan keterangan dalam kitab Syarah Arba’in Nawawi disebutkan : ulama disebut dengan Hujjatul Islam jika hafalan haditsnya diatas 300 ribu hadits,disebut Al Hafidz jika hafal sekurang-kurangnya 100 ribu hadits. Sedangkan kesepakatan ulama ahlusunnah : “Wajib mengikut imam mujtahid jika ia belum sampai maqam mujtahid”

* Landasan hukum islam bukan hanya Alqur’an dan Hadits tapi Ijma dan Qiyas juga termasuk. ulama ketogorikan 4 dasar hukum islam ini menjadi 12 macam. Diantaranya adalah Sunnah Khurafaurasyidin dan kebiasaan (amalan) Ahlu Madinah (zaman shahabat dan tabi’in). Imam 4 madzab tidak hanya mengambil dalil dari hadits saja tapi juga mengambil dari kebiasaan Ahlu Madinah (amalan ulama zaman tabi’in yang berguru langsung dengan shahabat).

Semoga kita diberi kekuatan dan kefahaman untuk mengikuti amalan mereka (imam 4 madzhab ahlusunnah).

wallahu a’lam.
(Ehsan : Yoyo/Sidogiri)

Wednesday, January 28, 2009

Kedudukan Hadis Dhoif


Saudara Semua.

Menerima pakai hadis Dhoif dalam segala jenis amalan yang berbentuk galakkan dan ancaman (Fadhilah), dalam soal adab, sejarah, akhlak, kisah tauladan, manaqib (biodata seseorang), sejarah peperangan, dan seumpamanya adalah diHaruskan (dibolehkan).

Perkara ini telah disepakati (Ijmak) oleh para ulamak seperti yang dinukilkan oleh Imam al-Nawawi, Ibn Abdul Barr dan selain mereka. Malah Imam al-Nawawi menukilkan pandangan ulamak bahawa dalam hal-hal tersebut disunatkan beramal dengan hadis Dhoif.

Semua Mursal yang berada didalam al-Muwata telah diwasalkan oleh Imam-imam hadis dalam karangan-karangan mereka dari thuruq yang lain dan hadis dhoif dalam musnad Ahmad (Imam Hambali) adalah hasan.

Abu al-Syeikh Ibn Hibban dalam kitabnya al-Nawa’ib meriwayatkan secara Marfu’ hadis Jabir r.a yang menyebutkan:

(( من بلغه عن اللّه عز وجل شيء فيه فضيلة , فأخذ به ايمانا به , ورجاء لثوابه ,

أعطاه اللّه ذلك , وان لم يكن كذلك )).

“Barang siapa yang sampai kepadanya sesuatu daripada Allah yang memuatkan sesuatu fadhilat, lalu dia beramal dengannya kerana percaya terhadapnya dan mengharapkan ganjaran pahalanya maka Allah memberikan yang demikian itu, sekalipun sebenarnya bukan begitu”.


Hadis ini merupakan punca asas yang besar dalam membincangkan hukum-hukum berkaitan hadis Dhoif, kerana tidak mungkin sabdaan ini terbit daripada fikiran semata-mata tanpa Masmu’ (didengari dari Nabi s.a.w), bahkan ia sebenarnya merupakan dalil bahwa bagi hadis-hadis Dhoif mempunyai asal dan tanda pengesahan makbul (diterima).

Sesungguhnya para Ulama menukilkan daripada Imam Ahmad bin Hanbal bahawa dalam soal hukum-hakam, beliau berpegang dengan hadis yang Dhoif (jika ditampung keDhoifan tersebut dengan kemasyhuran hadis terbabit). Beliau juga mengutamakan hadis Dhoif dari pandangan akal. Beliau mengambil hadis-hadis Dhoif pada perkara-perkara halus (seperti akhlak) dan fadhoil. Seperti itu juga Ibnu Mubarak, al-Anbari, Sufiyan al-Thawri dan di kalangan pemuka-pemuka umat r.ahum.

Wallahualam
(Ehsan : Yoyotekim Sidogiri)

SURAT DARI SHEIKH ABD AL-FATTAH ABU GHUDDAH KEPADA MAULANA ZAKARIA AL-KANDAHLAWI



Saudara/i Semua,

Maulana Zakaria adalah seorang ulama hadis tersohor. Beliau telah menulis berbagai kitab di dalam bidang hadis dan menjadi rujukan hampir di seluroh dunia. Beliau dikenali sebagai "Syeikhul Hadis" bukan sahaja di "IndoPak" namun juga di Tanah Arab. Penuntut beliau terdiri dari orang 'Ajam dan bukan 'Ajam. Sebahagian besar menjadi ulama terkenal. Atas sebab kepakaran beliau dalam bidang hadis maka beliau menjadi sumber rujukan oleh ulama sezaman dengan beliau di "IndoPak' juga dari Tanah Arab.Beliau juga pernah mengajar hadis di Madinah Al-Munawwarah beberapa tahun sebelum kewafatan beliau.

Surat di atas adalah sebahagian surat-surat yang masih tersimpan yang datang dari Ulama Hadis serta Penyelidk dalam bidang hadis yang terkenal di Tanah Arab iaitu Syeikh Abd Al-Fattah Abu Ghuddah rah yang mengutuskan surat tulisan tangan beliau sendiri kepada Maulana Zakaria rah setelah menerima satu set kitab Aujaz Al-Masaalik syarah bagi Muwatta' Imam Malek karangan Maulana Zakaria rah.

Kritikan sesetengan saudara kita di Malaysia/Indonesia atas kitab tulisan beliau "Fadhail Amal" dengan mengatakan bersumber dari hadis palsu dan dhaif sepatutnya dibakulsampahkan memandangkan pengikhtirafan ke atas beliau oleh ulama-ulama sezaman denganya.

Nota:
Artikel berkaitan sila lihat "Penerangan ke Atas Kitab Fahdail Al-Amal", "Kitab Rujukan Dalam Fadhail Al Amal","Ulama Besar di Dalam Jemaah Tabligh" dan "Kitab Rujukan Dalam Jemaah Tabligh".

(Ehsan dari: Fihrist Ta’lifat-e-Shaykh, Volume 1, p. 82 (Saharanpur: Maktabah Yadgar-e-Shaykh, Ramadhan 1417 AH / January 1997 CE ed. ) by Mawlana Sayyid Muhammad Shahid Saharanpuri)

Friday, January 23, 2009

Pengumuman : Pandangan Dan Hukum Dalam Blog Ini


Kepada Semua Yang Singgah Ke Blog Ini,

Dimaklumkan bahawa setiap pandangan di dalam blog ini adalah pandangan peribadi penulis yang serba lemah ini. Pandangan itu adalah padangan yang biasanya berkecederongan kepada “fikrah Jemaah Tabligh” kerana penulis berada di dalam jemaah berkenaan. Namun penulis sangat-sangat menghormati pandangan saudara-saudara kita yang di dalam fikrah lain ( JIM, ABIM, PAS, ISMA, Hizbut Tahrir, Ikhwan dan lain-lain).Menghormati jemaah yang penulis sebutkan adalah selaku keputusan dari Elders Jemaah Tabligh sendiri. Selain daripada itu penulis tidak boleh mengelak kerana di dalam kuliah pengajian yang penulis kendalikan di hadiri ramai orang yang dari berbagai fikrah tadi.

Selain daripada itu sekiranya persoalan hukum yang ditanya maka penulis akan berkecenderongan kepada padangan Mazhab Shafie yang sememangnya pegangan penulis dan Malaysia umumnya ( biasanya di Malaysia akan cenderong kepada fatwa Al-Azhar ) .Miski pun pandangan lain mungkin lebih tegas namun penulis memilih padangan Mazhab Shafie. Pegangan mazhab sebegini juga adalah selaku keputusan dari Elders Jemaah Tabligh sendiri yang memutuskan bahawa bagi setiap “pekerja dakwah” (karkun) hendaklah mengikuti pegangan mazhab ditempatnya.

Namun beramal pada jalan”taqwa” jauh lebih baik daripada jalan “fatwa”. Ini yang lebih penulis sukai dan beramal. Contoh : lihat lah pada “Video Bar” , penulis memilih Nasyid tanpa ada bunyian muzik miskin hukum yang penulis paparkan berbeza dengan pegangan penulis.

Wallhu alam

Nota: Tiada sebarang posting selama cuti Hari Raya Cina kerana penulis dan isteri akan keluar “Masturat”

FATWA ULAMA TERHADAP MUZIK


(Jawapan Pertanyaan Ibn Abullah)

Di sini dipaparkan beberapa fatwa berkaitan hukum muzik didalam Islam.Ulamak yang paling berautoriti dalam hukum-hukum yang baru untuk abad ini ialah Al Marhum Syaikh Mahmud Syaltut, bekas rektor Al Azhar dalam koleksi Fatwanya, Al Fatawa (terbitan Darul syuruq, Cairo. 1960) ms 355-359 menjelaskan dengan tegas empat perkara tentang muzik:

Pertama: Mendengar dan bermain alat muzik adalah sama (hukumnya) dengan merasa makanan yang lazat, menghidu bau yang harum, melihat pemandangan yang cantik atau mencapai pengetahuan yang tidak diketahui adalah semuanya keseronokan naluri yang dianugrahkan Tuhan kepada manusia. Semuanya memberi kesan menenangkan fikiran apabila kepenatan jasmani dan memberi kesan dalam memulihkan semula tenaga. (Syaikh Syaltut menggunakan hujah Imam alGhazali dalam Ihya Ulumiddin, Jld 2, pg 208.)

Kedua: AlQur'an yang mendasari segala peraturan dan perundangan di atas dasar kesempurnaan dalam Tujuan sentiasa menjaga supaya tidak berlaku keterlaluan dipihak yang tidak menggunakan muzik dan pihak yang menggunakan muzik secara berlebihan. Islam mahukan kesederhanaan.

Ketiga: Fuqaha' terdahulu membenarkan musik apabila mempunyai konteks yang sesuai seperti muzik iringan ke medan perang, hajji, perkahwinan, perayaan id. Mengikut fuqaha' Hanafi muzik yang dilarang ialah dengan bersyarat jika ia bercampur dengan sebutan alkohol, gadis penyanyi, fusuq, perzinaan dan keberhalaan. Aku (Syaltut) berpendapat larangan terhadap muzik adalah berdasarkan kpd konteks dan iringannya dengan yang lain dan bukanlah suatu reaksi terhadap muzik itu sendiri.

Keempat: Syaltut memberi amaran bahawa sesiapa yang berani melarang sesuatu perkara yang tidak jelas dilarang oleh Allah. Dalilnya ialah firman Allah dalam surah al A'raf: 32-33. siapakah yang berani mengharamkan perhiasan drpd Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan rezki yang baik-baik?..... hingga akhir.
Kesimpulannnya: secara 'amnya muzik dibenarkan, jika ada larangan terhadapnya adalah kemalangan atau pengecualian disebabkan perlaku penyalahgunaan terhadap muzik itu sendiri.

Hukum mengenai muzik, pemuzik dan alat muzik mengikut Hujjatul Islam alGhazali (Ihya' Ulumidin, vol 2, pg 283-301) menjelaskan ada tiga komponen penting yang mempengaruhi hukum muzik yang mungkin berubah dari masa kesemasa: zaman, makan dan ikhwan. 'Zaman' merujuk kepada masa, apakah muzik itu melalaikan daripada jihad dan ibadah. 'Makan' merujuk kepada suasana, situasi, occasion atau upacara di mana muzik itu dipersembahkan. 'Ikhwan': merujuk kepada aktiviti muzik itu; jika dengan muzik itu boleh menyebabkan mereka terdedah kepada manusia yang jahat atau membawa kepada kejatuhan moral.

Menurut al Ghazali lagi inilah tiga komponen yang menjadi neraca bagi muslim di setiap zaman menghukum muzik: zaman, makan dan ikhwan.

Berbalik kepada soalan asal: apakah alat muzik yang dibenarkan dan yang tidak dibenarkan dalam Islam?

Al Ghazali menjelaskan (Ihya' Ulumiddin, vol2, pg 271-272): tidak ada keterangan yang jelas dari sunnah yang melarang alat-alat muzik bahkan setengah alat muzik yang mempunyai bunyi yang baik tidak dilarang, ia tidak lebih daripada seperti kemerduan suara burung. Ianya dilarang jika ada hubungan atau dikaitkan dengan kumpulan peminum arak, homoseks dan lain-lain yang diarang.

Menurut Prof Lamya' alfaruqui hukum hudud Islam jika seseorang didapati mencuri alat muzik ini berbedza-bedza mengikut madzhab. Misalnya menurut Syaikh Ibn Abu Zaid al Qairawan, Bakhurah alSa'ad menjelaskan pencuri alat muzik tidak boleh dipotong tangannya. Imam Syafi'iy dalam al Umm menjelaskan seseorang yang didapati bersalah memecahkan peralatan muzik tidak boleh dihukum. Manakala menurut sebahagian ulamak sesiapa yang memecahkan seruling atau sebarang alat muzik, ia layak dkenakan hukuman kerana menjual peralatan muzik itu sah di sisi undang-undang Islam.

Kesimpulan dan tarjih:

1.Menurut Fatwa Syaltut, muzik adalah harus selagi bukan untuk tujuan
melalaikan dan maksiat

2.Menurut al Ghazali, tidak ada perincian syara' tentang peralatan muzik yang halal dan haram. Ia bergantung kpd zaman, makan, dan ikhwan; mana-mana alat muzik yang baik dan lunak di dengar adalah harus, dan mana-mana alat muzik yang jelik dan dihubungkan dengan kumpulan manusia yang jahat akhlaknya adalah ditegah.

3.Hukum muzik, pemuzik dan peralatan muzik akan sentiasa berubah mengikut keadaan umat dan ulamak semasa.

Nota: Semua Ulama Salafi Wahabi Mengharamkan Nyanyian Yang Beriringan Dengan Muzik. Hanya Yang Dibolehkan Adalah Nyanyian Tampa Muzik Dan Diiringi Rebana Dan yang seumpamanya.

Wallahualam.

DUA TANGAN DI BAWAH DADA BUKAN DI ATAS DADA


(Jawapan Kepada Persoalan Saudara Ibn Abdullah)

- Mengenai posisi kedua tangan (bersedekap) setelah takbir (pada waktu berdiri), Berkata Alhafidh Imam Nawawi : “Meletakkannya dibawah dadanya dan diatas pusatnya, inilah madzhab kita yg masyhur, dan demikianlah pendapat Jumhur (terbanyak), dalam pendapat Hanafi dan beberapa imam lainnya adalah menaruh kedua tangan dibawah pusat, menurut Imam Malik boleh memilih antara menaruh kedua tangan di bawah dadanya atau melepaskannya ke bawah dan ini pendapat Jumhur dalam mazhabnya dan yang masyhur pada mereka” (Syarh Imam Nawawi ala shahih Muslim Juz 4 hal 114)..

Dari penjelasan ini fahamlah kita bahwa pendapat yang Jumhur (kesepakatan terbanyak dari seluruh Imam dan Muhaddits) adalah menaruh kedua tangan di antara dada dan pusat, walaupun riwayat yg mengatakan diatas dada itu shahih, namun pendapat Ibn Mundzir “bahwa hal itu tak ada kejelasan yang nyata, bahwa Nabi saw menaruh kedua tangannya di atas dada, maka orang boleh memilih” (Aunul Ma’bud Juz 2 hal 323.
mereka itu kebanyakan tidak bermadzhab, entah kemana arahnya, mengikuti pendapat2 yang tak bersanad, cuma nukil nukil di buku hadits lalu berfatwa,berkata Imam Nawawi bahwa pendapat yg paling shahih dan merupakan Jumhur (terbanyak dari para Imam), adalah menaruh tangannya dibawah dadanya, dan diatas pusatnya,
dan pada Madzhab Imam Malik (maliki) melepaskan tangan ke bawah seperti orang berdiri. (Ibanatul Ahkam bisyarah Bulughil maram Juz 1 hal 398).

Kitab I’anah Al-Talibin Juga menyatakan “…Meletakan tangan di bawah dada, di atas pusat adalah ITTIBA’ (Mengikut Sunnah Nabi)Yang dimaksudkan dengan di bawah dada dan di atas pusat ialah condong ke sebelah kiri kerana hati itu di bahagian kiri.

Ini diriwayat dari Ibnu Huzaimah Didalam Sahihnya daripada Wail Ibn Hujr Yang Menyatakan” Aku bersolat bersama Nabi saw, maka Nabi saw meletakan tangan kanan di atas tangan kiri di bawah dadanya"


DISUNATKAN MELETAKKAN TANGAN KANAN DI ATAS TANGAN KIRI , DI BAWAH PUSAT ATAU DI ATAS PUSATNYA.

Amalan ini adalah sepakat tiga Mazhab sementara Malikiyyah menyebutkan sebagai MANDUB.

IMAM MALIK : MELETAKKAN TANGAN DI ATAS PUSAT DAN DIBAWAH DADA.
IMAM HANAFI : MELETAKKAN TANGAN DI BAWAH PUSAT.
IMAMA HAMBALI : MELETAKKAN TANGAN DI BAWAH PUSAT.
IMAM SYAF’E : MELETAKKAN TANGAN DI ATAS PUSAT DAN DIBAWAH DADA.


Ini lah pendapat 4 Mazhab dalam masaalah meletakan tangan selepas Takbir di dalam sembahyang.(Kitabul Fiqah Al Juzairi)

Pendapat yang mengatakan meletakan tangan di bawah dagu di atas dada adalah pendapat yang tidak kuat. Malah hadis yang berkaitan dengan meletakan tangan di atas dada di bawah dagu ini talah dipertikaikan di dalam Multalqa Hadis di Madinah Al- Munawwarah beberapa tahun yang lalu.

Thursday, January 22, 2009

PERSOALAN MENGGERAKKAN JARI KETIKA TAHIYYAT


(Jawapan pada persoalan Rafai Rembau Utama)

Ketahuilah bahawa Imam Al-Hafiz Mahyiddin An-Nawawi rhm telah ditanya di dalam kitabnya Al-Fatawa tentang isu mengerakkan jari (telunjuk) di dalam solat. Pertanyaan itu berbunyi : “Adakah menggerakkan jari telunjuk pada tangan kanan itu disunatkan.? Bilakah waktu yang sesuai untuk menggerakan jari tersebut? Adakah menggerakkanya secara berterusan itu membatalkan solat?”- hingga tamat soalan.
Maka Imam al-Nawawi rhm menjawab : “Disunatkan mengangkat jari telunjuk dari tangan kanan ketika melafazkan huruf ‘hamzah’ pada kalimah ( La ilaha illah ) sekali sahaja tanpa menggerak-gerakkanya Sekiranya seseorang itu mengulangi pergerakannya berkali-kali, maka hukumnya adalah makruh. Hal ini tidak membatalkan solat. Demikian menurut pendapat yang sahih. Dikatakan juga, iaitu menurut pendapat yang lemah batal solatnya”… Tamat Fatwa Al-Nawawi m/s 54
Dalam menyelesaikan masalah ini, kami akan mendedahkan bukti-bukti mereka yang mengatakan bahawa sunat menggerakkan jari telunjuk secara berterusan. Kemudian kita akan membincangkan dalil-dalil tersebut satu persatu. Kami juga akan menjelaskan bahawa dalil-dalil yang dipergunakan oleh mereka di atas itu tidak sesuai. Hal ini diperolehi berdasarkan hujah-hujah dan bukti yang terang lagi bersuluh. Insya Allah…
Disamping itu, kita juga akan menjelaskan dalil yang mengatakan bahawa tidak disunatkan mengerakkan jari telunjuk secara berterusan menerusi pandangan para ulamak yang muhaqqiq.

Pendapat para ulamak Mazhab :
1)Di dalam kitab Auni Al-Ma’bud m/s 455 juz 3 dinyatakan bahawa Syeikh Salamullah berkata di dalam Syarah Muwattha dengan katanya “Pada hadis Wail bin Hujr menurut Abu Daud yang berbunyi “Kemudian Baginda mengangkat jari telunjuknya, lalu saya dapati Baginda menggerakkan jari telunjuknya sambil berdoa”.
Hadis ini menjelaskan adanya perbuatan menggerakkan jari telunjuk ketika bertasyahhud. Inilah pendapat yang diambil oleh Imam Malik dan kebanyakkan ulamak. Perkara inilah sebenarnya yang dimaksudkan dengan “menggerakkan jari”. Dan maksud yang diputuskan di sini tidak ada percanggahan dengan riwayat yang telah dibawa oleh Imam Muslim daripada Abdullah bin al-Zubair yang bermaksud “Adalah Rasulullah SAW menyisyaratkan jari telunjuknya sambil berdoa tanpa menggerakkannya.” -tamat “Auni Al-Ma’bud”
2) Berkata penulis kitab Ar-Raudh Al-Marba’ Al-Hanbali m/s 59 juz 1 : “Nabi SAW mengisyaratkan dengan jari telunjuknya tanpa menggerakkan jari Baginda ketika bertasyahhud dan doanya di dalam solat dan selainnya. Perbuatan ini dilakukan oleh Baginda ketika mana Baginda menyebut lafaz Allah SWT. Ianya sebagai suatu peringatan keatas tauhid”. –tamat dari ‘Ar-Raudh Al-Marba’ – kitab ini merupakan kitab mukhtasar yang muktamad (dipegangi) dikalangan ulamak Al-Hanabilah.
3) Berkata pula Syeikh Al-Mazhab Al-Hanabilah iaitu Ibn Qudamah Al-Hanbali di dalam kitanya “Al-Mugni” m/s 534 juz 1 : “Dan baginda mengisyaratkan dengan jari telunjuk dengan mengangkatnya ketika Baginda menyebut lafaz Allah Taala ketika bertasyahhud. Perkara ini ditentukan berdasarkan kepada hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin al-Zubair yang bermaksud : “Sesungguhnya Nabi SAW mengisyaratkan dengan jari telunjuknya dan Baginda tidak menggerakkannya”. Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Dawud. –Tamat.

Maksud Menggerakkan Jari Telunjuk
Ketahuilah (semoga kalian dirahmati Allah) bahawa perkara yang dimaksudkan oleh Sayyidina Wail bin Hujr pada lafaz ( La ilaha illah ) itu ialah menggerakkan jari telunjuk sekali sahaja. Ianya merupakan satu isyarat kepada tauhid. Hal ini amat bertepatan sebagaimana yang dilakukan oleh Baginda SAW yang tidak menggerakkan jari telunjuknya daripada awal tahiyyat. Akan tetapi baginda menggerakkannya ketika membaca ( La Ilaha illah ).
Adapun hadis Sayyidina Abdullah bin al-Zubair itu adalah menafi perbuatan menggerakkan jari secara berulang-ulang. Maknanya ialah perbuatan menggerakkan jari itu hanya cukup untuk sekali sahaja.
Jadi, kita dapati disini ialah tidak ada pertentangan antara dua hadis. Inilah penjelasan secara ringkas daripada para ulamak didalam menjelaskan masalah ini. Disini kami bawakan penjelasan beberapa orang ulamak yang kami naqalkan daripada kitab-kitab mereka:-
Imam An-Nawawi rhm di dalam “Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzab” m/s 455 juz 3, mengatakan “Ulamak mengatakan…hikmat meletakkan dua telapak tangan di atas dua paha ketika bertasyahhud ialah untuk mencegah daripada melakukan perkara yang sia-sia…”
Pada sudut yang sama, beliau menuqilkan pendapat Imam Al-Baihaqi sebagai berkata : “Sesungguhnya perkara yang dimaksudkan pada hadis riwayat Sayyidina Wail b. Hujr itu dengan lafaz “Dia menggerakkannya” ialah mengangkat jari telunjuk sekali sahaja. Iaitu tanpa menggerakkannya secara berterusan. Maksud ini bertepatan dengan apa yang telah diriwayatkan oleh Abdullah b. al-Zubair dengan Lafaz
“Dia (Nabi) tidak menggerakkannya”. Demikian perkataan Imam Al-Baihaqi yang dinuqilkan oleh Imam An-Nawawi ke dalam kitabnya “Al-Majmu’” daripada Sunan Al-Kubra – Al-Baihaqi m/s 132 juz 2. Kami bawakannya disini secara ringkas.
Dan sesungguhnya kami telah membawakan fatwa Imam Al-Nawawi yang mengatakan bahawa dimakruhkan menggerakkan jari secara berterusan di dalam solat. Turut menguatkan pendapat kami ini ialah apa yang telah diriwayatkan oleh Abu Daud di dalam Sunannya dengan sanad yang sahih daripada Numair Al-Khuzai’ie. Numair sebagai berkata : “Aku melihat Nabi SAW meletakkan telapak tangannya di atas paha kanan sambil membengkokkan sedikit jarinya.”
Adapun hadis “menggerakkan jari telunjuk itu terlebih berat keatas Syaitan daripada besi” tidak boleh dijadikan dalil untuk menggerakkan jari secara berterusan. Akan tetapi maksud sebenar hadis ini ialah orang-orang yang bertasyahhud itu apabila mereka mengangkat jari telunjuknya merupakan manifestasi isyarat tauhid, seolah-olah mereka memukul syaitan dengan besi.
Hadis ini bukan bermaksud syaitan itu berada dibawah telunjuk ketika kita menggerakkannya. Andaian yang mengatakan bahawa syaitan berada dibawah telunjuk hanyalah satu kesamaran sahaja. Dan dengan kesamaran inilah orang yang menggerakkannya itu beranggapan bahawa dia sedang memukul syaitan. Pendapat seperti ini tidak diperkatakan oleh orang-orang yang berakal.
Sebagai satu peringatan disini, dinyatakan bahawa hadis “menggerakan telunjuk itu terlebih dahulu berat keatas syaitan daripada besi” adalah dhaif dari sudut sanabnya. Pada sanad hadis ini terdapat seorang perawi yang dihukum tsiqah (dipercayai) oleh Ibn Hibban. Akan tetapi perawi itu juga dihukum dhaif oleh jumhur (kebanyakan ulamak)
Imam Al-Hafiz Ibn Hajr Al-Asqolani didalam “At-Taqrib At-Tahzib” menyatakan : “Katsier b. Zaid ialah ialah seorang yang benar. Tapi selalu membuat silap di dalam meriwayatkan hadis. Dia bukanlah perawi daripada Bukhari dan Muslim (Sahihain)
( Ehsan : Al Ghari )

Wednesday, January 21, 2009

Tertib Berubat Dengan Dokter Bagi Muslimah


Hari ini rata-rata Muslimah kita tidak begitu menjagai adab berubat atau bertemu dokter apabila sakit. Sesetengahnya lansung tidak peduli untuk menjaga aurat masing-masing. Suami masing-masing tidak mengambil kisah dan merasakan tidak ada apa-apa apabila membawa isteri untuk bertemu dokter. Malah hal-hal yang mengaibkan khusus pada perkara sakit puan dan juga ketika bersalin tidak dititik beratkan. Perkara ini seolah-olah menjadi satu lumrah kepada kita semua. Namun agama menekankan perkara memelihara aurat ini bagi setiap muslim dam muslimah. Malah hukumnya haram jika mendedahkan aurat walau pun ketika disaat-saat kita berubat melainkan darurat yang teramat sangat.

Syariat telah menentukan bagi setiap muslimah adab-adab ketika kita berubat dan bertemu dokter. Antaranya :-


- Hendaklah berubat dengan dokter wanita yang Islam

- Sekiranya tidak ada dokter wanita Islam yang boleh menangani maka boleh lah
berubat dengan dokter lelaki yang Islam.

- Sekiranya tidak menemui dokter lelaki yang Islam, maka boleh lah berubat
dengan dokter wanita yang kafir.

- Jika sekiranya tidak menemui dokter wanita yang kafir, maka boleh berubat
dengan dokter lelaki yang kafir.

Dalam pada itu disyaratkan bagi wanita muslimah tadi ditemani oleh Mahramnya (suami, bapa atau saudara lelakinya) ketika berobat dengan dokter lelaki samaada dokter lelaki Islam berlebih lagi dokter lelaki kafir. Selain itu hendaklah diusahakan dengan sunggoh-sunggoh untuk menemui dokter wanita Islam dahulu kemudian seterusnya. Begitu juga dengan yang lain-lain turutan mistilah didahului dengan usaha yang sunggoh-sunggoh barulah berpindah kepada turutan seterusnya.

Wallahualam

Nota : Artikel berkaitan sila lihat "Wanita dan Aurat"
(Sumber Rujukan : Bughatul Mustarsyidin halaman 296 / Kifayatul Akhyar juz 2 halaman 47 / Al-Bajuri juz 2 halaman 99)

Tuesday, January 20, 2009

Yahudi AS, Pindah ke Israel dan Masuk Islam


Kamis, 15/01/2009 17:30 WIB
Pada tahun 1998, Joseph Cohen seorang Yahudi Ortodoks kelahiran AS hijrah ke Israel karena keyakinannya yang sangat kuat pada ajaran Yudaisme. Ia kemudian tinggal di pemukiman Yahudi Gush Qatif di Gaza (Israel mundur dari wilayah Jalur Gaza pada tahun 2005).
Cohen tak pernah mengira bahwa kepindahannya ke Israel justru membawanya pada cahaya Islam. Setelah tiga tahun menetap di Gaza, Cohen memutuskan untuk menjadi seorang Muslim setelah ia bertemu dengan seorang syaikh asal Uni Emirat Arab dan berdiskusi tentang teologi dengan syaikh tersebut lewat internet. Setelah masuk Islam, Cohen mengganti namanya dengan nama Islam Yousef al-Khattab.
Tak lama setelah ia mengucapkan syahadat, istri dan empat anak Yousef mengikuti jejaknya menjadi Muslim. Sekarang, Yousef al-Khattab aktif berdakwah di kalangan orang-orang Yahudi, meski ia sendiri tidak diakui lagi oleh keluarganya yang tidak suka melihatnya masuk Islam.
"Saya sudah tidak lagi berhubungan dengan keluarga saya. Kita tidak boleh memutuskan hubungan kekeluargaan, tapi pihak keluarga saya adalah Yahudi dengan entitas ke-Yahudi-annya. Kami tidak punya pilihan lain, selain memutuskan kontak untuk saat ini. Kata-kata terakhir yang mereka lontarkan pada saya, mereka bilang saya barbar," tutur Yousef tentang hubungan dengan keluarganya sekarang.
Ia mengakui, berdakwah tentang Islam di kalangan orang-orang Yahudi bukan pekerjaan yang mudah. Menurutnya, yang pertama kali harus dilakukan dalam mengenalkan Islam adalah, bahwa hanya ada satu manhaj dalam Islam yaitu manhaj yang dibawa oleh Rasululullah saw yang kemudian diteruskan oleh para sahabat-sahabat dan penerusnya hingga sekarang.
"Cara yang paling baik untuk membuktikan bahwa Islam adalah agama untuk semua umat manusia adalah dengan memberikan penjelasan berdasarkan ayat-ayat al-Quran dan yang membedakan antara umat manusia adalah ketaqwaannya pada Allah semata," ujar Yousef.
"Islam bukan agama yang rasis. Kita punya bukti-bukti yang sangat kuat, firman Allah dan perkataan Rasulullah saw. Kita berjuang bukan untuk membenci kaum kafir. Kita berjuang hanya demi Allah semata, untuk melawan mereka yang ingin membunuh kita, yang menjajah tanah air kita, yang menyebarkan kemungkaran dan menyebarkan ideologi Barat di negara kita, misalnya ideologi demokrasi," sambung Yousef.
Ia mengatakan bahwa dasar ajaran agama Yahudi sangat berbeda dengan Islam. Perbedaan utamanya dalam masalah tauhid. Agama Yahudi, kata Yousef percaya pada perantara dan perantara mereka adalah para rabbi. Orang-orang Yahudi berdoa lewat perantaraan rabbi-rabbi mereka.
"Yudaisme adalah kepercayaan yang berbasiskan pada manusia. Berbeda dengan Islam, agama yang berbasis pada al-Quran dan Sunnah. Dan keyakinan pada Islam tidak akan pernah berubah, di semua masjid di seluruh dunia al-Quran yang kita dengarkan adalah al-Quran yang sama," ujar Yousef.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa Yahudisme di sisi lain berpatokan pada "tradisi oral" misalnya kitab Talmud yang disusun berdasarkan informasi dari mulut ke mulut yang kemudian dibukukan. Para rabbi sendiri, kata Yousef mengakui, bisa saja banyak hal yang sudah orang lupa sehingga keabsahan kitab tersebut bisa dipertanyakan.
Yousef mengungkapkan, kitab Taurat yang diyakini kaum Yahudi sekarang memiliki sebelas versi yang berbeda dan naskah-naskah Taurat itu bukan lagi naskah asli. "Alhamdulillah, Allah memberikan rahmat pada kita semua dengan agama yang mudah, di mana banyak orang yang bisa menghapal al-Quran dari generasi ke generasi. Allah memberkati kita semua dengan al-Quran," tukas Yousef. Meski demikian, ia meyakini dialog adalah cara terbaik dalam berdakwah terutama di kalangan Yahudi.
Ditanya tentang kelompok-kelompok Yahudi yang mengklaim anti-Zionis. Yousef menjawab bahwa secara pribadi maupun dari sisi religius, ia tidak percaya dengan Yahudi-Yahudi yang mengklaim anti-Zionis. "Dari sejarahnya saja, mereka adalah orang-orang yang selalu melanggar kesepakatan. Mereka membunuh para nabi, oleh sebab itu saya tidak pernah percaya pada mereka, meski Islam selalu menunjukkan sikap yang baik pada mereka," paparnya.
Yousef menegaskan bahwa pernyataannya itu bukan untuk membela orang-orang Palestina ataupun atas nama seorang Muslim. Pernyataan itu merupakan pendapat pribadinya. "Allah Maha Tahu," tandasnya.
Sebagai orang yang pernah tinggal di pemukiman Yahudi di wilayah Palestina, Yousef mengakui adanya diskriminasi yang dilakukan pemerintah Israel terhadap Muslim Palestina. Yousef sendiri pernah dipukul oleh tentara-tentara Israel meski tidak seburuk perlakuan tentara-tentara Zionis itu pada warga Palestina.
"Saya masih beruntung, penderitaan yang saya alami tidak seberat penderitaan saudara-saudara kita di Afghanistan yang berada dibawah penjajahan AS atau saudara-saudara kita yang berada di kamp penjara AS di Kuba (Guantanamo)," imbuhnya dengan rasa syukur.
Allah memberikan hidayah pada umatnya, kadang dengan cara yang tak terduga. Seperti yang dialami Cohen atau Yousef yang justru masuk Islam setelah pindah ke wilayah pendudukan Israel di Gaza. (ln/readingislam: EraMuslim)

Pakai serban: Pelajar enggan bayar saman








Gambar Kanan : Dibenarkan Pakai Di Seloroh Negara di Dunia (Tak Kena Saman)

Gambar Kiri : Kena Saman Kalau Memakainya ( Negara Islam Malaysia )


KOTA BHARU 19 Jan. - Mahkamah Majistret di sini hari ini memerintahkan seorang pelajar pondok dipenjarakan dua hari setelah enggan membayar saman atas kesalahan menunggang motosikal dengan berserban.
Ahmad Nasir Darus, 27, dikenakan hukuman itu setelah memilih tidak membayar saman RM90 yang diputuskan oleh Majistret Tengku Amalin Ai'shah Putri Sultan Ismail Petra.
Pelajar Pondok Pasir Tumboh itu disaman kerana menunggang motosikal pada kira-kira pukul 6.30 petang, 20 September 2007 di Jalan Pasir Tumboh di sini tanpa memakai topi keledar.
Peguam bela, Ahmad Rizal Effande Zainal ketika ditemui di luar mahkamah berkata: "Kita akan memfailkan rayuan di Mahkamah Tinggi dalam tempoh tujuh hari dari sekarang.
"Sekiranya kes ini dibawa ke mahkamah ia akan menjadi bahan akademik dan rujukan kerana terdapat kekaburan pada istilah 'lebai' dalam peruntukan undang-undang," katanya. (Sumber Utusam Malaysia)

( "Lu Pikir Lah Sendiri!" )

Monday, January 19, 2009

Perbezaan Antara Dakwah , Misionaris Dan Zionism

(Jews of Uthopians)


Tidak kita nafikan bahawa setiap agama mempunyai misi penyebaran agama masing-masing (religion spreading). Begitulah dengan Islam, Kristian dan juga Zionist. Di sini di perturunkan perbezaan ringkas di antara ketiga-tiga agama “Samaiyyat” ini.

Dakwah
Dakwah adalah tugas dan tanggungjawab seluroh umat Islam. Ianya tidak terpikul khusus untuk ulama malah semua umat Islam perlu melaksanakannya. Umumnya dakwah adalah mengajak ke arah kebaikan dan mencegah daripada setiap kemungkaran. Kegagalan dalam melaksakannya akan menyebabkan memunduran umat. Perlasanaannya akan mengembalikan umat ini kepada “Rahmatan Lil Alamin”

Misionaris
Misionaris adalah sebutan untuk siapa saja yang mengembang dan menyebarkan kristian. Misionaris masuk ke berbagai negara dengan tujuan untuk memperkenalkan dan memperluas penyebaran akidah Kristan. Dalam dunia Katholik mereka disebut sebagai Misionaris manakala di dalam Protestan mereka disebut Zending. Tujuan dari keduanya adalah sama yakni memperbesar jumlah penganut akidah yang mereka sebarkan.

Zionisme
Zionisme adalah sebuah gerakan kaum Yahudi yang tersebar di seluruh dunia agar bangsa Yahudi dapat kembali semula ke Zion. Zion adalah kawasan bukit di mana kota Jerusalem berada. Gerakan ini baru muncul pada abad ke-19. Matlamat mereka ialah ingin mendirikan sebuah negara Yahudi. Pada masa itu kawasan bukit Zion adalah merupakan wilayah Khalifah Ustmaniah yang berpusat di Turki.

Fahaman zionisme ini telah di ciptakan oleh Theodore Herzl, tahun 1896 melalui bukunya yang berjodol “Der Judeenstaat” atau “The Jewish State” (Negara Yahudi) yang dijadikan pedoman bagi mengujudkan negara Yahudi tersebut.

Sumber utama gerakan Zionist ini adalah petikan ayat-ayat di dalam Taurat sebagai pedoman untuk membenarkan tindakan mereka menceroboh Palestine. Mereka juga berusaha meyakinan seluroh dunia bahwa Palestina adalah tanah yang dijanjikan Tuhan kepada mereka.

(Rujukkan: Artikel Erene Hondono)

Friday, January 16, 2009

Antara Mereka Dan Kita


Anak-anak mereka berebut-rebut menadah tangan meminta makanan.
Anak-anak kita makan sambil santai di "KFC" dan "McDonalds"

Anak-anak mereka kepala berbalut luka sambil meraung kesakitan
Anak-anak kita topi baseball terbalik sambil hilai ketawa

Anak-anak mereka tidur tidak berselimut dengan dentuman bunyi meriam
Anak-anak kita tidur ber”econd” dengan diringi muzik “Hifi”

Anak-anak mereka menangis kehilangan adek beradek tersayang,
Anak-anak kita bergaduh dan membenci sesama adek beradek.

Isteri mereka meraung kehilangan suami
Isteri kita meraung kerana suami tambah isteri

Isteri mereka memasak bubur kosong
Isteri kita memasak Beriani Gam resipi terkini

Isteri mereka berparut di muka
Isteri kita ber”botox” agar nampak muda.

Isteri mereka baju koyak rabak
Isteri kita berkebaya moden macam tak cukup kain

Mereka meraung dengan badan berbalut di hospital
Kita ketawa menonton Astro sambil terkangkang di katil empok

Mereka menangis mengenangkan isteri yang mati di atas ribaan
Kita meleleh air liur kemaruk nak tambah isteri

Mereka kehilangan harta dan segala-galanya
Kita kita rancang nak tukar Merc kelas “S”

Mereka gugur syahid sebagai syuhada
Kita mati katak dilanggar mat rempit



( Fikir-fikirkan lah wahai saudaraku semua )

Thursday, January 15, 2009

Tiada Nusrah Dari Allah. Di Mana Sebabnya ?


Air mata bercucuran keluar dari mata aku memenuhi pipi sambil suara menahan sebak yang teramat. Tangan aku genggam erat sambil menghentak meja. Aksi sepontan ini terjadi bila mata aku melihat berita dari Al-Jazeera takala wawancara dengan seorang ibu yang meraung sambil mendukung anaknya. Itu lah yang termampu aku buat tanda simpati kepada saudara-saudara Islam kita di sana.

Ya! Allah! Ini lah keadaan umat, dihina , dizalimi , dianiaya dan dimalukan.Mana mereka-mereka seperti Abu Bakar? Mana mereka-mereka seperti Umar? Mana mereka-mereka yang seperti Sahabat Nabi ? Tiada lagi mereka yang seperti Abu Bakar, Umar dan Sahabat Nabi atau yang mirip seperti Sahabat Nabi. Yang ada hanyalah mereka-mereka yang rakus dengan “Dananir wa Darahim”. Mana mungkin Allah swt akan menurunkan nusrahnya pada umat ini.

Sabda Nabi saw : “ Setiap Ummat ada berhala-berhalanya dan berhala Ummat ini adalah Dinar dan Dirham.” ( Miskat Musabbih)

Apakah berhala itu ? Berhala adalah sesuatu yang disembah yang dipuji yang menjadi tempat mengadu dan bergantung. Dia lah penyelesai sebarang masaalah dalam hidup ini.

Apa kah Dinar dan Dirham itu? Ianya adalah wang, harta, kuasa, pangkat dan kedudukan.

Sabda Nabi saw lagi :” Aku bersumpah dengan nama Allah bukan lah kelaparan yang aku bimbang (takut) menimpa ke atas kamu, akan tetapi yang aku bimbang adalah kemewahan dunia datang ke atas kamu sebagaimana datang kepada mereka-mereka sebelum kamu. Kamu berlumba-lumba untuk mendapatkannya sebagaimana mereka-mereka berlumba-lumba mendapatnya dan kamu lalai dalam mendapatkanya sebagaimana mereka.”( Riwayat Bukhari dari Amru bin Auf).

Bila umat ini berlumba-lumba untuk mendapatkan wang, harta, pangkat dan kedudukan serta hati sentiasa berharap akan jadi kaya raya. Sentiasa berharap agar dapat berkuasa dan menyakini kalau ada wang boleh buat begitu dan begini. Dan kalau ada kuasa ada segala-galanya. Bila perasaan dan sikap begini ada pada umat ini, pasti dan pasti umat ini akan berada di gerbang kebinasaan. Pada ketika ini tiada ada bantuan dari Allah samada bantuan “Zahiriyah” mau pun bantuan “Ghaibiyah”. Buktinya lihat lah apa yang terjadi di Palestine sana.

Dalam e-mail yang diterima yang dipetik dari kenyataan penulis bebas Pakistan dan juga Pengarah CRSS (Pusat Penyelidikan dan Kajian Keselamatan Pakistan) menyatakan sebab apa Yahudi begitu kuat dan kita pula begitu lemah adalah kerana kebayakan tokoh-tokoh dunia adalah dari bangsa mereka. Pencipta-pecipta peralatan moden adalah dari bangsa Yahudi, penemuan ubat-ubatan adalah dari bangsa Yahudi, pemenang anugerah “Nobel Prize” adalah dari bangsa mereka. Saudagar barangan berjenama juga dari bangsa mereka. Pendekata dari segala bidang dikuasai oleh bangsa Yahudi.

Kesimpulan yang dibuat bahawa Umat Islam kurang keupayaan untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan gagal menyalurkanya walau pun Umat Islam mempunyai negera yang kaya-kaya seperti Arab Saudi, Kuwait, Qatar dan UAE. Ringkasnya Umat Islam kekurangan ilmu, kurang pendidikan dan kurang pelajaran.

Pandangan di atas ada juga benarnya namun persoalan yang paling besar adalah Umat Islam tidak memegang agama Islam dengan sunggoh-sunggoh dan telah mengabaikan hak Allah dan Rasulnya. Maka ke mana dunia pun umat ini tinggal dan di mana zaman pun umat ini berada kalau Umat Islam seperti ini pasti akan terus dihina oleh musoh-musohnya. Sehingga lah ummat ini kembali menyempurnakan hak Allah dan Rasulnya barulah umat ini akan keluar dari kepompong kehinaan di berbagai sudut tadi.

Firman Allah swt:
“Wahai orang-orang yang beriman jika kamu membela agama (membantu) Allah nescaya Allah akan membela kamu (untuk mencapai kemenangan atas musoh kamu) dan menegohkan pendirian kamu.” (Muhammad :7)

Firmanya lagi:
“Jika Allah menolong kamu mencapai kemenangan maka tidak ada sesiapa pun yang dapat mengalahkan kamu dan jika dia mengecewakan kamu maka siapakah yang dapat menolong kamu sesudah Allah ? dan ingatlah kepada Allah lah jua orang yang beriman itu berserah diri”. ( Ali-Imran : 160)

Maka umat ini berlu bangun bertaubat dan beristighfar atas kelalaian dan kesilapan kita serta kembali meyempurnakan Hak Allah dan Hak Rasulnya. kembali balik kepada penghayatan Islam dan kembali kepada tugas mulia umat ini iaitu Kerja Dakwah ilallah.

Firman Allah swt :
”Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia (kerana) kamu menyuroh manusia berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada perkara yang mungkar (burok dan keji) serta kamu pula beriman kepada Allah”. (Ali_Imran :110)

Ini lah satu-satunya jalan keluar atas umat ini.

Wallahualam.

Tuesday, January 13, 2009

Sejarah Kebiadaban Yahudi



Kejahatan paling mengerikan adalah kegemaran mereka membunuh para Nabi dan Rasul.

Mereka telah membunuh Nabi Yahya as secara kejam yaitu memenggal lehernya dan kepalanya diletakkan di dulang emas. Nabi Zakaria as juga dibunuh secara keji, iaitu dengan digergaji tubuhnya. Kedua pembunuhan ini terjadi pada masa pemerintahan raja Herodes. Mereka juga gemar membunuh orang-orang sholeh lainnya.

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi tanpa alasan yang benar, dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka dengan siksa yang pedih“. [QS. Ali Imran: 21]

Nabi Isa as. pun tidak luput dari rencana busuk mereka untuk membunuhnya, akan tetapi Allah SWT menyelamatkannya. Sebagaimana firman Allah swt

“Dan karena ucapan mereka: Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih Isa ibnu Maryam Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh dan salib itu ialah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan Isa) benar-benar dalam keraguan tentang (yang dibunuh) itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak yakin bahwa yang mereka bunuh itu Isa”. [QS. An-Nisa’: 157]

Kejahatan raja Zu Nuwas adalah seorang raja Yahudi Najran di Yaman yang sangat fanatik, beliau tidak mahu sebarang agama lain di negeri kekuasaannya. Dikatakan ada sekelompok pengikut Nabi Isa as yang setia telah di ketahui oleh beliau, Lalu mereka dipaksa murtad dan masuk keagama Yahudi, siapa yang tidak mahu akan dibakar hidup-hidup. Raja Zu Nuwas memerintahkan pasukannya untuk menggali parit dan menyiapkan kayu dan bahan bakar, yang akan digunakan untuk membakar umat Nabi Isa as yang setia dan tidak mau murtad. Kejadian ini dikisahkan di dalam Al-Qur’an:

“Binasalah orang-orang yang membuat parit, yang berapi dinyalakan dengan kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu, melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah SWT Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”. [QS. al-Buruj: 4 – 8].

Dalam pemerintahan Kerajaan Rom pimpinan kaisar Markus Urulius, seorang rabbi Yahudi berhasil menghasutnya untuk memusuhi agama Nasrani dan pemeluknya. Akhirnya dibuatlah keputusan untuk membunuh semua tentera yang beragama Nasrani. Hasutan rabbi Yahudi tersebut dilanjutkan dengan menakut-nakuti kaisar, bahwa orang-orang Nasrani mengidap penyakit berjangkit yang membahayakan rakyat. Oleh karena itu kaisar mengeluarkan perintah untuk membunuh semua penduduk Roma yang beragama Nasrani.

Puncak kejahatan Yahudi pada peringkat pertama terjadi pada masa Rasulullah saw di Madinah. Sebagaimana diketahui bahwa Nabi saw sebagai penguasa Madinah melakukan perjanjian damai kepada tiga suku Yahudi, yakni Bani Nadhir, Bani Qainuqa, dan Bani Quraizhah. Akhirnya ketiganya diusir dari Madinah karena melakukan pengkhianatan sebagaimana sudah menjadi kebiasaan mereka mengkhianati semua perjanjian dengan manusia sampai hari ini. Kejahatan mereka direkam dalam sejarah Islam.

Yahudi Bani Qainuqa' adalah Yahudi pertama yang mengingkari janjinya dengan Rasulullah, melalui isu pembunuhan seorang lelaki muslim yang datang menolong wanita muslimat yang di tanggalkan auratnya. Rasulillah dan sahabat mengepong mereka selama 15 malam dan akhirnya menyerah kalah lalu dihukum meninggalkan Madinah.

Yahudi Bani Nadhir melakukan pengkhianatan yang kedua. Satu ketika Rasulullah pergi ke perkampungan Yahudi bani Nadhir untuk meminta bantuan mereka atas diyat (denda) dua orang muslim yang terbunuh dari Bani Amir, yang melakukan pembunuhan adalah Amr bin Umayyah Ad-Dhimari. Permintaan itu dibuat disebabkan sudah adanya ikatan perjanjian persahabatan antara Rasulullah dengan mereka. Ketika Rasulullah datang menyatakan maksud kedatangannya, mereka bersetuju, namun ketika Rasulullah duduk bersandar di dinding rumah mereka, mereka merancang membunoh Rasulullah dengan menjatuhkan batu besar di atas kepalanya. Tetapi Allah melindungi Rasul-Nya dari perancangan Yahudi tersebut dengan mengirimkan wahyu melalui Malaikat Jibril tentang rencana jahat itu. Kemudian Rasulullah bergegas pulang ke Madinah, dan memberitahukan kepada para sahabatnya tentang perancangan burok mereka itu. Beliau memerintahkan para sahabatnya untuk bersiap-siap pergi memerangi mereka. Ketika orang Yahudi Bani Nadhir mengetahui kedatangan pasukan Rasulullah, mereka cepat pergi berlindung di balik benteng. Pasukan Islam mengepung perkampungan mereka selama 6 malam, beliau memerintahkan untuk menebang pohon kurma mereka dan membakarnya. Kemudian Allah memasukkan rasa gentar dan takut di hati mereka, sehingga mereka memohon izin kepada Rasulullah untuk keluar dari Madinah dan mengampuni nyawa mereka. Mereka juga meminta izin untuk membawa harta seberat yang mampu dipikul unta-unta mereka kecuali persenjataan, dan Rasulullah pun mengizinkannya.

“Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara Ahli Kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran kali yang pertama. Kami tiada menyangka bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari siksaan Allah, maka Allah mendatangkan kepada mereka hukuman dari arah yang mereka tidak sangka. Dan Allah menancapkan ketakutan di dalam hati mereka, dan memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang beriman. Maka ambillah kejadian itu untuk menjadi pelajaran wahai orang yang mempunyai pandangan”. [QS. al-Hasyr: 2]

Yahudi Bani Quraizhah melakukan pengkhianatan yang ketiga, Yahudi Bani Nadhir yang telah terusir karena kesalahan mereka sendiri terus mendendam. Bersama Yahudi Quraizhah memilih beberapa pemimpin pergi menghasut orang-orang Quraisy, Ghasafan dan beberapa suku musyrik besar lainnya. Mereka berpakat untuk membentuk pasukan al-Ahzab iaitu pakatan ketenteraan antara pasukan Musyrik dan pasukan Yahudi. Peperangan Al-Ahzab itu betul-betul memberi ancaman besar buat kaum muslimin yang terkepung, apalagi tingkah laku golongan munafiqin yang membuat goyah pasukan Islam. Berkat kesabaran kaum muslimin, maka Allah SWT mengirim Malaikat dengan mendatangkan serangan berupa angin taufan dan petir yang memporak-porandakan pasukan Al-Ahzab. Kesemua mereka lari meninggalkan medan perang dengan membawa kekalahan. Tinggallah Yahudi Bani Quraizhah, lalu Rasulullah dan kaum muslimin terus bergerak menuju perkampungan Yahudi Bani Quraizah, dan mengepung mereka selama 25 malam. Orang-orang Yahudi tersebut benar-benar dicekam rasa ketakutan, lalu memohon kepada Rasulullah agar membenarkan mereka untuk keluar, sebagaimana yang beliau lakukan kepada Yahudi Bani Nadhir. Beliau menolak permohonan mereka, kecuali mereka keluar dengan taat pada keputusan beliau. Kemudian Rasululah menyerahkan keputusan atas mereka kepada Sa’ad ibnu Mu’adz pemimpin suku Aus. Keputusan telah ditetapkan yaitu: laki-laki dewasanya dibunuh, harta dirampas, anak-anak dan wanita menjadi tawanan.

“Hai orang-orang yang beriman ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan. Yaitu ketika datang (musuh) dari atas dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatanmu dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan, dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka disitulah diuji orang-orang mukmin, dan digoncangkan hatinya dengan goncangan yang sangat”. (QS. al-Ahzab: 9-11)

Itulah jenayah yang mereka pernah lakukan malah dipanjang zaman pasti kita akan dapat melihat kerosakan demi kerosakan akan mereka lakukan tanpa belas kasihan. Firman Allah swt :

"Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israel dalam Kitab itu: Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali, dan pasti kamu akan meyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.” [QS. al-Isra’: 4]

Namun mereka pasti dan pasti akan dibunoh oleh tentera muslimin satu waktu nanti sebagaimana janji Rasullullah di dalam hadisnya :

"Kiamat tidak akan terjadi sebelum kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi. Mereka akan diperangi kaum Muslimin, sehingga orang-orang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon. Maka berkatalah batu dan pohon tersebut: Wahai orang Islam, wahai hamba Allah, ini ada orang Yahudi bersembunyi di belakangku, kemarilah, bunuhlah dia! Kecuali pohon gharqad, karena pohon itu adalah pohon Yahudi”. (HR.Bukhori-Muslim)

Wallahualam.
(Ehsan Sidogiri.com dengan sedikit olahan)

Thursday, January 8, 2009

Palestine Oh! Palestine

(Suboh Di Sri Petaling)


Regim Zionis Israel begitu rakus membantai umat Islam Palestine. Saban hari kita di saji dengan berita-berita beserta gambar terkini pulohan yang mati dibantai oleh tentera Zionis Yahudi laknatullah itu. Apa yang boleh kita buat? Hanya tunjuk perasaan di kedutaan Amarika / Israel, bakar bendera, mengangkat poster-poster mencaci Zionis dengan bercampor lelaki dan wanita. Wanita pula ada yang tidak menutup aurat sempurna ketika tujuk perasaan tersebut. Yang lelakinya pula meletakan di leher serban merah/putih yang sering dipakai oleh pemimpin Palestine dengan mulut tidak henti-henti mencaci Zionis Yahudi. Hakikatnya dia sendiri tidak pernah memapakai serban ketika waktu solat. Mulutnya berbiuh-buih mencaci Zionis sedangkan mulut itu juga tidak pernah berbuih-buih berzikir pada Allah pagi dan petang.Apakah ini caranya kita perihatin dengan saudara-saudara Islam kita di Plastine? Kalau ini lah caranya maka ianya sama sahaja dengan protes yang dianjurkan oleh NGO disesetengah negara-negara barat, Jepun ,Korea Taiwan serta lain-lain Negara Asia yang rata-rata mereka bukan Islam. Malah tindakan Pemimpin Negara Vanezuela mengusir keluar Duta Israel dan kakitanganya itu jauh lebih baik berbanding kita jika diukur dari segi kesan kepada Regim Zionis itu.

Kita tidak mengatakan segala protes dan tunjuk perasaan tersebut itu sia-sia belaka namun apakah itu cara terbaik bagi kita sebagai seorang Islam/mukmin.Maka saat-saat akhir ini sebenarnya perlu bagi kita kembali balik dengan cara kita sebagai yang dituntut oleh Islam. Bagaimana Islam mengajar kita cara memulihkan umat ini supaya tidak di hina oleh musoh-musoh kita khususnya Yahudi dan Nasrani. Kata-kata Imam Malik bin Anas (rah) :

“Lan yusliha akhiri hazihi ummah illa ma aslaha awwaluha”

Maknanya :

“Ummat ini tidak sekali-kali boleh dipulihkan melainkan ummat ini kembali kepada carapulih ummat yang terdahulu (Sahabat Nabi).”

Maulana Elias An-Kandalawi (rah) pernah berkata didalam Mahfuzatnya (Kata-kata Nasihat) bahawa Ummat ini akan dihina selamanya sehingga ummat ini kembali melaksanakan amalan kemulian ummat sebagaimana yang tercatit di dalam surah Ali Imran :110

“Kamu (wahai ummat Muhammad saw )adalah sebaik-baik ummat yang dikeluarkan bagi (faedah) ummat manusia(kerana) kamu menyuruh manusia berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang mungkarserta kamu beriman kepada Allah swt.” (Ali Imran :110)

Seruan yang serupa juga telah dilakukan oleh Maulana Yusof (rah) dan juga Maulana Innamul Hassan (rah) di setiap bayan-bayan mereka hampir pada setiap ijtimak yang besar-besar yang dianjurkan.

Apabila Arab mengalami kekalahan dalam Perang Tahun 1967 ditangan Yahudi, Syeikh Yusof Qaradhawi menulis dalam bukunya yang bertajuk: “ Dars an-Nukbah ats-Tsaniyah : Limadza Inhazamnaa Wa Kaifa Nantshir.” Di terjemah di dalam bahasa Indonesia dengan judul : “Mengapa Kita Kalah Di Palestina?”.Beliau menegaskan :”Satu hal yang amat saya tegaskan di sini adalah kewajiban kita untuk kembali kepada Islam. Islam yang benar. Islam yang menyeluruh yang mengembalikan diri kita, sebagaimana yang dulu pernah terjadi, menjadi sebaik-baik ummat yang pernah dihadirkan untuk seluruh ummat manusia. Tanpa kembali kepada Islam, maka nasib yang akan kita alami, sungguh amat mengerikan, dan masa depan pun akan demikian gelap gulitanya.”

Kita sebenarnya telah rosak. Rata-rata orang Islam telah rosak. Segala-galanya telah rosak berpunca dengan kerosakan iman kita. Hasilnya tidak ada bantuan pertolongan dari Allah apabila kita dibantai oleh Zionis Yahudi /Amerika. Maka saat ini perlu kita kembali kepada meneliti amal-amal kita. Apakah ianya menepati kehendak Allah dan rasul sebagaimana sahabat yang sememangnya senantiasa mendapat bantuan pertolongan dari Allah swt. Untuk ini kita hendaklah bertaubat dan beristikhfar di atas segala kesilapan kita kerana sebarang kehinaan pada ummat ini adalah gara-gara kelalaian dan kesilapan kita semua. Firman Allah :

“ Dan (dia berkata ) : “Hai kaumku mohonlah ampun pada tuhanmu lalu bertaubatlah kepadanya niscaya Dia menurunkan hujan yang banyak atasmu dan Dia akan menambah kekuatan pada kekuatanmu (wayazidkum quwwatan ila quwwatikum) dan jaganlah kamu berpaling dengan membuat dosa.” (Hud : 52/12)

Fikir-fikirkanlah. Wallahualam.

p/s : Tulisan ini tidak bermaksud menghina mana-mana gulongan yang berdemontrasi. Masih banyak yang ikhlas dan risau atas ummat ini. Doakan untuk penulis yang serba lemah ini.

Monday, January 5, 2009

Tilapia Bercabei. – “Enak, Rangup, Gereh”

(Kaki Gunung Merapi)

Tilapia Bercabei. – “Enak, Rangup, Gereh”

Paling aku minat tak kala sampai di Sumbar (Sumatra Barat) adalah masakan Padangnya. Pedas memang pedas tapi sedap walau pun berkeringat. Dalam banyak-banyak jenis makanan masakan Padang ni Tilapia Bercili le yang paling aku minat. Pendek kata bila sampai waktu ta’am (makan) pastinya aku akan memileh masakan Tilapia Bercili ni. Kalau tak ada rasanya tak ada selera nak makan. Sekiranya rombongan kami singgah di mana-mana Rumah Makan (Restoran) Tilapia Bercili inilah yang akan aku “order” walau pun di sana, bila duduk je kita kat Rumah Makan tu kesemua jenis lauk pauk akan di hidangkan. Bila makan je phoooh! ‘Tak dapek sei nak kobar’ kata orang Nogori. Borpoloh poloh di bueknya tambahan lagi bila disulami dengan teh nipis suam-suam kuku. “Pehh! Cakap pu tarak guna, sedaaaap gua cakap lu”(bahasa Mat Lentuk)

Kata orang Jakarta :” Di Pulau Jawa, berkeringat sewaktu membanting tapi kalau di Padang berkeringat sewaktu makan”.

Waktu di sana, aku memang akan dibawa ‘Jaulah Khususi’ ke hulu ke hilir. Kekadang hingga tak sempat nak rehat. Habis ulama-ulama akan di khususi sehingga kadang kadang mandi pun juga aku tak sempat. Akhirnya bila banyak sangat makanan pedas yang aku makan ditambah dengan kurang mandi, aku terkena menceret {cerit-birit). Pernah sekali waktu tengahari tak kala menziarahi satu orang ulama tua yang terkenal di Paya Kumboh di Pesentren tertua di sana, tiba-tiba mencerit ni datang . Berpeloh-peloh aku menahan sakit teramat sangat. Dah le tu kena pula waktu berceramah untuk santri-santri (pelajar pondok) di situ. Selesai sahaja ceramah tu, aku terus meluru keluar . “Kat mana wei seinya (w c – tandas) pak?, Menceret aku!”, sambil menyarung selipar yang hampir tersalah kirikanannya. “Sini Pak Ustaz sini!”, sahut salah seorang santri sambil menunjuk ke arah belakang berhampiran kolam. “Uhh! Tak bisa aku neh!, ngak ada pipanya (paip air).”: terang aku dengan nada cemas. “Kalau begitu ikut saya Pak Ustaz,”: terangnya lembut sambil berlari-lari anak ke hujong kolam yang berhampiran. Aku mengikutinya di belakang hingga sampai di tebing kolam ikan yang memang banyak ikan di dalamnya. “Mana wei seinya? “: tanya aku dengan kehairanan. “ Neh! Pak Ustaz “. “MasyaAllah! ini?”: kata aku dengan cemas. “Yah! Tima asih ya!. Santri tadi meninggalakan aku bersaorangan. Cemas bertambah, mencerit dah hampir keluar. “Masaalah-masaalah”,merungut aku sendirian.

Bukannya apa, tandas diorang kat Padang, Indonesia ni rupanya di atas kolam ikan, dah le tu rendah paras pinggang. Tak ada bumbong. Kalau aku buka seluar pasti separoh aurat belakang aku akan terdedah dan memang akan nampak oleh sesiapa pun kalau ada kat belakang aku. Dah le tu santri perempuan memang banyak kat belakang . Paip air biasa pun tak ada tapi ada air mengalir dari paip yang di salurkan dari air bukit. Itu pun dikira o.k le. Janji ada air nak basuh. Gayongnya tak ada,tangan le jadi gayongnya. Pandangan aku ke kiri ke kanan,depan dan belakang. Nasib aku memang baik kebetulan santri-santri perempuan tak ada sorang pun yang pandang kearah kolam waktu tu, apa lagi, terus. . . pantas. . . jadik… .. siap. Belum sempat dudok terus . . . .Heran aku berkocak-kocak air kat bawah tu, berebut-rebut. Sekelip mata najis aku hilang. Rupanya dimakan oleh ikan-ikan Tilapia yang memang banyak kat kolam tu. Aku rasa lega tapi hal tilapia tu memang tak leh aku lupa.

Kami pulang segera kerana rombongan aku dan orang tempatan sedang menunggu aku untuk ta’am tengahari. Sesampai kami, makanan telah terhidang dan kawan-kawan aku begitu berselera menjamah makanan tengahari mungkin kerana kelaparan disebabkan lama menuggu aku pulang. Aku pun dudok di saprah kosong menunggu dulang makanan bersama kenalan orang tempatan. Bila sampai sahaja dulang aku pun siap untuk menjamah dengan bacaan doa makan yang dibaca dengan agak kelam kabut . “Mak Oooiii! Jerit aku dengan perlahan sambil wajah berkerut macam buah prune. ‘Depa bagi ikan Tilapi ni”; kata aku dalam hati.” Silakan Pak Ustaz! Silakan makan Pak Ustaz !”, jemput salah seorang kenalan aku orang tempatan. Bila melihat perubahan sikap aku, dia pun menyapa“Ngapa pak?” . “ Ngak ada apa-apa”, jelas aku perlahan tapi wajah masih lagi berkerut. “Kan Tilapia bercabei ni kegemaran Pak Ustaz”, terangnya kepada aku. “ Ya! Ya! Kata aku membenarkan.namun dalam hati aku ,” Cis potong stem betol”.sambil mulut mengambarkan wajah jijik. Aku menjamah sedikit nasi beserta kuah dengan sekeping keropok buah belinjau lalu meminta izin berhenti makan dengan alasan sakit perut. Sejak hari tu tak de le lagi aku menjamah ikan Tilapia Bercabei tu.

Kepada semua kekawan , sesiapa yang ke Padang atau kemana-mana tempat kat Indonesia kalau nak rasa Tilapia Bercabei tu boleh le “order” kat mana-mana rumah makan. Pasti menyelerakan. “Enaaak, Haruuum ,Gureeeh Pak.“

Embun Di Atas Kuburan

(Airterjun Lembah Hanai)

Embun Di Atas Kuburan (Padang IV)

Embun Di Atas Kuburan
Menitik.......
Titik Demi Titik

Tapi Tak Bisa
Hilangkan Dahaga Pemiliknya

Embun Di Atas Kuburan
Terus Minitik
Titik Demi Titik

Tapi Tak Bisa
Hilangkan Sengsara Pemiliknya

Embun Terus Minitik
Titik Demi Titik
Yang Subor Hanyalah Lalang

Embun Masih Menitik
Titik Demi Titik
Yang Segar Hanyalah Rumput Rumputan

Akan Hilang Titik Embun
Bila Pancarnya Sinar Mentari

Tiada Lagi Titiknya
Sehingga Ke Sore

(Paya Kumboh Dis 2009)

Ulama-Ulama Besar Pendukung Jemaah Tabligh


(Danau Singkarak, Padang Panjang)


1. Maulana Muhammad Ilyas Kandahlawi rah

Pencetus kembali usaha dakwah sebagaimana yang berlaku di zaman awal Islam yakni di zaman Rasulullah saw dan Sahabat ra. Beliau berketurunan Sahabat besar Abu Bakar As Siddiq. Keluarga beliau dikenali sebagai keluarga ahli ilmu dan agama. Berasal dari Jhanjana Muzaffarnagar, Uttar Pradesh, India. Nama asal beliau adalah Akhtar Ilyas. Masa kecil beliau banyak dihabiskan di Madrasah samada Madrasah keluarga beliau maupun madarah besar di India. Beliau pernah berguru selain dari keluarga beliau yang terdiri dari bapa beliau sendiri, Maulana Yahya rah, Maulana Ismail rah. Manakala guru beliau di madrasah sekitar India ialah Maulana Abd.Rasyid Ahmad Ganggohi rah, Maulana Khalili Ahmad rah, Maulana Asyraf Ali Thanwi rah, Maulana Mahmudul Hassan rah. Dan ramai lagi yang tidak tercatit di sini. Hampir kesemua guru-guru beliau adalah pengarang-pengarang kitab muktabar serta tokoh-tokoh besar ulama benua India.

Antara kitab karangan beliau yang terkenal adalah Al Abwabul Muntakhabah min Misykatul Musabbih


2. Maulana Muhammad Yusof Kandahlawi rah.

Beliau adalah putera kepada Maulana Ilyas rah. Belaiu termasuk seorang ulama besar India. Belaiu telah memiliki karya beberapa kitab dalam bahasa A’rab. Antaranya Hayatus Sahabah dalam 3 jilid besar, Amanil Ahbar Syarh Ma’anil Atsar, Muntakhab Ahadis. Beliau juga termasuk seorang guru kepada Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki, Makkah ( Al’Iqdul Farid :16 )


3. Maulana In’amul Hassan Kandahlawi rah.

Beliau termasuk seorang ulama besar India yang oleh Syeikhul Hind (Maulana Mahmudul Hasan rah) dijuluki sebagai “Gudang Mufti” Beliau juga termasuk salah seorang guru kepada Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki, Makkah (Al’Iqdul Farid: 16)


4. Maulana Zhafar Ahmad Thanwi rah.

Beliau adalah penyusun kitab I’laa Ussunan (Ahadis Ahkam, terdiri dari 21 jilid, satu jilid khusus membahaskan pentingnya bermazhab dan bantahan untuk gulongan Wahabbi dan ghoiru Muuqallid. ( Al’iqdul Farid: 15)


5. Syeikhul Hadis Maulana Muhammad Zakaria Kandahlawi rah

Seorang pakar hadis yang menulis banyak kitab, antara lain: Al Abwab Wat Tarajim Lishohihil Bukhori, Awjazul Masalik Syarh Muwathok Imam Malik 15 jilid. Syarh Syamail Tirmizi, Al I’tidal fi Maratibir Rijal serta takhrij hadis beberapa kitab. Kitab yang paling terkenal adalah Fadhoil A’mal. Beliau pernah mengajar di Madinatul Munawwaroh. (Al’Iqdul Farid : 15)


6. Maulana Manzhur Nu’mani rah.

Penulis kitab terkenal Inqilabu Iran (Iran Revolution) kitab yang menedahkan hakikat Revolusi Iran dan perancangan Syiah. Telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa.


7. Sayyid Abul Hasan Ali An Nadwi rah.

Mudir Madrasah Nadwatul Ulama Lucknow, India. Bekas pemimpin Rabithah Adab Al Islami, Direktur Pusat Studi Islam Oxford dan anggota berbagai badan-badan Islam di negara-negara A’rab. Antara kitab-kitab tulisan beliau : Rijalul Fikri Wad Dakwah, Madza Khosiro ‘Alam Binhithotil Muslimin, Qashassul Nabiyyin, Sirah Nabawiyah. Beberapa kitab beliau mendapat penghargaan badan antarabangsa dan sebahagian tulisan beliau telah diterjemah dalam berbagai bahasa. Beliau juga adalah penulis kitab Biografi Maulana Muhammad Ilyas rah.



(Petikan dari kitab Meluruskan Kesalahfahaman Terhadap Jemaah Tabligh muka surat : 8- 9, Karangan Mulwi Ahmad Harun Al Rasyid , Temboro,Magetan Indonesia dengan sedikit pindaan untuk kesesuaian dalam Bahasa Malaysia)

Saturday, January 3, 2009

Akan Ku Warnai ( Padang III )



Akan Ku Warnai ( Padang III )

Akan Ku Warnai
Kain Putih Bersih Itu
Dengan Warna-Warna
Kesukaan Si Ummi

Akan Ku Lukiskan
Kain Putih Bersih Itu
Dengan Lukisan
Corak Rabbani

Agar Tidak Terhasil
Warna-Warna Yahudi
Mau Pun Corak
Lukisan Nasrani

Biar Lukisan Warna Itu
Dicintai Setiap Yang Terlihat
Di Galeri Seni Duniawi

Biar Lukisan Warna Itu
Disenangi Oleh Si DIA
Di Galeri Seni Ukhrawi

( Bukit Tinggi Dis 2008)
P/S : Buat anak-anak tercinta

Kitab Rujukan Jemaah Tabligh.


Dalam kegiatan Jemaah Dakwah dan Tabligh ada beberapa kitab yang dianjurkan untuk dibaca. Walau bagaimana pun kitab-kitab yang lain juga digalakan untuk membacanya secara persendirian. Teknik atau uslub kerja lebih ditekankan di dalam muzakarah katika keluar. Kitab-kitab tersebut antara lain sebagai berikut

Fahail A’mal oleh Syeikhul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Kandhalawi rah. Satu jilid dalam Bahasa Urdu dan telah diterjemahkan dala berbagai bahasa termasuk Bahasa Malaysia dan juga Bahasa A’rab.

Fadhail Sadaqah Oleh Syeikhul Hadis Maulana Zakariyya Kandahlawi rah Juga dalam Bahasa Urdu dan telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa termasuk Bahasa Malaysia. Kedua kitab di atas dianjurkan untuk dibaca kepada umum kerana isinya mudah difahami dan kandunganya diperlukan dalam kehidupan sehari-hari oleh semua kalangan ummat.

Fadhail Haji dan Fadhail Salawat oleh Syeikhul hadis Maulana Muhammad Zakariyya Kandahlawi rah Juga dalam Bahasa Urdu dan telah diterjemahkan kedalam Bahasa Malaysia digalakan bibaca untuk umum ketika menjelang musiam Haji. Manakala Fadhail Selawat dibac secara bersenderian.

Riyadhus Solihin oleh Imam Nawawi Ad Dimasqi rah dianjurkan untuk dibaca membaca dan menelaahnya sebanyak dan sekerap yang mungkin. Bagi kalangan rombongan Jemaah dari negera-negara A’rab digunakan dalam pembacaan Ta’lim harian mereka sebagai penganti Fadhail A’mal.

Hayatus Sahabah oleh Maulana Muhammad Yusof Kandahlawi rah dicetak dalam bahasa A’rab sebanyak tiga jilid. Digalakan menelaahnya oleh mereka-mereka yang berkebolehan berbahasa A’rab. Ianya dibaca diseluroh Markas-markas di seluroh dunia ketika malam perhimpunan selepas Solat Insya. Jilid pertama telah selesai diterjemahkan ke Bahasa Malaysia.

Miskatul Masabbih oleh Imam Khatib At Tibrizi rah. Sebagai bacaan tambahan dan rujukan.

At Tarhib Wa Targhib oleh Imam Hafiz Al Munziri rah sebagai bacaan tambahan dan rujukan.

Al Abwabul Muntakhabah min Miskatil Masabbih oleh Maulana Muhammad Ilyas Al Kandahlawi rah. Sebagai bacaan tambahan dan rujukan.

Al Ahadissul Muntakhabah oleh Maulana Yusof Al Kandahlawi rah juga sebagai bacaan tambahan dan rujukan semasa.

Al Adaabul Mufrad oleh Imam Al Bukhori rah. Sebagai rujukan adab-adab.

(Petikan dari kitab Meluruskan Kesalahfahaman Terhadap Jemaah Tabligh muka surat : 22- 23, Karangan Mulwi Ahmad Harun Al Rasyid , Temboro,Magetan Indonesia dengan sedikit pindaan untuk kesesuaian dalam Bahasa Malaysia)

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin