MAKLUMAN :


widgeo.net

Sunday, December 27, 2009

Kedudukan Mahram Di Dalam Islam Siri II



Sambungan :

Mahram Kerana Musyaharah

Musyaharah berasal dari kata ash-Shihr. Imam Ibnu Atsir rahimahullah berkata, “Shihr adalah mahram karena pernikahan” (An Nihayah 3/63).

Contohnya, mahram yang disebabkan oleh musyaharah bagi ibu tiri adalah anak suaminya dari istri yang lain (anak tirinya) dan mahram musyaharah bagi menantu perempuan adalah bapa suaminya (bapa mertua), sedangkan bagi ibu istri (ibu mertua) adalah suami anak perempuannya (menantu laki-laki) [Al Mufashshol 3/162].

Hubungan mahram yang berasal dari pernikahan ini disebutkan oleh Allah swt dalam firmanNya, yang artinya, “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada suami mereka,atau ayah mereka,atau ayah suami mereka, atau anak lelaki mereka, atau anak lelaki suami mereka.” (Qs. An-Nur: 31)

“Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu (ibu tiri).” (Qs. An-Nisa’: 22)

“Diharamkan atas kamu (mengawini) … ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak istrimu (anak tiri) yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya, dan istri-istri anak kandungmu (menantu).” (Qs. An-Nisa’: 23)

Yang Diharamkan Dengan Sebab Musyaharah (Perkahwinan)

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa orang-orang yang haram dinikahi selama-lamanya karena sebab musyaharah adalah:

1. Ayah mertua (ayah suami)
Mencakup ayah suami atau bapa dari ayah dan ibu suami juga bapa-bapa mereka ke atas (Lihat Tafsir As-Sa’di hal: 515, Tafsir Fathul Qodir 4/24 dan Tafsir Qurthubi 12/154).

2. Anak tiri (anak suami dari istri lain)
Termasuk anak tiri adalah cucu tiri baik cucu dari anak tiri lelaki maupun perempuan, begitu juga keturunan mereka (Lihat Tafsir Qurthubi 12/154 dan 5/75, Tafsir Fathul Qodir 4/24, dan Tafsir Ibnu Katsir 1/413).

3. Ayah tiri (suami ibu tapi bukan bapa kandungnya)
Haramnya pernikahan dengan ayah tiri ini berlaku ketika ibunya telah jimak dengan ayah tirinya sebelum bercerai. Namun, jika belum berlaku jimak, maka diperbolehkan.
Abdullah Ibn Abbas ra berkata, “Seluruh wanita yang pernah dinikahi oleh bapa maupun anakmu, maka dia haram bagimu.” (Tafsir Ath- Thobari 3/318)

4. Menantu laki-Laki (suami anak perempuan kandung)
Dan kemahraman ini terjadi sekadar anak perempuannya diakadkan kepada suaminya (Tafsir Ibnu Katsir 1/417).

Laki-laki yang Bukan Mahram bagi Wanita

1. Ayah Dan Anak Angkat
Hukum pengangkatan anak telah dihapuskan dalam Islam sehingga seseorang tidak dapat mengangkat anak kemudian dinasabkan kepada dirinya. Allah swt berfirman, yang artinya, “Dan Allah tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan dia menunjukkan jalan (yang benar).” (Qs. Al-Ahzab: 4)

Anak angkat tersebut juga tidak dapat menjadi ahli warisnya, karena pada hakikatnya anak tersebut dinilai sebagai orang lain.

2. Sepupu (Anak bapa saudara/ibu saudara dari ayah maupun dari ibu)
Allah swt berfirman tentang hal ini setelah menyebutkan tentang bermacam-macam orang yang haram dinikahi, artinya, “Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali hamba sahaya perempuan yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapanNya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian…” (Qs. An-Nisa’: 24)

3. Saudara Ipar
Perkara ini berdasarkan pada keterangan hadis, “Waspadailah oleh kalian, menemui para wanita,” Berkatalah seseorang dari puak Ansar, “Wahai Rasulullah bagaimana pendapatmu kalau dia adalah Al-Hamwu (saudara lelaki sebelah suami)?” Rasulullah bersabda, “Al-Hamwu adalah merupakan kematian.” (HR. Bukhari no. 5232 dan Muslim no. 2172)

Imam Al-Baghawi berkata, “Yang dimaksud dalam hadis ini adalah saudara lelaki sebelah suami (ipar) karena dia tidak termasuk mahram bagi si istri. Dan seandainya yang dimaksud adalah mertua padahal ia termasuk mahram, lantas bagaimanakah pendapatmu terhadap orang yang bukan mahram?” Beliau selanjutnya berkata, “Maksudnya, waspadalah terhadap saudara ipar sebagaimana engkau waspada dari kematian.”

4. Mahram Titipan
Biasanya yang sering terjadi adalah apabila ada seorang wanita yang akan bepergian jauh (safar) seperti megerjakan umrah, dia mengangkat seorang lelaki yang ‘berlakon’ sebagai mahram sementaranya. Ini merupakan musibah yang sangat besar dan juga amalan bid’ah yang amat terang.

Hukum Wanita dengan Mahramnya
Antaranya ialah:

1.Tidak boleh menikah dengan mahramnya.
Berdasarkan firman Allah swt, “Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan ; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapamu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. An Nisa’ ayat 22-23)

2. Mahram boleh menjadi wali pernikahan.
Wali adalah syarat sah sebuah pernikahan, riwayat dari Abu Musa Al Asyaari berkata, Rasulullah saw bersabda, “Tidak sah nikah kecuali dengan ada wali.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ad Darimi, Ibnu Hibban. Hadits shahih)

Namun tidak semua mahram berhak menjadi wali pernikahan, begitu juga sebaliknya, tidak semua wali datang dari mahramnya. Contoh wali yang bukan dari mahram ialah seperti anak laki-laki bapa saudara (saudara sepupu laki-laki), orang yang telah memerdekakannya, sultan. Adapun mahram yang tidak boleh menjadi wali ialah seperti mahram karena musyaharah (pernikahan).

3. Wanita tidak boleh safar (bepergian jauh) kecuali dengan mahramnya.
Banyak sekali hadits tentang larangan safar bagi wanita tanpa mahramnya.
Dari Abu Hurairah ra katanya Rasulullah saw dalam satu peperangan bersabda, “Tidak halal bagi wanita yang beriman pada kepada Allah dan hari akhir untuk mengadakan safar sehari semalam tidak bersama mahramnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Tidak boleh berkhalwat (berdua-duaan), kecuali bersama mahramnya.
Dari Ibn Abbas ra, beliau berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, “Janganlah seorang lelaki berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita kecuali bersama mahramnya, juga jangan safar dengan wanita kecuali bersama mahramnya.” Seorang laki-laki berdiri lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya isteri saya pergi mengerjakan haji, padahal saya menyertai dalam sebuah peperangan.” Maka Rasulullah menjawab, “Berangkatlah untuk berhaji dengan istrimu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Tidak boleh menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali kepada mahramnya.

6. Tidak boleh berjabat tangan kecuali dengan mahramnya.
Dari Makqil bin Yasar ra, Rasulullah saw bersabda, “Seandainya kepala orang ditusuk jarum dari besi itu lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani dan Rauyani. Hadits Hasan)

(Sumber dari artikel : Mahram bagi Wanita-Wanita :Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif -majalah Al Furqon, Edisi 4/ II)

Monday, December 21, 2009

Aksi Jijik Si Derhaka : Metro 21 Disember 2009


PUTRAJAYA: Dia mempunyai tiga anak, semuanya lelaki, tetapi tiada seorang pun sudi menjaganya, malah tergamak menghantar si ibu berusia 60-an ini ke rumah orang tua, dua tahun lalu.

Sejak itu, tiada seorang pun anaknya pernah menjenguknya termasuk ketika dia sedang nazak, baru-baru ini.

Sebaik jenazah si ibu siap dikebumikan, dua daripada tiga anaknya muncul di tanah perkuburan. Itupun, bukan untuk mendoakan kesejahteraannya, tetapi kerana mahu bertanyakan harta ditinggalkan.

Lebih memilukan, dua beradik derhaka itu saling berebut harta peninggalan ibu mereka tanpa menghiraukan orang ramai yang masih berada di kubur kerana menguruskan pengebumian jenazah wanita malang itu.

Malah, mereka juga tidak menunjukkan perasaan menyesal atau bersalah walaupun tidak berkesempatan bertemu arwah ibu buat kali terakhir selepas dua tahun ‘membuangnya’ di Pusat Rawatan dan Jagaan Orang Tua Al-Ikhlas di Pulau Meranti, dekat sini.

Tiga beradik itu menghantar ibu mereka ke pusat berkenaan selepas mengaku tidak sanggup menjaga sendiri ibu yang dianggap satu bebanan, apatah lagi warga emas itu menghidap penyakit kencing manis dan darah tinggi.

Sebagai helah, tiga beradik itu mendakwa tidak mampu menjaga ibu kerana mempunyai tanggungan ramai walaupun pada hakikatnya mereka mempunyai pekerjaan tetap.

Malah, sehari sebelum wanita itu meninggal, ketiga-tiga anaknya turut dihubongi supaya datang memohon ampun sebelum terlambat selepas mendapati ibu mereka sudah nazak.

Malangnya, akibat keras hati tidak seorang pun anaknya mengunjungi ibu tua berkenaan sehingga dia menghembuskan nafas terakhir Ramadan lalu. (Metro 21 Disember 2009 : Dengan sedikit edit)

Targhib :

Ini lah keadaan kehidupan akhir zaman yang terpapar di dada akhbar. Dari kes zina beramai-ramai, buang bayi, tangkapan khalwat, ragut sehinggalah kepada kes bunoh kejam sekarang ini. Persoalannya bolehkah kita hidup di dalam suasana jahiliah akhir zaman ini. Kehidupan agama yang telah terkikis saban hari.

Bila kita perhati-hatikan nilai-nilai agama sedikit demi sedikit telah hilang di dalam kehidupan kita sekarang ini. Bayangkanlah bagaimana hak-hak ibubapa telah ditekankan oleh Allah swt dan Rasulnya melalui firman dan sabdaan rasulnya namun ianya tidak memberi bekas sedikit pun di dalam hati umat ini.

Diceritakan dari Abu hurairah ra bahawa satu ketika Abdullah Ibnu Umar ra melihat seorang Yaman mengelilingi Ka’bah kerana bertawaf dengan mendukung ibunya di belakangnya sambil berkata, “ Aku adalah seumpama seekor unta yang berjalan atas kehendak penunggangnya. Ketika unta-unta lain lari berkeliaran dan tidak boleh dikawal, tetapi aku tidak.”

Apabila ia melihat Abdullah Ibnu Umar ra, orang Yaman itu menyoal, “Bukankah aku telah menyempurnakan hak ibuku?” Kemudian Abdullah Ibn Umar ra pun menjawab, “Itu bukanlah bayaran ganti rugi, sebenarnya kamu tidak pun terbayar walau pun sedikit dari penderitaan ibunmu sewaktu melahirkanmu.” (Muslim Parents Their Right and Duties : Akhlak Husain)

Yang berkhidmat kepada ibubapa pun belum terbalas apa lagi yang durhaka. Bahagiakah kehidupan kita begitu. Sanggupkah kita melihat balasan tuhan kepada kita jika kita berbuat begitu kepada ibubapa kita?

Terkadang ada yang memelihara ibubapanya di rumahnya namun sebenarnya bukan ia membela mereka namun sebenarnya mereka meletakan kedua ibubapa di rumah hanya semata-mata untuk mengurangkan bebanan mereka dengan mengajikan pembantu rumah yang beratus ringgit setiapa bulan. Ini dapat dijimatkan dengan tidak mengaji pembantu rumah. Hakikatnya ibubapa menjadi pembantu rumah terhurmat dirumah anak sendiri. Hakikatnya lebih hina dari pembantu rumah malah menjadi hamba kepada anak-anak sendiri. Inilah apa yang terjadi sekarang ini.

Jika difikir-fikirkan tidak ada jalan keluar bagi kita melainkan kita perlu kembali kepada nilai-nilai agama dengan mengembalikan umat ini semula kepada jalan agama yang lurus melalui amalan dakwah agar umat ini berada di atas hidayat Allah swt.

Wallahua’lam

Saturday, December 19, 2009

Kedudukan Mahram Di Dalam Islam Siri 1


Kekadang di dalam masyarakat kita soal mahram jarang diambil peduli dan sesetengah mengatakan bahawa sepupu disebelah bapa tidak boleh berkahwin. Selain itu persoalan anak susu juga tidak diambil peduli oleh mereka-mereka yang menyusukan anak jirin hanya dengan maksud menolong. Juga kita dapati di dalam masyarakat kita soal anak angkat juga tidak dititikberatkan oleh keluarga angkat soal aurat. Selain itu aurat sebab Musyaharah atau perkahwinan, juga tidak dititikberatkan di dalam masyarakat kita. Maka rasa terpanggil untuk saya ketengahkan soal mahram anak susuan , kerana perkahwinan dan anak angkat agar kita lebih jelas. Insyaallah


Takrifan Mahram

Mahram adalah semua orang yang haram untuk dinikahi selama-lamanya kerena sebab nasab, persusuan dan pernikahan (Ibnu Qudamah al-Maqdisi dalam al-Mughni 6/555). Sedangkan muhrim adalah orang yang sedang melakukan ihram dalam haji atau umrah.


Pembagian Mahram

Syaikh ‘Abdul ‘Adzim bin Badawi Al-Khalafi (lihat Al-Wajiiz) menyatakan bahwa, seorang wanita haram dinikahi karena tiga sebab, iaitu karena nasab (keturunan), persusuan, dan musyaharah (pernikahan). Oleh karena itu, mahram wanita juga terbagi menjadi tiga macam yaitu mahram karena nasab atau keluarga, persusuan dan pernikahan.


Mahram Karena Nasab

Mahram karena nasab adalah mahram yang berasal dari hubungan darah atau hubungan keluarga.
Allah swt berfirman dalam surat An-Nur ayat 31, yang artinya, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain tudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka atau bapa mereka atau bapa suami mereka atau anak-anak lelaki mereka atau anak-anak lelaki suami mereka atau saudara-saudara lelaki mereka atau anak-anak lelaki saudara laki-laki mereka atau anak-anak lelaki saudara perempuan mereka.”

Para ulama’ tafsir menjelaskan, “Sesungguhnya lelaki yang merupakan mahram bagi wanita adalah yang disebutkan dalam ayat ini, adalah:

1. Bapa
Termasuk dalam kategori bapa yang merupakan mahram bagi wanita adalah datok,samaada datok dari sebelah bapa maupun dari sebelah ibu. Juga bapa-bapa mereka ke atas. Adapun bapa angkat, maka ianya tidak termasuk mahram bagi wanita. Hal ini berdasarkan pada firman Allah swt yang artinya, “Dan Allah tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu.” (Qs. Al-Ahzab: 4)

2. Anak laki-laki
Termasuk dalam kategori anak laki-laki bagi wanita adalah cucu, baik cucu dari anak lelaki maupun anak perempuan dan keturunan mereka. Adapun anak angkat, maka dia tidak termasuk mahram berdasarkan pada keterangan di atas.

3. Saudara lelaki,
Baik saudara lelaki kandung maupun saudara sebapa ataupun seibu saja.Saudara lelaki tiri yang merupakan anak kandung dari bapa sahaja atau dari ibu saja termasuk dalam kategori mahram bagi wanita.

4. Anak Saudara,
Baik dari saudara laki-laki maupun perempuan dan anak keturunan mereka. Kedudukan anak saudara dari saudara kandung maupun saudara tiri sama halnya dengan kedudukan anak dari keturunan sendiri. (Lihat Tafsir Qurthubi 12/232-233)

5. Bapa Saudara,
Baik bapa saudara dari sebelah bapa ataupun dari sebelah ibu.
Syaikh Abdul Karim Zaidan mengatakan dalam Al-Mufashal Fi Ahkamil Mar’ah (3/159), “Tidak disebutkan bahwa bapa termasuk mahram dalam ayat ini (QS. An-Nur: 31) karena kedudukan bapa saudara sama seperti kedudukan kedua ibubapa, bahkan kadang-kadang bapa saudara juga disebut sebagai bapa.

Allah swt berfirman yang artinya, “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalanku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan bapa-bapamu Ibrahim, Ismail dan Ishaq.” (Qs. Al-Baqarah: 133)

Sedangkan Isma’il adalah bapa saudara dari anak lelaki Ya’qub. Maka bapa saudara termasuk mahram adalah pendapat jumhur ulama’.


Mahram Sebab Ar-Radha’(Susuan)

Ar-radha’ah atau persusuan adalah bermaksud masuknya air susu seorang wanita ke dalam mulut anak kecil dengan syarat-syarat tertentu (al-Mufashol Fi Ahkamin Nisa’ 6/235).

Sedangkan persusuan yang menjadikan seseorang menjadi mahram adalah sebanyak lima kali persusuan, berdasar pada hadits dari `Aisyah radhiyallahu `anha, beliau berkata, “Termasuk yang diturunkan dalam Al Quran bahwa sepuluh kali persusuan dapat mengharamkan (pernikahan) kemudian dihapus dengan lima kali persusuan.” (HR. Muslim 2/1075/1452)

Ini adalah pendapat yang rajih di antara seluruh pendapat para ulama’ (Lihat Nailul Authar 6/749 dan Raudhah Nadiyah 2/175).

Sesetengah ulama mengatakan bahwa terdapat dua syarat yang harus dipenuhi sebagai tanda berlakunya mahram ar-radha’ (persusuan) ini, yaitu:

1. Telah terjadinya proses penyusuan selama lima kali.
2. Penyusuan terjadi selama masa bayi menyusui yaitu dua tahun sejak kelahirannya.
3. Hubungan mahram yang berasal dari persusuan telah disebutkan oleh Allah swt dalam firmannya tentang wanita-wanita yang haram untuk dinikahi, yang artinya, “Juga ibu-ibu yang menyusui kamu serta saudara-saudara kamu dari persusuan.” (Qs. An-Nisa’: 23)

Dan disebutkan juga oleh Rasulullah saw yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas r.a ia berkata, “Diharamkan dari persusuan apa-apa yang diharamkan dari nasab.” (HR. Bukhari 3/222/ 2645 dan Muslim 2/1068/ 1447)

Dari penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa mahram bagi wanita dari sebab persusuan adalah seperti mahram dari nasab, yaitu:

1. Bapa Persusuan (suami ibu susu).
Termasuk mahram juga dato persusuan yaitu bapa (ayah) kepada bapa atau ibu persusuan, juga bapa mereka ke atas. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Sesungguhnya Aflah saudara laki-laki Abi Qu’ais meminta izin untuk menemuiku setelah turun ayat hijab, maka aku berkata, “Demi Allah, aku tidak akan memberi izin kepadamu sebelum aku minta izin kepada Rasulullah, karena yang menyusuiku bukan saudara Abi Qu’ais, akan tetapi yang menyusuiku adalah isteri Abi Qu’ais. Maka tatkala Rasulullah datang, aku berkata,”Wahai Rasulullah, sesungguhnya lelaki tersebut bukanlah yang menyusuiku, akan tetapi yang menyusuiku adalah saudara isterinya. Maka Rasulullah bersabda, “Izinkan baginya, karena dia adalah bapa saudaramu.” (HR. Bukhari: 4796 dan Muslim: 1445)

2. Anak lelaki dari ibu susu.
Termasuk anak susu adalah cucu dari anak susu baik laki-laki maupun perempuan. Juga anak keturunan mereka.

3. Saudara laki-laki sepersusuan.
Baik dia saudara susu kandung, sebapa maupun seibu.

4. Anak Saudara persusuan
Baik anak saudara persusuan laki-laki maupun perempuan, juga keturunan mereka.

5. Bapa Saudara persusuan (saudara laki-laki bapak atau ibu susu).
(Lihat al-Mufashol 3/160)

(Rujukan : Dari artikel Mahrom bagi Wanita 2 (Ahmad Sabiq bin ‘Abdul Lathif), majalah Al Furqon, Edisi 4/ II)

Saturday, December 12, 2009

Sebab Kencing Bayi Lelaki Menjadi Najis Mukhaffafah.




Syariat telah membezakan air kencing bayi lelaki dan bayi perempuan bukanlah kerana diskriminasi gender namun ianya adalah ftrah semula jadi yang terkandung hikmah.

Antaranya :-

a) Kencing bayi lelaki pada umumnya lebih cair (tidak pekat) dari kencing bayi perempuan.

b) Bayi lelaki biasanya lebih banyak ingin didukong berbanding dengan bayi perempuan

c) Asal kejadian lelaki dari air dan tanah basah (Adam) manakala perempuan dari daging dan darah (Hawa)

d) Umur baligh bagi anak lelaki dengan air suci (air mani). Manakala umur baligh anak perempuan dengan air suci (air mani) dan juga air najis (darah haid).

Atas sebab-sebab di atas maka syariat telah menentukan bahawa air kencing bayi lelaki tergulong di dalam ketegori Najis Ringan.

(Al-Bajuri : 1/103 dan As-Syarqawi : 1/129)

Thursday, December 10, 2009

Adakah Musibah Ini Disebabkan.......?

Sesetengah saudara Arab kita di Saudi menganggap bahawa mereka kebal dari bala musibah dan bencana alam kerana di sisi mereka ada dua Tanah Haram. Dua Tanah Suci yang Dajjal pun tidak boleh memasukinya. Dikawal ketat oleh malaikat sebagaimana disebutkan oleh sesetengah hadis Nabi saw. Mana mungkin boleh terkena bala bencana, lebih-lebih lagi banjir besar kerana Saudi dipenuhi dengan padang pasir. Tidal logik negara yang berpadang pasir boleh terkena banjir kerana kadar hujan tahun terlalu rendah. Semua beranggapan begitu dan kita yang berada jauh dari Saudi pun beranggapan begitu.

Tetapi kuasa dan kehendak Allah swt tidak ada sesiapa pun boleh menolak miskin pun bertentangan dengan akal kerana janji Allah swt di dalam firmanya :

“Dan apabila Kami kehendaki membinasakan satu negeri (lebih dahulu) maka perintahkan pada orang yang hidup mewah (supaya taat), lalu mereka berbuat fasik (derhaka), sebab itu berhaklah mereka ditimpa siksaan, lalu Kami hancurkan negeri mereka sehancur-hancurnya”(Al-Israk : 16)

“Dan apa sahaja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Dan Allah memaafkan sebahagian besar (dari kesalan-kesalanmu). Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi. Dan kamu tidak memperolehi seorang pelindungan dan tidak pula seorang penolong selain Allah”(As- Asyura:30 – 31)

“Telah zahir kerosakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan-tangan manusia, sehingga Allah merasakan kepada mereka sabahagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar”(Ar-Rum:41)

Lihat sahaja gambar-gambar di bawah ini :-








Beginilah akibatnya, Mungkinkah kerana amal begini:-










Kelab Motor JiddahBoys dalam satu perlumbaan di Jiddah Raceway (Mat RempIt Arab).

p/s: Kerana kekayaan Mat RempIt Arab tidak menggunakan motor malah mereka menggunakan kenderaan mewah, 4WD,MPV

Monday, December 7, 2009

Hukum Berkhatan Bagi Wanita


(Jawapan pada pertanyaan saudara Nik dari ruang Komen dan Pertanyaan)

Telah pun difahami bahawa hukum berkhatan bagi lelaki adalah satu kewajipan di dalam Islam oleh hampir semua mazhab. Ianya melambangkan satu ciri keislaman. Namun hukum berkhitan bagi wanita agak berbeza dikalangan ulama. Ini pernah berlaku di Mesir beberapa tahun yang lalu yang menjadi kotroversi di kalangan ulama mahu pun pakar-pakar perubatan.

Dalil utama berkaitan berkhatan adalah hadsi Nabi saw :
Lima perkara fitrah : berkhatan, mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu ketiak (cukur), memendekkan misai. ( Riwayat Muslim)

Terdapat juga hadis Nabi saw berkaitan dengan isu khatan ini dan diambil oleh ulama bagi menetapkan hukum berkhatan miski pun hadis itu tidak diyakini kesahihannya. Rasulullah dilaporkan bersabda kepada seorang bidan dengan katanya, “Potonglah . . . . tetapi janganlah melebihi hadnya, kerana itu adalah lebih baik untuk kesihatannya dan lebih disukai oleh suami.”

Berdasarkan hadis di atas, berkhatan bagi wanita ini adalah lebih baik untuk kesihatan serta dapat mempertingkatkan lagi hubungannya dengan suami. Perkataan Nabi saw “. . Jangan melebihi had. . “ perlu diambil perhatian.

Selain itu berdasarkan hadis di atas juga, ada beberapa Negara Islam yang bersetuju dengan amalan ini dan ada tidak bersetuju. Namun mengambil jalan tengah itu adalah yang terbaik kerana ianya bukan sesuatu yang di wajibkan oleh sesetengah ulama. Sesiapa yang ingin berbuat demikian terhadap anak-anak perempuan mereka bolehlah berbuat demikian dan sesiapa yang tidak mahu pun tidak ada masaalah. Namun bila di lihat sausana dan keadaan sekarang ini ada ulama menitikberatkan untuk dilaksanakan (Yusof Qaradawi)

Namun begitu pandangan para ulama mazhab di dalam memahami hadith di atas terbahagi kepada tiga kumpulan :-

1) Hukumnya sunat bagi lelaki dan wanita : Ia adalah pandangan Imam Malik dalam satu riwayat, Abu Hanifah dan sebahagian Ulama mazhab Syafie.

2) Wajib bagi lelaki dan wanita : Demikian fatwa Mazhab Syafie dan kebanyakan Ulama dan juga pandangan Imam Suhnun anak murid Imam Malik,

3) Wajib bagi lelaki dan hukumnya sunat bagi wanita. Demikian sebahagian ulama Syafie, dan mazhab Hanbali.

Kesimpulannya disepakati bahawa berkhatan bagi lelaki adalah wajib, dan jika umat Islam satu negara semuanya tidak berkahatan, maka pemerintah perlu bertindak ke atas mereka.

Wallahua’lam.

Saturday, December 5, 2009

Jawapan Kepada Kritikan Artikel “Ulama-Ulama Besar Pendukung Jemaah Tabligh”.


Nota :

Tulisan ini agak sedikit keras dan ianya ditulis pada Julai 2009 yang lalu. Untuk makluman ini Bukan Cara Saya, namun apabila kecaman keras ke atas Maulana Zakaria rah dan beberapa orang ulama maka saya pun menjawab dengan cara yang bersesuainya. Cadangan awal untuk tidak pamerkan jawapan ini, namun bila selesai ijtimak tempoh hari rasanya terpanggil untuk pamerkan.

Untuk makluman saudara/saudari ianya adalah beberapa jawapan namun ini adalah jawapan terakhir. Kemudian dari itu tidak ada lagi email yang saya terima dari pengkritik berkenaan. Di dalam kenyataan beliau (pengkritik) katanya ia adalah bekas pengikut Tabligh dan pernah keluar 40 hari

Jawapan :

Assalamualaikum,

Maaf kerana saya baru terbaca komen saudara kerana baru je pulang dari khuruj 10 hari masturat.

Masing-masing ulama berbeza pendapat dan pandangan bukan sahaja di dalam isu Jemaah Tabligh tetapi hampir keseluruhan isu dan cabang agama. kalau kita baca blog atau website wahabi/salafi pasti dan pasti kita akan berjumpa perbezaan ketara dan pasti kita akan menjumpai kritikan dan pandangan yang kata kuncinya adalah "bid'ah". Untuk makluman saudara apakah ulama-ulama yang saya senaraikan yang menjadi pendukung Jemaah Tabligh adalah ulama yang begitu bodoh dan ulama wahabi/salafi sebegitu alim dan sebegitu cerdik. Apa yang dikesan oleh ulama wahabi/salafi yang dikatakan sesat dan bidah tidak pula disedari oleh ulama selain wahabi/salafi. Betulkah begitu atau semua ulama selain wahabi/salafi sesat belaka? Apa yang saya sebutkan bukan cakap kosong. Saudara boleh buka puluhan blog/website wahabi/salafi dan kitab-kitab yang mengatakan demikian. Membid'ah dan menyesatkan berbagai gerakan yang berlainan dengan manhaj Wahabi/salafi. Menyesatkan Jemaah Tabligh, Ikhwanul Muslimin, Gerakan Tariqah dan Kesufian, Imam-imam Mazhab yang empat serta ulama-ulama terdahulu. Tidaklah menghairankan kalau Jemaah Tabligh menjadi sasaran kritikan.

Persoalan yang saudara minta saya komen sebenarnya persoalan yang telah biasa dibahaskan diberbagai blog/website Salafi Indonesia. Ianya bukan bertujuan untuk mencari kebenaran atau titik pertemuan tetapi sebaliknya.Persoalan ini juga adalah persoalan yang biasa yg dikemukakan oleh hampir 99% mereka-mereka yg berfahaman wahabi/salafi. Setakat yang difahami tidak ada satu pun pandangan yang dibahaskan akan diterima oleh mana-mana Wahabi/Salafi walau apa pun hujjah yang diberikan miskin pun ianya seorang ulama.Jadi saya membuat keputusan untuk tidak menjawab persoalan yang dikemukakan.

Perumpamaan : Kawah gulai yang dimakan dan dijamah di zaman sahabat rahum adalah gulai fresh yang baru dimasak oleh Rasulullah saw. Rasanya enak dan sedap serta menyelerakan oleh sesiapa sahaja yang memakannya. Isinya, dagingnya yang berbagai dapat dimakan dan dijamah oleh sahabat rahum. Selepas sekian lama, kawah itu telah dimakan dan jamah oleh berbagai generasi sehinggalah ianya dijamah dan dimakan oleh generasi pinggir kedatangan Dajjal (sekarang ini). Maka ketika itu kawah gulai berkenaan telah pun hampir kering yang tinggal hannyalah cebisan serat-serat daging seurat dua. lalu sipenjamahnya yang akhir ini mengomen mengatakan mereka benar-menar merasai, menjamah gulai dan isinya lalu mengomen gulongan yang lebih dahulu merasai, menjamah dan memakan gulai dan isinya.Kononnya merekalah yang benar-benar memahami resepi gulai berkenaan dan benar-benar merasai kesedapan gulai berkenaan. Akhirnya mereka mendustai kesedapan generasi lalu dengan menyenaraikan kandungan resepi tulin katanya dari Nabi saw. Begitulah perumpamaan.

Saudara pernah keluar Tabligh 40 hari saudaralah hakim yang sebaiknya untuk menilai dan merasai kemanisan di dalam beribadat. Ketika saudara berada di dalam manhaj Wahabi/Salafi dan ketika berada di dalam 'kesesatan' Tabligh yang telah difatwakan oleh ulama Wahabi/Salafi yang saudara dukungi. Saudara berhak memilih jalan yang saudara yakini tiada sebarang paksaan. Kalau saudara ikut Jemaah Tabligh sekali pun, tiada jaminan jutaan manusia boleh mendapat hidayat dengan sebab kemasukan saudara. Jemaah Tabligh tidak berhajat kepada saudara, saya juga kepada sesiapa hatta ulama-ulama yang sedia ada sekali pun.

Untuk makluman saudara jika satu dunia tak nak ikut Jemaah Tabligh, itu pun tiada sebarang kerugian kepada Jemaah Tabligh sedikit pun. Di dalam berbagai kritikan yang dilempar saya dapati makin ramai yang mengikuti Jemaah Tabligh. Buktinya sila saudara datang sendiri nanti ketika Ijtimak sedunia 10,11 dan 12 Julai 2009 nanti pasti akan dapati dari negara pengasas Wahabi/salafi (Arab Saudi) pun ribuan yang akan hadir selain negara-negara Arab yang lain.Saudara datanglah sebagai "pemerhati ajaran sesat". Jangan terkesan dengan sebarang ceramah yang diberi kerana ianya adalah "BID'AH" dan "SESAT" sebagaimana yang Salafi/Wahabi anggap.

Wassalam.

P/s : Tulisan ini tidak bertujuan untuk semua Salafi/Wahabi cuma yang berkaitan sahaja. Masih ramai lagi yang bagus dan lebih baik dari saya. Maaf kalau tersinggung.

Thursday, December 3, 2009

Kalaulah Tidak Kerana Hidayat Mu


Kalaulah Tidak Kerana Hidayat Mu
Tidaklah Aku Fahami
Rindunya Ibrahim Terhadap Ismail

Kalaulah Tidak Kerana Hidayat Mu
Tidaklah Aku Fahami
Kepingin Zakaria Terhadap Yahya

Kalaulah tidak Kerana Hidayat Mu
Tidaklah Aku Fahami
Keperihatinan Lokman Terhadap Putranya

Kalaulah Tidak Kerana Hidayat Mu
Tidaklah Aku Fahami
Pengharapan Nuh Terhadap Putranya

Ku Rangkumkan Semuanya
Terhadap Putra Ku
Tatkala Berada Di Jalan Mu

(Kota Bahru, Kelantan : Nov 2009)

p/s : Entah le. Keluar kali ni teringat pula kat anak kecil aku.
Tu yang terkeluar sajak ini.Nak buat macam mana dah karkun akhir zaman.

Monday, November 30, 2009

Solat Aidil Adha Di Satu Tempat Di Mesir



Baru-baru ini aku menerima satu email dari teman mengenai gambar sekitar solat Aidil Adha di satu tempat di Mesir. Ianya menunjukan percampuran di dalam saf di antara lelaki dan wanita.Persoalannya adakah sememangnya aturcara solat sebegitu yang sememangnya menjadi kontravesi satu ketika dahulu yang berkaitan dengan solat Jumaat yang diimami oleh Dr.Aminah Wadudu? Atau adakah kerana darurat yang menyebabkan solat dilaksanakan begitu. Wallahu'alam.

Namun ianya belum pernah berlaku melainkan di depan Kaabah selepas tawaf. Ini disebabkan keadaan sebegitu dan darurat. Atau apakah ianya sebahagian dari petanda KIAMAT yang makin hampir? Wallahualam

Program Kuliah Bulan Disember 2009



1 Dis 2009 (Sel) : Kuliah Hadis Tmn Rose Mewah/Cempaka 2.
3 Dis 2009 (Kha) : Kuliah Bulanan Tmn Gadong Jaya
4 Dis 2009 (Jum) : Kuliah Bulanan Tmn Desa Okid
5 Dis 2009 (Sab) : Bahrul Maazi Jld 3 Tmn Rose Mewah/Cempaka 2
6 Dis 2009 (Ahd) : Kuliah Suboh Surau Jumaat Tmn Garden Home
7 Dis 2009 (Isn) : Kuliah Zohor MAS Hanger 6 KLIA.
7 Dis 2009 (Isn) : Kuliah Bahrul Maazi Jld.7 Tmn Sri Pagi
8 Dis 2009 (Sel) : Kuliah Hadis Tmn Rose Mewah/Cempaka 2
10 Dis 2009 (Kha) : Kuliah Bulanan Tmn Cempaka 1
11 Dis 2009 (Jum) : Kuliah Bulanan Tmn Rembau Utama
12 Dis 2009 (Sab) : Bahrul Maazi Jld.3 Tmn Rose Mewah/Cempaka 2
13 Dis 2009 (Ahd) : Kuliah Suboh Masjid Bongek, Rembau
13 Dis 2009 (Ahd) : Kuliah Hadis Tmn Desa Melor
14 Dis 2009 (Isn) : Kuliah Bulanan Tmn Lavender Height
15 Dis 2009 (Sel) : Kuliah Hadis Tmn Rose Mewah/Cempaka 2
16 Dis 2009 (Rab) : Kuliah Zohor Petronas KLIA.
17 Dis 2009 (Kha) : Program Qiamullail Remaja Surau Al-Amin.
18 Dis 2009 (Jum) : Ceramah Perdana Ma'al Hijrah Surau Al-Amin
19 Dis 2009 (Sab) : Bahrul Maazi Jld.3 Tmn Rose Mewah/Cempaka 2
19 Dis 2009 (Sab) : Ceramah Ma'al Hijrah Surau Ibrahim G/Home Fasa E
20 Dis 2009 (Ahd) : Kuliah Bulanan Tmn Dato Wan, Ampangan
21 Dis 2009 (Isn) : Kuliah Bahrul Maazi Jld.7 Tmn Seri Pagi
22 Dis 2009 (Sel) : Kuliah Hadis Tmn Rose Mewahh/cempaka 2
23 Dis 2009 (Rab) : Ceramah Ma'al Hijrah Pejabat Kastam Seremban.
24 Dis 2009 (Kha) : Kuliah Bulanan Pengasih, Kuala Lumpur
25 Dis 2009 (Jum) : Keluar 3 Hari Disember 2009
28 Dis 2009 (Isn) : Kuliah Zohor MAS Hanger 6 KLIA
28 Dis 2009 (Isn) : Kuliah Hadis Tmn Gala, Labu
29 Dis 2009 (Sel) : Kuliah Hadis Tmn Rose Mewah/Cempaka 2.
31 Dis 2009 (Kha) : Kuliah Bulanan Tmn Jasmine.

Nota : Sekiranya Ada Perubahan Akan Dimaklumkan Kemudian.

Friday, October 16, 2009

Suhbat Bersama Maulana In’amul Hassan Kandahlawi rah.


Sewaktu kuliah Syeikh Nuruddin Al-Banjari Al-Makki pada Ramadhon yang lalu, beliau ada menyentuh mengenai kemulian Maulana In’amul Hassan rah (Amir ketiga Jemaah Tabligh). Antaranya beliau berkata bahawa Maulana In’amul Hassan ini adalah termasuk seorang yang sentiasa berzikir sehingga zikir harian beliau mencecah 70,000 sehari semalam. Juga kata beliau bahawa sewaktu beliau dilantik menjadi syura (kata Syeikh yang bermaksud Amir /Hadrat ji Jemaah Tabligh) orang yang memutuskan siapakah yang akan menjadi amir ketika itu ( Maulana Zakaria rah) memerintahkan setiap orang yang ada di dalam majlis berkenaan keluar melainkan dia yang pernah melihat malaikat. Akhirnya semua keluar yang tinggal hanyalah Maulana In’anamul Hassan rah. Beliau menangis terisak-isak kerana rahsia beliau selama ini telah terbocor. Kisah ini beliau mendengar dari Syeikh Abdul Wahab, Amir Pakistan. (Mungkin ketika beliau hadir di Ijtimak Indonesia baru-baru ini)

Maulana In’amul Hassan, Amir kedua Jemaah Tabligh ini adalah seorang yang sangat alim khusus di dalam bidang hadis.Beliau mempelajari ilmu agama dari beberapa orang ulama terkenal di India juga khusus dari ulama di kalangan keluarga sendiri. Beliau termasuk seorang ulama besar India yang oleh Syeikhul Hind (Maulana Mahmudul Hasan rah) dijuluki sebagai “Gudang Mufti” Beliau juga termasuk salah seorang guru kepada Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki, Makkah (Al’Iqdul Farid: 16).

Sebenarnya amir-amir Jemaah Tabligh, kesemua mereka adalah dari keturunan Abu Bakar r.a yang silsilah keturunan mereka ini dijagai sehingga sekarang. Kalau kita membaca biography keturunan mereka, kita akan dapati bahawa perkahwinan mereka adalah di dalam lingkungan keluarga terdekat demi menjaga silsilah keturunan tersebut.
Seperti mana kita bertanya kepada orang-orang keturunan India yang lahir dan tinggal di Malaysia, “Kamu orang mana?”. Pasti dia akan menjawab,”Saya orang Malaysia.” Yang sebetulnya dia orang Malaysia tetapi keturunan India. Begitu juga dengan keluarga amir-amir Jemaah Tabligh ini, mereka adalah orang India tetapi berketurunan Arab dari rumpun Abu Bakar r.a.

Pada tahun 1991, aku diberi kesempatan mengerjakan haji dan pada tahun yang sama ramai elders dari India, Pakistan dan Bangladesh ikut mengerjakan haji. Maulana In’amul Hassan juga datang mengerjakan haji beserta dengan beberapa orang dari Markaz Nizamuddin India. Ketika berada di Madinah, kami beberapa kali dijemput untuk mendengar nasihat dari ulama-ulama ini. Sewaktu berada di sebelah kiri kuburan Nabi saw, aku dapati Maulana In’anul Hassan di tolak masuk di atas kerusi roda dari pintu Bab Al-Nisak yang sememangnya dibuka untuk semua jemaah masuk. Ketika di tolak masuk ke dalam Masjid oleh pembantu beliau, aku dapati semua ahli jemaah mengelak memberi laluan kepada beliau. Wajah beliau yang begitu berseri-seri menjadi tarikan ribuan jemaah dari berbagai negara ketika itu. Mereka berebut-rebut untuk bersalaman dengan beliau namun dilarang berbuat demikian disebabkan kesihatan beliau yang tidak mengizinkan. Setelah memberi salam kepada Rasulullah di kuburan, beliau akan bersolat sunat dan duduk beberapa lama menunggu solat. Kami mengambil kesempatan untuk berada bersama-sama beliau. Beberapa orang-orang Arab yang tidak mengenali beliau bertanya kepada aku siapakah syeikh berkenaan. Aku memberitahu mereka bahawa beliau adalah seorang ulama dari India. Biasalah tidak ramai orang mengenali ulama-ulama Jemaah Tabligh kerana Jemaah ini tidak ada akhbar, pamplet ,Brochures dan lain-lain. Selain itu mereka-mereka ini tidak dijemput untuk menghadiri sebarang seminar melainkan Maulana Abul Hassan Ali Nadwi rah.


Sewaktu Ijtimak Raivind, Pakistan, Maulana In’amul Hassan hadir pada hari akhir untuk berdoa. Ramai saudara-saudara Arab tidak pernah melihat dan mendekati beliau. Mereka hanya biasa dengan ulama-ulama di Markaz Raivind di Pakistan sahaja. Namun apabila mereka terpandang sahaja Maulana In’amul Hassan mereka seperti separuh gila. Apa tidaknya wajah beliau begitu bercahaya menjadi tarikan sesiapa sahaja yang melihat beliau. Betul-betul dihadapan aku beberapa orang saudara dari Negara Arab ini seperti separuh gila cuba meluru mendapatkan Maulana namun mereka dihalangan oleh petugas sekuriti sambil mententeramkan keadaan. Setelah Maulana menaiki kenderaan, ada yang cuba bergayut pada kenderaan tersebut. Begini keadaan gelagat mereka di kalangan saudara Arab yang tidak pernah melihat maulana dengan wajah yang begitu bercahaya. Ada seorang ahli jemaah dari U.S yang datang ke Markas Nizamuddin, India. Beliau seorang yang berkulit hitam dengan badan sasa yang cukup cekap di dalam seni mempertahankan diri, menceritakan, “ Aku tak pernah takut dengan sesiapa pun walaupun ia lebih besar dari aku. Pasti aku akan lawan. Namun setelah aku melihat Maulana In’amul Hassan, wallahi! aku terkencing.” Cerita beliau ketika waktu rehat di Markaz Nizamuddin, India. Bayangkanlah bagaimana kehebatan sahabat-sahabat Nabi khususnya Umar r.a yang menjadi ketakutan pada musuh hanya sekadar mendengar nama sahaja.

Pada tahun 1992 aku diizinkan tuhan untuk keluar lagi di India. Pada cillah (40 hari ke tiga) akhir, aku terkepung di Markaz Nizamuddin disebabkan Delhi diistiharkan curfew selama seminggu. Ianya adalah kerana Masjid Babri di Ayodoya diruntuhkan oleh fanatik-fanatik Hindu. Kebiasaanya sesaorang itu akan berada hanya 3 hari sahaja dan akan dihantar keluar di route yang diputuskan. Namun disebabkan curfew, maka kami tinggal hampir seminggu di Markaz Nizamuddin. Ketika ini aku dan teman aku yang sedang belajar di Shaharanpur juga ikut terkepung. kami mengambil kesempatan ini untuk berada bersama Maulana In’amul Hassan setiap hari selepas solat Asar untuk duduk berzikir bersama beliau. Belum pernah aku merasai kelazatan berzikir sepanjang hidup aku sehingga kini melainkan ketika berzikir bersama beliau. Sedangkan ketika itu aku hanya berzikir dengan zikir biasa sahaja iaitu tasbih, selawat dan istighfar, namun ianya terasa begitu khusyuk sekali. Mungkin kerana aku berada bersama beliau serta kesan zikir beliau tertempias kepada aku. Ini sebagaimana yang telah diterangkan oleh Maulana Zakaria rah di dalam kitab beliau Fadhilat Zikir yang mana terkadang-kadang kesan zikir dari sesaorang yang dekat dengan Allah akan memberi kesan kepada sesiapa sahaja yang berada berdekatan beliau.

Aku melihat beliau sentiasa berzikir dengan mulut beliau berkumat- kamit. Beliau tidak memegang sebarang biji tasbih namun kedua-dua belah tangan kanan dan kiri digunakan untuk berzikir. Ibu jari dan jari telunjuk akan sentiasa bergerak-gerak seperti kita mengira biji tasbih. Jika sesiapa yang datang menjumpai beliau beliau akan melayani namun jari-jari tangan tadi tetap akan bergerak. Sepanjang kami berzikir di dalam bilik Maulana In’amul Hassan tidak ada orang lain hanya aku, teman aku dan satu dua lagi maulana yang aku tidak kenali. Di hujung-hujung masa iaitu sekitar 5,6 hari barulah waktu curfew itu ditarik balek oleh pemerintah. Aku lihat ramai tetamu yang datang dari jauh dan bertemu dengan Maulana. Rupanya waktu itu adalah waktu mesyuarat syura-syura seluroh India, Pakistan dan juga Bangladesh. Kami mengambil menafaat dari mesyuarat berkenaan untuk mendengar nasihat dari beberapa elders yang datang. Ini termasuklah nasihat dari Maulana In’amul Hassan sendiri.Nasihat dari Maulana Umar Palampuri, Maulana Said Ahmad Khan dan juga Haji Abd Wahab. Kesemua nasihat mereka cukup memberi kesan kepada kami.

Aku dan teman penah bertanya kepada Maulana Mustaqim sewaktu makan bersama beliau di Markaz Raivind, Pakistan, “Mengapa kulit Maulana In’amul Hassan putih begitu? Jawab beliau, “ Maulana In’amul Hassan terkena serpihan sihir. Kata Maulana Mustaqim lagi, “ Kulit Maulana yang sebenar hanya kamu boleh lihat sewaktu beliau memejamkan mata iaitu kulit di atas kelopak matanya sahaja warna kulit asal beliau.” Tambahnya lagi,” Jika beliau lalai sahaja dari berzikir pasti beliau akan terkena sihir yang dihantar oleh gulongan Hindu dan juga gulongan “Brelwey” (Grave worshipper).

Mungkin ada orang berkata bahawa aku terlalu fanatik dengan Maulana In’amul Hassanh namun aku berani bersumpah bahwa aku tidak berani menatap mata beliau. Kalau beliau memandang kepada aku pasti aku akan menundukan mata aku ke bawah. Apabila beliau melihat ketempat lain barulah aku akan menatap wajah beliau. Ini adalah kerana kehebatan yang ada pada beliau serta wajahnya yang cukup bercahaya. Saat paling aku merasa takut adalah saat seorang India tiba-tiba datang meluru kepada beliau. Entah macam mana orang India ini boleh lepas tiga kawalan sekuriti. Beliau tiba-tiba menengking lalu orang India itu lari keluar dengan ketakutan. Kata kawan aku ramai orang India yang cuba loloskan diri masuk khususnya yang berfahaman ‘brelwey’ yang kekadang untuk melepaskan sihir.

Pengalaman suhbat bersama beliau benar-benar memberi kesan yang mendalam di dalam jiwa aku yang cukup sukar untuk dilupakan. Apa lagi ketika itu berpeluang berbaiat dengan beliau. Isteri aku yang keluar masturat pada tahun 1990 juga berpeluang tinggal di rumah isteri beliau untuk selama 3 hari. Wanita ketika itu juga berpeluang bebaiat dengan beliau. Ianya juga memberi kesan yang mendalam di dalam jiwa.

P/s : Bukanlah maksud aku untuk menggangkat elders Jemaah Tabligh atau bersikap ‘ghulu’ terhadap Maulana Jemaah Tabligh. Namun apabila Syeikh Nuruddin Al-Banjari Al-Makki menceritakan demikian maka aku terpanggil untuk meceritakan juga pengalaman yang aku pernah tempuhi.

Sunday, October 11, 2009

Adakah Kita Kebal Dari Bala Musibah?


Berita Di Akhbar Harian:


Hj.KAHAR RASUL MELAYU

Abdul Kahar ditangkap pada 16 September lalu di rumah sewa di Sungai Long dan ditahan di Penjara Sungai Buloh. Pertuduhan mengikut Seksyen 7, 8(a), 10(b), 12 (c) dan 13 Enakmen Jenayah Syariah Negeri Selangor 1995.

Bagi tuduhan pertama, ketua ajaran sesat yang diharamkan pada 1991 itu mengaku bersalah menyebarkan doktrin palsu dengan mendakwa solat cukup sekadar mencegah kemungkaran dan ibadah haji sia-sia dan merugikan.

Abdul Kahar juga didakwa membuat dakwaan palsu dengan mengisytiharkan dirinya sebagai Rasul Melayu yang bertentangan ajaran Islam.

Dia juga menghadapi tuduhan menghina Islam dengan mengeluarkan perkataan yang berbunyi ‘sekiranya ada orang yang berbuat mungkar barulah boleh solat, mencegah kemungkaran adalah rukun, mentaati Allah itu adalah sujud, tidak perlu tonggang-tonggeng dan membebel sorang-sorang (merujuk kepada solat).
Dia juga menghadapi tuduhan keempat menyebarkan pandangan bertentangan fatwa dengan mendakwa sebagai Rasul Melayu, solat tidak wajib dan ibadah Haji tidak perlu ditunaikan di Makkah sebaliknya boleh dikerjakan di mana-mana saja.

Bagi tuduhan kelima, Abdul Kahar didakwa mengingkari arahan mufti apabila mengajar ajaran sesat itu di depan tiga individu lain sekali gus menghina pihak berkuasa agama yang sudah mewartakan ajaran itu sebagai sesat.


RANCANG BUNUH, BAKAR

KUALA LUMPUR: Nasib tiga tertuduh dalam kes bunuh pensyarah Universiti Teknologi Mara (UiTM), Bakaruddin Busu, lima tahun lalu akan diketahui 13 November ini apabila Mahkamah Tinggi di sini, memberikan keputusannya.

Hakim Datuk Muhammad Ideres Muhammad Rapee menetapkan tarikh itu selepas pihak pendakwaan selesai membuat hujahan balas terhadap hujahan peguam bela yang didengar pada 15 September lalu.

Terdahulu, dalam hujahan balas Timbalan Pendakwa Raya, Mohd Nordin Ismail, berkata ketiga-tiga tertuduh, Sulkarnain Alias, 32, Noorman Ab Wahab, 31, dan Azizul Azual Mohamad Jailani, 24, membuat perancangan awal membunuh mangsa dengan menikam menggunakan pedang seterusnya membakar mayat bagi melupuskan bukti.


BERSALIN SEHARI LEPAS NIKAH

ALOR STAR: Akad nikah kelmarin, namun semalam dimasukkan ke wad kerana sakit hendak bersalin adalah pengalaman dilalui seorang remaja perempuan berusia 15 tahun dari Kuala Kedah dekat sini, apabila dikurniakan zuriat hanya sehari selepas bergelar isteri.

Kejadian menimpa remaja itu disebabkan dia terlanjur dengan teman lelaki berusia 19 tahun.

Difahamkan, remaja itu cuba menyembunyikan kandungan daripada pengetahuan keluarga, tetapi tidak bertahan lama apabila ibunya mengesan perubahan bentuk tubuhnya dan mendesaknya menceritakan perkara sebenar.

Sebaik mengetahui itu, keluarganya berjumpa keluarga teman lelakinya sebelum mereka mengambil keputusan menyelesaikan perkara itu secara baik dengan menyatukan kedua-dua remaja itu sebagai suami isteri.


MANGSA LELAKI JAHANAM

KUALA LUMPUR: Dia hanya berusia 14 tahun tetapi masa depannya diragut akibat dirogol seorang lelaki beristeri empat, menyebabkannya kecewa lantas merelakan teman lelaki serta rakan sekolah ‘membaham’ tubuhnya hampir setiap hari selama berbulan-bulan.

Setiap kali berpeluang, dia sanggup melakukan hubungan seks dengan seorang atau hingga lapan lelaki sekali gus dan lebih teruk lagi, aktiviti terbabit dilakukan di stor sekolah tempatnya belajar.

Gadis tingkatan dua itu yang mahu dikenali sebagai Roslina mendedahkan perilaku buruknya bukan untuk berbangga, sebaliknya sebagai pengajaran kepada pihak lain dan dia kini bertaubat.


CABUL SISWI IPTS

DENGKIL: Seorang lelaki gila seks dikesan menyamar sebagai pemandu teksi semata-mata untuk melampiaskan nafsu dengan mencabul siswi sebuah institusi pengajian tinggi swasta (IPTS) di sini, baru-baru ini.

Selain berpakaian lengkap dan berlagak seperti pemandu teksi, lelaki berkenaan bertindak licik dengan menukar nombor pendaftaran teksi yang digunakannya dalam usaha mengaburi pihak berkuasa.


20,000 HADIRI GEGARIA

DUNGUN: Hari kemuncak Karnival GegaRia Harian Metro Dungun 2009 yang berlangsung di Dataran Dewan Merdeka, di sini, terus mendapat sokongan penduduk setempat dan luar daerah ini apabila lebih 20,000 pengunjung membanjiri dataran berkenaan sejak bermula awal pagi, kelmarin.

Walaupun keadaan cuaca sejak beberapa hari lalu kurang memuaskan, ia tidak menghalang pengunjung memberi sokongan dengan menyertai semua program diatur sepanjang ia berlangsung.

Pelbagai acara tradisi dan aktiviti disediakan untuk semua peringkat usia termasuk dam haji, wau, pertandingan teh tarik, mewarna, juara band Metro serta kereta cantik yang semuanya menawarkan hadiah menarik.

Program sepanjang dua hari dimulakan dengan pertandingan fit soccer yang menawarkan hadiah lumayan dengan setiap penyertaan dikenakan bayaran sebanyak RM100.


REMAJA SOROK BAWAH SOFA

PASIR PUTEH: Remaja perempuan memberi alasan mahu membuat persiapan menghadapi peperiksaan Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) manakala remaja lelaki menyorok di bawah sofa.

Itulah keadaan yang berlaku selepas pasukan sukarela mencegah maksiat, Skuad Amru, menyerbu sebuah rumah di satu taman perumahan, di sini, malam kelmarin.

Dalam kejadian kira-kira jam 12.30 tengah malam, seorang pelajar perempuan dikatakan ke rumah rakan perempuan yang ketika itu turut bersama seorang rakan lelaki di rumah terbabit.

Ketua Operasi Skuad Amru, Zin Arif Hassan, berkata mereka menerima aduan daripada orang awam yang memaklumkan kehadiran beberapa remaja di dalam rumah berkenaan tanpa ditemani ibu bapa masing-masing.

TARGHIB :

Berdasarkan berita-berita di atas, adakah negara kita ini kebal dari bala dan musibah dari Allah swt?. Bila dilihat di negara-negara jiran kita terkena bala musibah dasyat, Indonesia dengan gerakgempanya, Philipina dengan ribut taufannya. Kampuchea, Vietnam dan Laos juga dengan ribut taufannya. Australia dengan taufan merahnya. India dengan banjir besarnya. Melihat bala musibah di negara-negara jiran, adakah kita boleh mendabik dada kerana kita kebal dengan bala musibah dari Allah swt?.

Belum tentu kita selamat wahai saudara saudari semua jika maksiat di atas berterusan manakala dakwah ditinggalkan. Jika di lihat pada hadis di bawah ini :

Dari Ursi ibn Amirah r.a berkata bahawa Rasulullah saw bersabda, " Sesungguhnya Allah tidak akan mengazab masyarakat banyak di sebabkan kejahatan segelintir mereka, sehingga segelintir mereka-mereka itu melakukan kejahatan yang sebenarnya mampu dicegah oleh masyarakat banyak tetapi mereka tidak berusaha mencegahnya. Jika terjadi demikian maka Allah mengambil keputusan untuk membinasakan semuanya masyarakat banyak dan juga segelintir." (Riwayat Tabrani : majma'uz Zawaa'id)

Juga hadis di bawah ini :

Dari Zainab binti Jahsyi r.ha menceritakan,"Aku bertanya Rasulullah saw, Wahai Rasulullah! Apakah kami akan binasa sedangkan di kalangan kami ada orang-orang yang salih?" Rasulullah saw menjawab," Ya, apabila kejahatan telah berleluasa (bermaharajalela)" (Riwayat Bukhari :7135)

Juga jika tidak ada kesedihan dan kerisauan di atas maksiat yang banyak seperti berita di atas juga akan mengundang bala dan musibah dari Allah swt. Bersabit dari hadis Nabi saw bahawa Allah swt mewahyukan kepada Jibrail a.s untuk terbalikkan sekian bandar bersama penduduknya. Namun Ia kembali pada Allah dan mengkhabarkan bahawa di bandar berkenaan terdapat seorang hamba Allah yang tak pernah bermaksiat sekelip mata pun. Namun Allah swt berfirman hancurkan bandar berkenaan atasnya dan atas yang lain kerana pada wajahnya tidak ada sedikit pun kerisauan atas maksiat yang berlaku.

Jika dilihat di Mekah pada awalnya lebih maksiat dari sekarang. Segala-gala maksiat ada di sana. Zina, Minum arak, pembunuhan malah membunuh anak hidup-hidup, Tawaf dengan berbogel dan berbagai lagi maksiat. Orang yang terlaknat yang dilaknati oleh Allah swt pun ada di dalamnya. Namun tidak ada bala musibah seperti sekarang ini. Mengapa? Kerana adanya kerisauan dan dakwah oleh Nabi saw dan sahabat r.hum.

Nabi sentiasa risaubimbang atas umatnya ketika itu sebagaimana hadis Nabi saw:

dari Hindun bin Abi Ahalah r.a berkata." Adalah Nabi saw orang yang terus menerus dalam kesedihan dan risau (atas keadaan umatnya), beliau tidak pernah merasa tenang, banyak berdiam dan tiada bercakap tanpa keperluan." ( Riwayat Tirmizi : 226)

Fikir-fikirkanlah.

Tuesday, October 6, 2009

Padang Yang Aku Kenali



Bila melihat bencana gerak gempa di Padang, ia mengingatkan aku saat-saat aku keluar 40 hari di sana tahun lepas. Tiga route di sekitar Kota Padang, baki adalah di Padang Panjang, Bukit Tinggi, Paya Kumboh dan juga Batu Sangkar. Semasa berada di Kota Padang, banyak juga mereka-mereka yang kami khususi. Ada orang khawas dan ada juga ulama-ulama. Namun begitu usaha agama di Padang agak perlahan berbanding dengan Medan, Pekan Baru dan juga Jambi. Kesemua tempat ini telah pernah aku keluar di sana. Pekan Baru pada tahun 1985, Medan pada tahun 1997 dan Jambi 2006. Jadi dapat sedikit aku bezakan bentuk usaha agama di sana.

Di Padang usaha agama agak perlahan antara sebabnya adalah kerana pengaruh Salafi (Muhammadiah : pada peringkat awal) agak menebal. Ada beberapa orang karkun yang tinggalkan usaha dengan sebab pengaruh Salafi ini. Rata-rata masjid ada pengaruh Salafi yang sememangnya anti dengan Gulongan Mazhab. Ini makin ketara di kalangan pelajar universiti. Penentangan atas usaha Jemaah Tabligh agak kuat kerana fatwa Salafi bahawa Jemaah Tabligh ini adalah sesat. Banyak masjid usaha jemaah Tabligh tidak dibenarkan. Di samping itu ada juga gerakan yang lain seperti Gerakan Mujahidin, Ikhwan dan juga gerakan yang bersifat tempatan seperti Ikatan Masjid serta gerakan lain yang biasanya dipelopori oleh Parti Politik tempatan. Hasilnya usaha agak perlahan berbanding dengan negeri-negeri jirannya.

Antara perkara unik yang aku dapati adalah pemeliharaan anjing di rumah orang-orang Islam seperti memelihara kucing di sini. Malah ada ulama yang aku khususi pun memelihara anjing. Masjid lebih ramai wanita yang hadir daripada lelaki. Malah ada masjid yang pengerusinya (Ketua masjid) adalah perempuan. Ini berlaku kerana pengaruh adat perpatih yang begitu menebal. Lelaki lebih suka berada di warung makan berbanding di masjid. Bila usaha agama begitu lembab maka natijahnya amalan agama makin pudar. Satu pulau yang berdekatan hampir 80% penduduk Islam di sana telah murtad. Ada jemaah dari Kota Padang di hantar tetapi tidak cukup kuat berusaha di sana. Di kalangan karkun, alhamdulillah ada yang bersungguh-sungguh berusaha malah telah makin bertambah yang keluar 4 bulan namun usaha maqaminya agak perlahan. Malah ada yang telah keluar 4 bulan namun tiada taklim di rumah serta amal-amal yang lain.

Selain itu batasan aurat tidak dijaga dengan sempurna. Hanya yang benar-benar memelihara aurad adalah ahlia karkun yang lain hanya biasa sahaja dan ramai yang mendedahkan auradnya. Malah ada sesetengah masjid yang ada tempat mandiannya mereka mandi bogel tanpa sebarang rasa malu. Ini berlaku di hadapan mata kami sendiri. Hairannya tidak ada sebarang teguran dibuat.

Aku dijemput berkhutbah, sekali khutbah Aidul Adha dan sekali khutbah Jumaat. Di tempat lain juga ada jemputan namun aku tolak dengan baik bila dilihat pengaruh Jemaah Tabligh di tempat berkenaan agak lemah. Bayan markaz 3kali, sekali di markaz Kota Padang dan dua kali di Markaz Padang Panjang. Isi khutbah dan bayan, aku tekankan kepentingan usaha agama di kalangan semua peringkat gulongan. Malah jemputan khusus untuk ceramah kepada kaum ibu pun aku tekankan kepentingan usaha agama. Bila melihat keadaan demikian, 40 hari tidak mencukupi malah jemaah demi jemaah perlu dihantar ke sana.

Keresahan aku melihat masyarakat di sana aku gambarkan di dalam sajak Padang I dan Padang II yang terdapat di dalam posting Januari 2009 yang lalu. Di bawah ini aku sertakan sekali lagi sajak berkenaan:-

Padang I

Di Sini Di Padang Ini
Telah kembali Gersang
Tiada lagi pepohon Rendang
Yang Tinggal Hanya Puing-Puing
Ditelan Kemarau Masa

Di Sini Di Padang Ini
Tiada Lagi Kuntum Segar Berkembang
Menghiasi Sanggol Gadis Pingitan
Wangian Semerbaknya Telah Hilang
Yang Tinggal Hanya Nama

Ingin Aku
Menjadi Titik-Titik Hujan
Menyirami Padang Gersang itu

Agar Tumboh Kembali
Pepohon Rendang
Buat Bertedoh
Dari Kemarau Masa

Ingin Aku
Menjadi Titik-Titik Embun
Membasahi Padang Gersang Itu

Agar Kembali Kembang
Kuntum-Kuntum Berbunga
Menghiasi Sanggol Gadis Pingitan
Mewangi Pelusok Taman.

( Kota Padang Nov 2008 )


Padang II

Tersungkur Ego Dan Kibir Ku
Melihat Si Buta Meraba-Raba
Menadah Tangan Kosong

Tersungkur Ujub Dan Sumaah Ku
Melihat Si Kudong Merangkak-Rangkak
Menadah Tempurong Berlubang

Kasihan Si Buta Itu!
Kasihan Si Kudong Itu!

Oh Tuhan!
Mereka Tidak Seperti Ku
Bisa Melihat Tidak Meraba
Bisa Berjalan Tidak Merangkak

Dengan Tongkat Kalam Suci Mu
Dengan Bekalan Sabdaan Jungjungan Mu
Aku Bisa Berdiri Dan Belari

Ingin Ku Beri Tongkat
Dan Bekalan Milek Ku Itu

Pada Si Buta
Agar Tidak Meraba
Bisa Berjalan
Dengan Tangan Penoh Kasturi

Pada Si Kudong
Agar Tidak Merangkak
Bisa Berdiri
Dengan Bejana Emas Tersimpan

Berjalan Beriringan Dengan Ku
Menuju Mahligai Redha Mu.

(Kota Padang Nov 2008)

Sebenarnya Padang adalah tempat lahir berbagai ulama besar di Indonesia, Imam Bonjol, Kiyai H.Sulaiman Rasyid dan Prof.Dr. Hamka adalah berasal dari sini. Hari ini Padang telah musnah dengan gerak gempa. Ratapan, tangisan dan kesedihan oleh penduduknya hasil kesan dari bencana berkenaan. Semuga Allah swt mengembalikan Padang seperti peringkat awalnya dan ianya memerlukan usaha dan doa kita semua.

Insyaallah.

P/S : Jemaah akan dihatar ke sana secepat mungkin. Dan sekarang ini ada tasykil dari setiap Markaz Negeri di seluroh Malaysia.

Thursday, October 1, 2009

Postmortem Ramadhan 1430


Ramadhan telah pun beberapa hari meninggalkan kita. Suasana Ramadhan telah pun hampir-hampir hilang yang ada hanyalah suasana rumah terbuka (suasana makan minum). Tiada lagi kelihatan ahli jemaah membaca quran di penjuru masjid. Tiada lagi kedengaran suara bacaan quran di dalam tadarus. Al-quran yang sering dibaca oleh ahli jemaah telah pun di susun rapi di raknya, kembali seperti sebelum Ramadhan. Rehal yang dulunya sering diguna oleh ahli jemaah telah pun disimpan di dalam stor masjid. Ke mana perginya “Sahibul Quran”? Ke mana perginya ahli-ahli Tadarus? Telah hilang lenyapkah mereka?

Solat berjemaah kembali seperti sebelum Ramadhan, yang hadir adalah ahli jemaah biasa yang sememangnya sering hadir sejak sebelum Ramadhan. Solat suboh berjemaah yang hadir hanyalah beberapa orang. Sesetengah waktu ketiadaan imam, yang menjadi imam hanyalah orang yang singgah untuk bersolat dan anak muda pelajar IPTA yang masih bercuti. Di mana makmum yang sebegitu ramai pada masa Ramadhan? Di mana mereka-mereka yang ketika Ramadhan berlumba-lumba untuk berada di saf yang pertama? Di mana mereka yang masa Ramadhan berlumba-lumba untuk tunjuk suara mengumandangkan azan? Ke mana mereka semua pergi? Telah hilang lenyapkah mereka?

Waktu Sahur hanyalah kedengaran bunyi dengkuran dari mereka yang tidur nyenyak. Tiada lagi bunyi percikan air paip hasil dari berwudhuk untuk bertahajud. Tiada lagi kedengaran suara istighfar yang sayup-sayup kedengaran ditelan kesunyian malam. Di mana mereka yang “kaki Tahajud”? Di mana mereka yang dahinya hitam kesan dari sujud di malam hari? Di mana mereka yang selalu sibuk dengan solat sunatnya? Ke manakah perginya “Al mustaghfirina bil ashar”? Telah hilang lenyapkah mereka?

Tiada lagi si dia yang sentiasa dengan biji tasbih bertasbih di penjuru masjid menunggu waktu solat. Biji-biji tasbih yang tergantung di dinding masjid telah kembali tergantung. Tiada lagi yang ingin menggunakannya.Kemana perginya semua “zakirin” sewaktu Ramadhan ? Telah hilang lenyapkah mereka?

Beginilah keadaan Ramadhan yang ada di sisi kita. Sedangkan Ramadhan mengajar dan mendidik kita segala amalan takwa maknanya himpunan segala amalan takwa terdapat di dalam Ramadhan. Bukan hanya sekadar puasa sahaja tetapi di dalamnya terdapat bangun malam sebagaimana hadis riwayat Bukhari dan Muslim : 1901 / 759. Ramadhan mengajar kita bangun di waktu sahur selama satu bulan agar kita menjadi golongan yang bertahajud dan beristighfar di waktu sahur sebagaimana hadis riwayat Bukhari dan juga Muslim :1923/1095. Ramadhan berkait rapat dengan Quran agar kita menjadi “sahibul Quran” sebagaimana firman Allah Surah Al-Baqarah :185. Ramadhan mengajar kita berbanyak berdoa agar kita sentiasa mengharap dan meminta hanya kepada Allah swt juga sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tarmizi :9741/3598. Ramadhan menjadi kita agar sentiasa berhubung dan berulang alik ke masjid dengan cara berkurung diri di dalam masjid dengan beriktikaf sebagaimana hadis riwayat Baihaqi :3966 . Ramadhan mengajar bersimpati dengan fakir dan miskin sebagaimana hadis Abu Daud dan Ibn Majah :1371/1817.

Berdasarkan perkara yang disebutkan di atas, Ramadhan sebenarnya mengajar umat ini kepada amalan takwa, amalan berkaitan hubungan dengan Allah serta amalan berkaitan hubungan sesama manusia. Atas sebab inilah maka di akhir ayat surah A-Baqarah 183 Allah swt berfirman “La’allakum tattaqun”. Moga-moga kamu tergolong dikalangan orang-orang yang “bertakwa”.

Sesetengah ulama mengatakan bahawa tanda haji yang “mabrur” yang diterima adalah apabila pulang dari mengerjakan haji, para-para hujaj (haji) dapat mengekalkan amalan takwa ketika di Tanah Suci pulang ke tempat mereka. Manakala tanda puasa yang diterima adalah mereka yang berpuasa dapat membawa amalan takwa di dalam Ramadhan ke sebelas bulan selain Ramadhan.

Bila dilihat selepas Ramadhan, jelas iman kita hanya terkesan dengan suasana. Bila hilang suasana maka hilanglah amalan kita. Tidak seperti sahabat r.hum, iman mereka tidak terkesan dengan suasana. Di mana sahaja mereka pergi mereka masih boleh mengekalkan amalan mereka malah mereka boleh merubah suasana lalai menjadi suasana taat.

Maka jelas dan terang bagi kita adalah merubah suasana yang ada kepada suasana iman dan amal ( suasana takwa) agar iman kita dapat dipelihara. Bagaimana? . . . . Cara Nabi saw. Bagaimana cara Nabi saw ? semua jemaah dan gerakan mengatakan cara mereka adalah cara Nabi saw. Cara yang hampir mirip cara Nabi saw. Bagaimana cara tu? Cara Tabligh ?

Jawapan Pertama :

Cara yang mirip cara Nabi saw sebagaimana firman Allah. “ Wahai orang yang berselimut. Bangunlah lalu berilah peringatan. Dan Tuhan kamu agongkan. Dan bersihkanlah pakaianmu. Dan tinggalkanlah segala(perbuatan) yang keji. . . .( Al-Mudatsir : 1- 5)

Sebagaimana di dalam ayat ini Allah swt memerintahkan Nabi saw untuk bangun merubah masyarakat yang penuh dengan kemaksiatan kepada ketaatan. Bangun dengan memberi peringatan kepada umat. Dan Nabi saw telah pun menjalankan usaha berkenaan dengan setiap pintu dan setiap individu memberi peringatan dengan kalimah ‘Lailaha illallah’. Maka cara yang sama untuk mengubah suasana kita sekarang ini dengan cara begitu. Cara yang hampir mirip dengan cara Nabi saw, dengan menceritakan mafhum kalimah kepada setiap individu dan ke setiap pintu. Insyaallah suasana kita akan berubah kepada suasana Ramadhan, suasana takwa untuk sepanjang tahun.

Jawapan Kedua :

Ramadhan mengajar kita simpati dengan mereka yang lapar dan dahaga. Buktinya tidak ada satu keinginan bagi mereka yang lapar dan dahaga adalah berhajat kepada makanan dan minuman. Dalam pada itu disabitkan dari hadis Nabi saw riwayat Ibn Khuzaimah kita di’sunat’kan memberi kepada mereka-mereka yang berbuka dengan makanan dan minuman miski pun sebiji tamar maupun sesisip susu setiap hari ketika waktu berbuka.

Kemuncak dari kesian belas kepada fakir dan miskin ini syariat telah menetapkan secara ‘wajib’(secara paksaan) membawa beras fitrah dan mencari fakir dan miskin (asnaf lapan) memberi kepada mereka agar mereka boleh bergembira menyambut Hari Raya. Jika tidak berbuat demikian, puasa mereka akan terawang-awang sehingga mereka menjelaskan zakat fitrah berkenaan. Ini untuk menzahirkan perasaan kesian belas kepada fakir dan miskin agar mereka tidak kelaparan dan kedahagaan.

Namun kelaparan dan kedahagaan masih boleh ditelan Nabi saw apabila beliau melihat anaknya Fatimah, cucunya Hassan dan Husain di dalam kelaparan serta anak-anak yang mati kelaparan di Lembah Abu Talib takala di pulaukan. Kalau memikirkan kesian kerana kelaparan dan dahaga, Nabi saw masih boleh menelannya. Namun kemuncak kesian Nabi saw adalah kasian kepada umat yang mati TANPA KALIMAH yang akan kelaparan dan dahaga ketika di kubur, Masyar , Mizan dan Neraka Jahanam selama-lamanya.

Inilah yang ditangisi oleh Nabi saw dan sahabat semalam-malaman memikirkan soal umat yang akan menderita kelaparan dan dahaga nanti. Ini juga yang menyebabkan Nabi dan sahabat meninggalkan keselesaan hidup dan bersusah payah atas jalan hidayat.

Fikir-fikirkan lah.

p/s : Semuga Allah swt memberi sedikit risau bimbang ini kepada kita semua. Insyaallah.

Sunday, September 20, 2009

SELAMAT HARI RAYA AIDIL FITRI MAAF ZAHIR DAN BATIN UNTUK SEMUA PENGUNJONG BLOG

Sekitar Majlis Berbuka Puasa Dan Tazkirah Bersama Syeikh Nuruddin Al-Banjari Al-Makki


BERGAMBAR BERSAMA AJK SURAU AL-AMIN


TAZKIRAH SELEPAS TERAWIH


SUMBANGAN CENDRAHATI UNTUK SYEIKH


HADIRIN SEDANG KHUSYUK MENDENGAR TAZKIRAH


BERBUKA BERSAMA SYEIKH


SYEIKH BERAMAH MESRA DENGAN KARKUN KAWASAN SENAWANG

Tuesday, September 15, 2009

Ramadhon Di Station 1430


Gerabak “Sinaran Ramadhon” telah pun singgah di station 1430
Ianya di sambut mesra oleh penumpang
Yang menunggunya setelah berlalu “Sinaran Rejab”
Juga telah berlalu “Sinaran Sya’ban”

Indah dan cantik sekali hiasan station ini
Lampu neon dan bunga-bungaan memenohi setiap ruang
Bau semerbak kasturi di setiap sudut

Pelayannya yang cantik dengan pakaian indah
Beramah mesra dangan senyuman
Turun menjamu dengan juadah “Keampunan”
Mengagihkan hemper “kerahiman”
Menghulurkan sijil “Kebebasan”

Tergelak aku melihat sikecil . . .
Girang ketawa dengan mulut penuh Juadah “Kerahiman”
Tersenyum aku melihat situa. . . .
Mendukung Hemper “Keampunan” dengan senyum kepuasan
Tersipu aku melihat gadis pingitan . . . .
Bergambar kegirangan pamirkan Sijil “kebebasan” di tangan.

Kini di penghujung acara . . . .
Mencari pemenang cabutan bertuah. . .
“Lailatul Qadar”

Namun di sudut seberang sana
Kelihatan Sirambut Beruban kelaparan
Anak Muda Punk kedahagaan
Gadis Ranggi kesejukan

Apakah kita akan biarkan mereka
Dengan kelaparan berpanjangan ?
Dengan kedahagaan berterusan ?
Dengan kesejukan ke Tulang Hitam ?

Demi Tuhan,
Kasihanilah mereka
Pimpinlah mereka
Bersama menikmati dan memiliki
Juadah “kerahiman”
Hemper “Keampunan”
Juga Sijil “Kebebasan”
Sebelum Gerabak ini berlalu pergi.

Agar kita menjadi pemenang . . .
Cabutan bertuah yang dijanjikan.

Ilham:
Al-Alorstari : Saat melelapkan mata ketika Iktikaf

Friday, September 11, 2009

Majlis Berbuka Puasa Bersama Ulama


Tarikh : 13 September 2009

Masa : 7.15 malam

Jemputan Khas : Syeikh Muhammad Nuruddin Marbu Abdullah Al-Banjari Al-Makki

Tempat : Surau Al-Amin, Taman Cempaka 2 /Rose Mewah, Senawang, N. Sembilan.

Aturcara :

- Bebuka Puasa

- Solat Maghrib

- Tazkirah Ramadhon oleh Syeikh Muhammad Nuruddin.

- Solat Insya'

- Solat Tarawikh ( Khatam Quran )

- Majlis Penutun dan Moreh.

Semua DiJemput Hadir.

Sunday, September 6, 2009

Antara Juadah Kita Dan Juadah Mereka


Baru-baru ini sewaktu keluar tiga hari di satu marhalah di dalam kawasan Senawang, terasa amat seronok kerana beberapa karkun yang telah ‘sejuk’ kembali balek meneruskan usaha agama seperti biasa. Selain itu beberapa orang yang sering berada di dalam majlis ilmu yang aku kendalikan juga ikut keluar pertama kali 3 hari. Mungkin juga kerana doa rakan seusaha yang sungguh-sungguh menyebabkan mereka terpilih. Di dalam keseronokan itu ketika menjamu selera berbuka puasa, maka aku terbayang kemewahan di Malaysia bumi bertuah kita.

Apa tidaknya melihat bermata-mata juadah berbuka puasa, antaranya : Ayam Tanduri, Ayam Masak Cili Api, Martabak hampir 70 keping, Roti Bom 20 keping, Agar-agar Cendol 2 tray, Karipap, Pohpia Goreng, Pohpia Basah, Tepung Pelita, Tahu Sumbat, Mee Goreng, Meehon Goreng, Teh Tarik, Teh O, Air Tembikai, bebagai jenis buah-buahan. Ini semua mengingatkan penulis kehidupan mereka-mereka di sesetengah negara yang tidak semewah negara kita sewaktu pengalaman khuruj di Jalan Allah.

Pengalaman Di Pergunungan Pachitan, Jawa, Indonesia

Kami keluar di sini pada tahu 2004 yang lalu. Ianya adalah kawasan pengunungan tinggi sekitar 6,000 kaki dari paras laut. Tempatnya sejuk dan kalau petang hingga ke malam ianya bertambah sejuk. Sesekali di waktu pagi awan putih akan bergerak dan masuk melalui tingkap masjid dan keluar di tingkap sebelah sana. Masjid itu kebetulan berada di tebing lereng gunung. Pemandangan cukup indah dengan sawah-sawah terbentang di lereng-lereng bukit dengan sesekali bunyi air mengalir di antara lurah-lurah di bahagian lereng bawah masjid. Sayup-sayup kedengaran suara anak-anak hilai ketawa mengikuti ‘mbah’ (Nenek) di permatang anak sungai membasuh kain. Di hujong atap, embun menitik serta kabut yang mengurangkan jarak pandangan. Paling seronok ketika ini adalah ‘tidur’. Di dalam kepanasan ‘sleeping bag’ aku berbaring dengan mata terpejam tapi masih tak mahu lelap. Ahli Jemaah yang lain dah ada yang berdengkur. Bunyi dengkuran kekadang menenggelamkan bunyi hilaitawa anak-anak di permatang. Antara lelap dengan tidak tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara orang memberi salam, “Salamualaikum Pak Ustaz ! yoh kita khususi,”sambil hujung kaki aku ditarik sedikit. “Alaikumsalam” jawab aku sambil bingkas bangun tapi dalam hati tuhan yang tahu punya le malas aku nak khususi. “ Kemana kita khususi pagi begini, pak?” tanya aku bersungguh-sungguh tapi kat dalam hati tidur lae sodap kata orang Nogori. “ Ngak jauh pak, hanya di sebelah sana”. Jawab kenalan orang tempatan tu. “Yah siap, ayoh kita” jawab aku sambil mencapai kain serban yang sememangnya aku buat sebagai ridak.

Kami meneruni bukit-bukit kecil serta mendaki beberapa lagi anak-anak bukit. Termengah-mengah aku, namun teman aku orang tempatan selamba je. Sesekali dia jauh meninggalkan aku.”Tunggu aku pak, macet aku,” sambil tercungap-cungap nafas aku memanggil teman aku itu. “Ah! Ngak jauh, hanya di sebalik bukit itu aja,” jelas temanku itu. Bila melihat ke tempat yang ditunjuk oleh temanku itu, dalam hati aku, “ Maak Ooi! Jauhnya”. Begitulah ragam orang Malaysia yang ke sana ke mari semuanya dengan kenderaan masing-masing, bila susah payah begini kekadang tak terdaya kita hadapinya.

Kami sampai di rumah berkenaan kira-kira hampir setengah jam perjalanan. Rumah-rumah di sana antara satu dengan yang lain agak jauh terpisah. Sambil melepaskan nafas, aku melihat sekeliling rumah berkenaan. Ianya terletak di lereng gunung seperti rumah-rumah yang lain. Keliling rumah hampir semuanya dipenuhi dengan pokok ubi kayu selain di bahagian bawahnya sawah berpetak-petak.Hanya satu dua pokok-pokok yang lain yang di tanam mencelah pokok ubi kayu. Bahagian hadapan laman ditanam dengan pokok-pokok kopi dan sedikit pokok timun yang telah pun ada sebiji dua buahnya. Di bahagian atas bumbung terdapat ubi kayu yang dijemur.

Temanku memberi salam lalu kami dijemput masuk. Tuan rumah begitu suka dengan kedatangan kami apalagi bila mendapat tahu orang Malaysia yang datang menjenguk teratak buruknya. Jemaah Malaysia memang tak ada yang sampai hanya dua jemaah iaitu jemaah kami dan satu jemaah sebelumnya namun mereka berusaha di kawasan kampong yang lain.

Rumah yang aku ziarah ini terlalu ‘simple’. Ianya berdindingkan buloh yang dianyam. Lantainya tanah. Tingkap-tingkapnya hanya ditutup di malam hari dengan guni padi yang lusuh. Kami duduk di atas bangku kayu tetapi sebenarnya hanyalah kayu lama yang dibuat sebagai bangku. Tuan rumah menjamu aku dan temanku buah timun yang dipotong-potong kecil serta air kopi kampong yang ditumbuk di belakang rumah. Itulah juadah yang paling menyelerakan rasanya untuk tetamu. Aku menjamah dengan wajah kesukaan namun di dalam hati tersimpan kesedihan yang teramat. Betapa mereka dihimpit kemiskinan dengan makanan yang hanya sekadar menutup kelaparan. Aku bertanyakan apa tujuan ubi kayu yang dijemur di luar. Jawab tuan rumah ianya dibuat nasi. Ubi itu akan di tumbuk dan dimasak sebagai nasi. Itulah makanan harian mereka, hanya sesekali sahaja memakan nasi seperti kita. Padi yang ditanam di lereng bukit dan gunung itu untuk dijual.

Melihat keadaan begini ego dan sombong aku runtuh sehingga tidak sedar air mata mengalir di pipi tanpa disedari. Kita terlalu mewah dengan makanan dengan minuman dan dengan pakaian, kenderaan yang cantik-cantik. Bagi mereka hanya memikirkan persoalan apa yang nak dimakan walau pun hanya dengan nasi ubi kayu.

Pengalaman di Banglore, India.

Tahun 1992 , aku datang ke Banglore dengan jemaah lelaki 4 bulan walaupun 3 tahun sebelumnya aku telah sampai dengan Jemaah Masturat. Ketika aku di masjid sedang melakukan amalan ‘infradi’ selepas solat Insya’ seorang teman orang tempatan mengajak aku untuk keluar khususi. Sebelun ini sudah beberapa kali dia datang mengajak aku namun aku dibawa oleh teman yang lain walau pun ia berkeras untuk membawa aku khususi. Namun kali ini ‘amer sahab’ membenarkan dan jelas tergambar keriangan di wajahnya. Aku pun tak tahu apa sebab yang ia minat sangat nak bawa aku khususi. Kami pergi di satu kawasan menziarahi beberapa orang. Kawasan itu adalah kawasan penempatan orang-orang miskin. Kerja harian mereka membuat rokok Bidi (rokok dari daun yang dibalut). Bila melihat rumah-rumah mereka sudah tergambar kemiskinan hidup mereka. Rumah dari tanah liat, dinding sampai mencecah atap dari tanah liat. Syiling tidak ada manakala bumbungnya dari daun pokok seperti rumbia ditempat kita. Bahagian luar rumah bertampal-tampal tahi lembu yang dikeringkan untuk digunakan sebagai bahan bakar. Bila masuk ke rumah walau pun telah malam namun seisi keluarga masih membuat rokok bidi. Pendapatan harian hanyalah beberapa rupee yang sememangnya tidak mencukupi keperluan hidup. Apa yang mereka makan hanyalah Roti Nan yang agak keras dengan kuah berlaukkan kacang kuda. Itulah makanan mereka yang kadang-kadang tidak mencukupi seisi keluarnga.

Sekali lagi ego dan sombong aku runtoh melihat kemiskinan mereka. Apabila sampai waktu yang sesuai, aku mengajak teman aku pulang ke masjid. Sambil memboceng skuternya ia membawa aku kesatu tempat bukan ke masjid. Bila aku bertanya ke mana nak ditujui. Jawabnya seperti biasa orang-orang India sebut, “ Eak minit bhai sahab ! Eak minit bhai sahab! Mere ghar ko jao.” Jawabnya. Rupanya dia nak ajak aku ke rumahnya. Sesampai aku di rumahnya ia memberi salam pada isterinya dan aku menunggu beberapa minit di luar. Bila semua sudah siap agaknya aku di jemput masuk. Rupanya dia menyediakan aku ikan goreng berempah. Ikan goreng itu aku ratah begitu sahaja sambil dia memerhatikan aku makan. Ikan tu ikan sungai, Banglore adalah satu bandar yang jauh dari laut. Jadi mungkin sebab dia mendapat tahu yang orang Malaysia suka makan ikan maka dia menyediakan ikan goreng tersebut pada aku. Ikan goreng tu aku ratah dengan minuman air kosong. Sebenarnya ikan itu aku tak lalu pun sebab baunya, maklumlah ikan sungai namun aku makan juga beberapa keping. Mungkin inilah sebabnya yang ia beriaria mengajak aku khususi. Wajahnya begitu suka melihat aku makan sambil bersungguh-sungguh menyuroh aku menghabiskan baki ikan yang masih ada. Namun aku faham, ikan itu jangan dihabiskan kerana selepas kita berlalu pergi sisa makanan kita itu akan di habiskan oleh isteri dan anak-anak mereka. Mereka memahami nilai tetamu.

Targhib :

Saudara saudari semua, di dalam kita menjamu selera yang berbagai-bagai ketika berbuka puasa sedarilah kita bahawa ada mereka-mereka di luar sana yang kekurangan makanan. Yang dihimpit kemiskinan berpanjangan. Ingatlah kepada mereka yang kekurangan khususnya asnaf yang lapan di akhir Ramadhon dan awal Syawal nanti. Untuk itu bayarlah fitrah dengan satu perasaan dalaman akan nikmat Allah ke atas kita.

Wallahu’alam

Thursday, September 3, 2009

Umat Islam U.S Sewa Sinagog Selama Ramadhan


Disebabkan kadar kemasukan kepada agama Islam yang begitu pesat di Amarika Syarikat, maka ianya menyebabkan masjid-masjid yang sedia ada tidak cukup untuk menampung jumlah penganut Islam yang makin bertambah hari demi hari. Ruang-ruang yang sedia ada juga telah telah digunapakai secara maxima. Lanjutan dari itu komuniti umat Islam di sana terpaksa menyewa sinagong-sinagong Yahudi untuk dijadikan tempat solat sepanjang sepanjang bulan Ramadhon tahun ini.

Di daerah Reston, Virginia sebuah sinagong telah dibuka bagi umat Islam melaksanakan solat sepanjang Ramadhon khususnya untuk solat Tarawikh sebagaimana yang dipaparkan di dalam Washington Post.

“Sebagaimana umat Kristian mempunyai bulan suci mereka Paskah Kristian, Umat Yahudi dengan bulan suci mereka Hanukkah, maka kami juga umat Islam mepunyai bulan yang suci iaitu bulan Ramadhon,” jelas Imam Johari Abdul Malek salah seorang Jawatan Kuasa Masjid Dar Al-Hijrah di gereja Falls kepada washington Post.

Mengikut satu kajian dari Trinity College, jumlah populasi umat Islam di Amarika Syarikat meningkat dua kali ganda semejak 1990 lagi. Masaalah besar bagi mereka adalah pembinaan masjid.

Berdasarkan apa yang berlaku, salah seorang kepimpinan Yahudi di daerah berkenaan Rabbi Robert Nosanchuk menyatakan bahawa, “ Nabi Yahya (Yesaya) mengatakan bahawa rumah-rumah kita akan menjadi tempat ibadah semua orang. Sekarang saya tidak tahu apa yang dapat dibayangkan oleh Nabi Yahya bila sekarang ini sinagong telah menjadi tempat ibadat umat Islam selama bulan Ramadhon.” Namun idea dasarnya datang dari kata-kata Nabi Yahya a.s.

Masjid yang dapat menampung 4000 jamaah seperti masjid Adams di Herndon telah mengalami peningkatan 13 kali ganda sejak tahun 2000 lalu, namun sampai sekarang masih belum mampu membina ruang ibadat yang baharu dibebabkan beberapa masaalah setempat.

Targhib :

Itu di tempat orang, namun di tempat sendiri jemaah terawikh makin berkurang. Pada minggu awal Ramadhon jemaah melimpah ruah namun kini dan beberapa hari akan datang yang jelas makin berkurangan. Terawikhlah yang betul-betul “Maju Ke Hadapan”. Apa tidaknya dari 7,8 saf “Maju Ke Hadapan” menjadi hanya 3,4 saf sahaja. Mana silap kita?

Mungkinkah kerana kita memeriahkan Ramadhon dengan cara kita bukan dengan cara Junjungan Nabi saw. Yang makin ramai adalah Pasar Ramadhon, Pasar Tani Ramadhon, Pasar Malam “Dawntown” yang pengunjungnya begitu ramai seolah-olah tidak tidur malam. Makin akhir semakin banyak rahmat, keampunan dan mendekati LailtulQadar. Namun yang betul-betul mencarinya terlalu sedikit. Begitulah resmi amalan!

Sama-sama kita fikirkan.

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin