MAKLUMAN :


widgeo.net

Friday, October 31, 2008

Kepekaan Kita


Telah ditakdirkan kita berada di akhir zaman. Di zaman yang hari ini dipenuhi dengan fitnah yang banyak (fitan). Saban hari kita disajikan dengan ribuan maklumat dari berbagai sumber yang boleh meruntuhkan iman kita. Kalaulah tidak dengan rahmat dan hidayat pastinya kita terjerumus di lembah kehinaan.

Sumbang Mahram, Rogol Beramai-ramai, Buang Bayi, Imam Jumaat Wanita, Murtad dan lain- lain isu yang sepatutnya tidak berlaku dan dilakukan oleh Ummat Islam. Dalam pada itu kita masih lagi tidak peka dengan isu-isu sebegini tetapi sebaliknya dilalaikan dengan hiburan dan sukan hinggakan isu-isu celebriti atau bintang sukan menjadi topik panas yang dibicangkan dalam masyarakat. Justru itu celebriti dan bintang sukan menjadi idola dan ikon anak-anak muda. Tidak hairan anak-anak muda belasan tahun bercita-cita untuk menjadi artis dan ruang tersebut tebuka luas sehingga program hiburan mencari bakat melata hampir disemua setesyen T,V yang bersembunyi disebalek nama “Akademi”. Terlalu sedikit yang berbentuk keagamaan dan kalau ada pun menghasilakan rating yang terlalu rendah.

Hasilnya pakaian, rambut serta gaya hidup begitu mirip kepada kehidupan celebriti tadi. Kalau dahulu sekitar tahun 80han kita akan dapati ramai remaja perempuan memakai tudung sama ada ke sekolah mau pun sewaktu tidak ke sekolah. Sebaliknya hari ini pasti kita akan melihat yang bertudung hanyalah di sekolah dan sewaktu keluar sahaja dari pada pagar sekolah akan kelihatan tudung ditanggalkan dan rambut yang berbagai fesyen dan berwarna warni dipamerkan.Pakaian amat-amat menjolok mata serta menunggang skuter mengalahkan lelaki. Tidak menhairankan kita bila didapati pelajar perempuan menedang gurunya, merokok dipagar sekolah. Pelajar lelaki merogol beramai-ramai, terlibat dengan kongsi gelab, menagih dadah serta seribu satu macam maksiat.

Ini bersesuaian dengan sabda nabi saw :
“Wakaifa bikum iza fasaqo syababukum, waiza tokhot nisa ukum, wa kasaro juhalukum. Qi la wainna haaza laka inun? Qa la : wa asyaddu min zalik”

Maknanya :
“Bagaimana keadaan kamu nanti apabila anak muda kamu menjadi fasiq, wanita hilang maruah dan kejahilan berleluasa. Sahabat bertanya apakah ini akan berlaku? Jawab nabi : lebih dari itu pun akan berlaku.”

Untuk ini setiap daripada kita bertanggungjawab merubah dengan “Qum fanzir wa rabbaka fakabbir. . . . ” dengan “Yamsyu alal ardhi haunan . . . . “

Dua bentuk usaha, Maqomi dan intiqoli ( hijrah dan nusrah ) seta menghidupkan pusat masyarakat yang terpenting iaitu masjid pada amalan yang sepatutnya. Dakwah, mangajar / belajar ilmu, ibadat dan juga khidmat. Juga mengujudkan suasana keagamaan di dalam rumah kita dan juga persekitaran kita. Usaha yang dijalankan oleh berbagai pertubuhan perlu diteruskan dan ditingkatkan, JIM, ISMA, ABIM, Hizbut Tahrir, PAS, Jemaah Tabligh dan lain-lain NGO Islam perlu diberi sokongan dan galakan.

Insyaallah ini sedikit sebanyak akan dapat memelihara kita, keluarga dan jiran-jiran dari fitnah berkenaan. Insyaallah, moga kita sama-sama dapat usahakan.

Wallahu A’lam.

Wednesday, October 29, 2008

Kitab Rujukan Dalam Fadha'il Amal

(Habeebah, Anak No.2 sedang membaca Ta'lim)

Hadith-hadith yang terdapat dalam Fadha'il A'maal adalah dirujuk dari kitab-kitab yang besar antaranya:

1- Kitab Bukhari Sharif - oleh Abu Abdullah Muhammad bin Ismail
2- Fathul Bari - oleh Abu Fadhl Ahmad bin Ali bin Hajar Asqalani
3- Asadul Ghabaah - oleh Allamah Ibnu Asir Jazuri
4- Durr Mantsur - oleh Allamah Jalaluddin Sayuti
5- Khashaish Kubra - oleh Allamah Sayuti
6- Tarikh Khamis - oleh Syeikh Husain Muhammad Ibnu AlHasan
7- Bayanul Qur'an - oleh Maulana Ashraf Ali Tanwi
8- Jamiul Fawaidh - oleh Muhammad bin Muhamm Sulaiman
9- Tarikhul Khulafa - oleh Allamah Jalaluddin Abd Rahman Sayuti
10- Ashur Mashahir Islam - oleh Rafiq Baki Al Azim
11- Mishkat Sharif - oleh Waliyuddin Muhammad bin Abdullah
12- Ihya Ulumuddin - oleh Imam Al Ghazali
13- Sahih Muslim - oleh Abu Al Hasan Muslim bin Al Hajjaj
14- Qiyamul Lail - oleh Muhammad bin Ahmad bin Ali Marwazi
15- Sunan Tirmidzi - oleh Muhammad bin Isa bin Surah AtTirmidzi
16- Shamail Tirmidzi - oleh Muhammad bin Isa bin Surah AtTirmidzi
17- Tazkiratul Hufaz -oleh Shamsuddin Muhammad bin Ahmad Zaibi
18- Bazlul Majhud - oleh Maulana Khalil Ahmad Muhajir Madani
19- Ash Shifa - oleh Qadi Iyadh bin Musa Al Hushaibi
20- Sunan Abu Daud - oleh Abu Daud Sulaiman bin Ash'ats Sajistani
21- Al Muwatta' - oleh Abu Abdullah Maliki bin Anas bin Malik
22- Kitabul Amwal - oleh Imam Abu Abid AlQasim bin Salam
23- Iqamatul Hujjah - oleh Maulana Abdul Hayy Laknawi
24- Baihaqi - oleh Abu Bakar bin Husain bin Ali AlBaihaqi
25- Dirayah - oleh Hafiz Ibnu Hajar Alaihir Rahmah
26- Al Ishabah - oleh Hafiz Ibnu Hajar AlAsqalani AsShafi'
27- Qurratul 'Uyun - oleh Syeikh Abu Laith Samarqandi
28- Tafsir Azizi - oleh Shah Abdul Aziz Dahlawi
29- At Tabaqat - oleh Muhammad bin Sa'id Katibi Al Waqidi
30- Kitabul Ummah Wal Siyasat - oleh Abdullah bin Muslim
31- Talqihu Fuhumul Asir - Jamaluddin, Abd Rahman bin Al Jawazi
32- Musnad Ahmad - oleh Ahmad bin Muhammad bin Hanbal
33- Awajazul Masalik - oleh Maulana Muhammad Zakariyya
34- Sunan Ibnu Majah - oleh Muhammad bin Yazid AlQardini
35- Sunan Darami - oleh Abdullah bin Abd Rahman AdDarami
36- Isti'ab - oleh Hafiz Ibn Abdul Bar Maliki
37- Sunan Tabrani - oleh Abul Qasim Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub
38- SUnan Nasai - oleh Ahmad bin Shu'aib bin Ali
39- AtTarghib Wat Tarhib - oleh Abd Azim bin Adb Qawiy AlMunziri
40- Ibn Hibban - oleh Muhammad bin Hibban bin Ahmad
41- Musnad Hakim - oleh Muhammad bin Abdullah bin Muhammad
42- Az Zawajir - oleh Imam Ibn Hajar alMakki Al Haitami
43- Musnad Bazzar - oleh Abu Bakar Ahmad bin Umar Al Bazari
44- Mushannif - oleh Abdullah bin Muhammad Ibnu Abi Shaibah
45- Musnad Abu Ya'la - oleh Ahmad bin Ali bin AL Masna Al Muwashal
46- Sunan Darru Qutni - oleh Abul Hasan bin Ali bin Umar bin Ahmad
47- Sharhus Sunnah - oleh Husain bin Mas'ud Al Farail
48- Hilyatul Aulia - oleh Abu Nu'aim Ahmad bin Abudllah Asfahani
49- Rahmatul Muhtadah - oleh Abul Khairi Nurul Hasan Khanal Husaini
50- Kanzul Ummal - oleh Allamah Ali Burhan Puri
51- Musnad Ibnu Khuzaimah - oleh Muhammad bin Ishaq Ibnu Khuzaimah
52- Musnad Al Firdaus - oleh Abu Mansur Ad Dailami
53- Musnad Abu Awanah - oleh Ya'kub bin Ishaq bin Ibrahim Naisaburi
54- Zadus Sa'id Fi Zikrin Nabiyyil Habib - oleh Hadrat Aqdis Tanwi
55- Al Qaulil Badi' Fis Solati 'Alal Habibi - oleh Shamsuddin Muhammad AsSakhawi
56- Raudhul Faiq - oleh Syeikh Shu'aib Al Harifaishi
57- Nazhatul Basatin - oleh Abdullah bin As'ad Yamani Yafi'i
58- Harzut Thamin Fii Mubashiratin Nabiyyil Amin - oleh Shah Waliyullah Dahlawi
59- Yusuf Zulaikha - oleh Maulana Abd Rahman Jami'
60- Qashidu Qasimi - oleh Maulana Muhammad Qasim Nanatwi
61- Ahkamul Qur'an - oleh Abu Bakar Ahmad bin Ali Razi Al Jashashi
62- Aini Sharah Bukhari - oleh Badruddin Abu Muhammad bin Ahmad Aini
63- Mirqatu Sharah Mishkat - oleh Nuruddin Ali bin Sultan Muhammad Harwi
64- Mazahirul Haq - oleh Nawab Qatbuddin Khan Bahadur
65- Fatwa Alamgiri - oleh Ulama Hindustan, Hadrat Alamgiri
66- Ainul Ma'bud - oleh Abu Abd Rahman Sharif
67- Tanbihul Ghafilin - oleh Shaikh Abu Laith Samarqandi
68- Jamal - oleh Syaikh Sulaiman Al Jamal
69- Hisni Hasin - oleh Shamsuddin bin Muhammad Al Jazuri
70- Majmu'uz Zawaid - oleh Hafiz Nuruddin Al Haishami
71- Kaukabud Durri - oleh Syaikh Zadu Majdah
72- Hujjatullah Al Balaghah - oleh Shah Waliyullah
73- Maqasid Hasanah - oleh Shamsuddin Muhammad b. Abd Rahman
74- Jamius Saghir - oleh Abd Rahman Jalaluddin Suyuti
75- Tafsir Kabir - oleh Imaduddin Abul Fadai Ismail bin Umar bin Katsir
76- Tafsir Khazin - oleh Alauddin Ali bin Muhammad bin Ibrahim
77- Ithaf Sadatul Muttaqin - oleh Muhammad bin Muhammad Az Zubaidi
78- Mustadrak Hakim - oleh Muhammad bin Abdullah Naisaburi
79- Irwahi Thalasah - oleh Tartib, Maulana Zahuri Al Hasan
80- Tahzibul Muhtazib - oleh Ahmad bin Ali bin Hajar Asqalani
81- Musamirat - oleh Syaikh Akbar Ibnu Arabi
82- Riyadhur Riyahin - oleh Abdullah bin As'ad Yamani Yafi'
83- Mashirul 'Azam - oleh Jamaluddin Abd Rahman bin Al Jauzi
84- Al Kamil - oleh Izzudin Ali bin Muhammad Ibnu Asir Jazuri.

(dipetik dari kitab "Menerangkan berbagai persoalan terhadap kitab Fadhail A'mal")

Dakwah Kepada Penagih










Kata Sahabat Nabi : “ Nahnu nakrahu a’si ,walakin nahnu la nakrahu ma’asi”
Maksudnya : “ Kami membenci maksiat ,akan tetapi kami tidak membenci pelaku maksiat”

Teringat aku sewaktu tinggal di Flat Ceras kira-kira 20 tahun yang lalu. Ianya merupakan marhalah ke empat aku selepas Segambut, Kg.Baharu dan Setapat Jaya. Setelah beberapa bulan tinggal di sana , aku dilantik menjadi Imam di Surau berdekatan. Disamping kesibukan urusan pejabat aku juga menyibukan diri aku dengan kerja-kerja Dakwah dan Tabligh serta mengajar Tajwid kepada rakan-rakan dan juga anak muda setempat.

Di Flat serta taman berdekatan sememangnya ramai penagih dari luar berlebih lagi anak-anak tempatan. Hampir setiap pagi bila aku ke surau untuk solat Suboh pastinya akan ada beberapa orang penagih yang melepak di situ. Telah menjadi kebiasaan masyarakat akan memandang hina , mengherdik, memaki dan menghalau penagih-penagih ini yang rata-rata adalah anak tempatan. Terasa kasihan bila melihat keadaan mereka yang terjauh dari hidayat sedangkan satu ‘Kalimah’ dengan kita. Patutkah kita hanya mencemoh dan memaki tanpa membimbing mereka ke jalan hidayat.

Dengan bertemankan rakan seusaha , kami pun ziarah khususi mereka dan ajak mereka untuk solat berjemaah dan keluar 3 hari. Alhamdulillah ramai dikalangan mereka yang dapat keluar 3 hari. Dikalangan mereka terdapat beberapa orang yang menagih Morphine dan yang lainnya menagih Ganja. Ada dikalangan mereka yang telah menagih hampir 15 tahun. Ini yang banyak masaalah untuk mengawal mereka. Kami keluar di Petaling Jaya dan Alhamdulillah setelah balek ada perubahan kepada mereka ini. Tapi yang susahnya untuk mengawal mereka di samping tidak tahu solat dan bacaan Quran. Bila melihat pakaian serta mata yang bercelak tebal menakutkan masyarakat. Paling ketara ada yang solat Suboh 4 rokaat. Bila ditanya sebab apa abang solat Suboh 4 rokaat jawapnya dengan penoh yakin tak boleh ke aku solat lebih kerana dah bertahun-tahun aku tak solat.

Masyarakat melihat banyaknya yang mecemoh dengan mengatakan Tabligh ini tak ada ilmu, jahil dan Pusat Dakwah dan Pusat Dadah. Sedikit sangat yang menyokong dan memuji. Begitulah lumrah dalam kerja dahwah.

Setelah berpindah ke Seremban, beberapa tahun yang lalu aku berkesempatan nusrah Jemaah Masturat (Wanita) dari Seremban yang ‘transit’ di surau berdekatan dengan surau yang pernah aku tinggal dahulu, Di sana aku kembali bertemu dengan beberapa orang dari mereka yang pernah aku ‘taskil’. Alhamdulillah mereka telah berubah dan menajadi ahli surau dan ada yang belajar pondok di Thailand serta pulang mengajar agama di surau juga menjadi Imam serta Pengerusi surau yang dahulunya mereka menagih dan melepak di situ.

Pengalaman dakwah kepada penagih ini tidak hilang dari diri aku atas simpati, kasihan dan merasakan perlu membimbing mereka masih terasa di benak hati aku. Sehingga kini aku menjadi salah seorang penceramah untuk program kuliah di PENGASIH Kuala Lumpur sejak 4/5 tahun yang lalu.Di sana aku bertemu berbagai lapisan penagih dari dalam dan luar Negara. Ada anak gabnor, anak pensyarah universiti, anak saudara menteri, anak ustaz, anak pendakwah malah mereka dari kalangan pelajar universiti ,lawyer, pendidik serta ramai lagi golongan proposional yang kita tak sangka boleh menjadi penagih. Dari luar negara pula ada dari Oman, Saudi , Arab Emerate, Mildive ,Pakistan, Bangladesh, Indinesia dan lain –lain Negara Asian.

Bergaul dan bermesra serta bermuzakarah dengan mereka cukup mengajar aku makna hidup dan kehidupan serta nilai “HIDAYAT” dari Allah.

Monday, October 20, 2008

Penerangan terhadap Kitab Fadha'il Amal


Soalan : Mengapa Kitab Fadhail Amal mengandungi hadis dhaif dan maudhu'?

Jawapan 1 : Penerangan dari Mufti Mahmudul Hassan Gangohi (rahimahullah), Mufti Besar Darul Ulum Deoband dalam fatwa beliau pada 24/3/1395 AH:

"Kemungkinan besar tidak ada hadith yang disepakati oleh semua ulama' sebagai maudhu'. Bagaimana pun terdapat hadith yang dianggap dha'if atau lemah malah dilabel sebagai palsu oleh sebahagian ulama'. Pengarang kitab Fadha'il Amal yang mulia (Maulana Zakariyya rah.) sendiri telah menyentuh tentang perkara ini. Kitab 'Tadribur Rawi' menerangkan bahawa adalah dibolehkan menggunakan hadith dho'if berkaitan dengan fadhilat atau kelebihan-kelebihan amal. Jika sebaliknya, apa yang kamu akan perkatakan tentang Ibn Majah (rah.) apabila Ibn Jauzi (rah.) mengatakan bahawa kebanyakan daripada hadith-hadith yang diriwayatkan oleh beliau sebagai maudhu'? Ibn Majah adalah sebahagian dari silibus madrasah malah salah satu dari 6 kitab sahih. Ibn Majah (rah.) tidak menyebut pun hadith-hadith tersebut sebagai maudhu'. Malah kitab beliau digunakan tanpa sebarang bantahan.

Pengarang kitab Fadha'il Amal sangat berhati-hati. Beliau telah menerangkan tentang hadith-hadith yang sesetengah ulama' mengatakan sebagai maudhu'. Jika sekiranya semua ulama bersepakat bahawa hadith-hadith tersebut adalah maudhu', beliau sekali-kali tidak akan meriwayatkannya."

Program Kuliah Oktober/November 2008



Dimaklumkan kepada semua pelayar blog yang tinggal di Seremban, Negeri Sembilan bahawa Program Kuliah Bahrul Maazi dan Muntakhab Ahadith akan bermula :

Selasa : Al Amin Tmn Rose Mewah Cempaka Fasa2 : 21,28 Okt 2008 4 ,11 Nov 2008

Sabtu : Kuliah Suboh Al Amin Tmn Rose Mewah Cempaka fasa 2 : 25 Okt, 1 dan 8 Nov 2008

Isnin : Tmn Sri Pagi 3 Nov 2008 / Surau Garden Home Fasa 3 : 10 Nov 2008

Khamis : Tmn Gadong Jaya 30 Okt 2008 / Tmn Cempaka Fasa 1 : 6 Nov 2008

Ahad : Kuliah Suboh Masjid Tmn Tuanku Puan Chik Bahau : 2 Nov 2008

Minta warwarkan kepada semua teman,insayaallah.

PENTING : Selepas tarikh 15 Nov 2008 sehingga 31 Dis 2008 semua kuliah dibatalkan kerana keluar 40 hari di Padang, Indonesia.

Friday, October 17, 2008

Thursday, October 16, 2008

Mengapa Nahi Mungkar Tidak Dilaksanakan : Jawapan II




Terjemahan jawapan dari Mufti Ebrahim Desai, Darul Ifta, Madrasah In'aamiyyah, Camperdown, South Africa.
http://islam.tc/askimam/view.php?q=6427)


Adalah menjadi harapan besar Hadhrat Moulana Ilyaas (RA) untuk menghidupkan kembali roh agama Allah Ta'ala yang suci murni. Atas maksud ini beliau telah mengenengahkan beberapa "Usools" yang di garib dari al-Qur'aan dan Hadith. Untuk mencapai maksud tersebut, beliau telah bersungguh-sungguh mengingatkan orangramai dari kalangan umat ini tentang kepentingan dan tanggungjawab Amr bil Ma'roof dan Nahy anil munkar.

Masalaah yang berlaku pada hari ini ialah kita telah menyalahtafsirkan maksud sebenar Nahy anil munkar. Nahy anil munkar bukan bermakna dengan keras, kasar, kuasa, kekuatan, senjata atau seumpamanya. Satu contoh yang mudah di sini memberi gambaran apa itu Nahy anil munkar sebenarnya. Di zaman Nabi
(Sallallaahu Alayhi Wasallam), seorang Badwi telah masuk ke Masjid-un-nabawiy dan mula membuang air kecil si satu sudut Masjid. Para Sahaabat (Radhiallaahu Anhum) segera bergegas untuk bertindak ke atasnya tetapi dilarang oleh Nabi (Sallallaahu Alayhi Wasallam).
Nabi (Sallallaahu Alayhi Wasallam) membiarkan dulu Badwi tadi selesai buang air kecil dan kemudiannya dengan penuh kasih sayang memanggil orang Badwi tersebut ke sisinya dan berkata-kata dengannya dengan lemah lembut sehingga Badwi itu faham akan kebersihan dan kesucian rumah Allah, dsb. Lihatlah bagaimana keburukan yang orang Badwi itu telah lakukan - kencing di hadapan Nabi (Sallallaahu Alayhi Wasallam) di dalam Masjid-un-Nabawiy. Walaupun sedemikian, perhatikan bagaimana Nabi (Sallallaahu Alayhi Wasallam) melaksanakan tugas Nahy anil munkar.
Hal inilah yang menjadi harapan tinggi Moulana Ilyas(RA). Dalam melaksanakan Amr bil Ma'roof sebagaimana yang dilakukan oleh saudara-saudara kita dalam jamaah tabligh, mereka memberi galakan kepada kita supaya memberi masa untuk keluar ke jalan Allah Ta'ala, supaya apabila kita berada dalam suasana agama yang betul, di dalam masjid, barulah kita dapat menilai akan kepentingan usaha agama dan memahami kesan-kesan buruk dalam menjalani kehidupan bermaksiat dan engkar.

Dan Allah Ta'ala jualah yang Maha Mengetahui.

Wednesday, October 15, 2008

Soalan: Mengapa Nahi Mungkar tidak dilaksanakan?




Jawapan 1:

Jawapan dari tulisan Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairy, Guru Besar di Masjid Nabawy dan Universiti Islam Madinah Al-Munawwarah, Saudi Arabia, dalam buku 'Menyingkap tabir kesalahfahaman terhadap Jamaah Tabligh'

Mereka berkata: "Jama'ah Tabligh tidak mencegah dari kemungkaran dan tidak menyuruh kepada kebaikan dengan cara yang benar".

Kami katakan :
"Sebagaimana yang telah kami terangkan sebelum ini bahwa tidak termasuk dalam tatacara Jama'ah Tabligh pengingkaran terhadap pemilik/pelaku kemungkaran.

Hal ini disebabkan oleh:

1. Pengingkaran terhadap pelaku kemungkaran dalarn masyarakat yang dipenuhi oleh kebodohan dan kefasikan, tidak menghasilkan manfaat sedikitpun. Ini adalah suatu kenyataan yang tidak dapat diingkari oleh orang yang memiliki kefahaman tentang keadaan ummat (saat ini).

2. Mereka mengganti pengingkaran kemungkaran dengan ucapan, dengan menghijrahkan pelaku kemungkaran dan menjauhkannya dari lingkungan yang rusak dan meletakkannya ditengah para pendidik yang bijak yang mengobatinya dengan perbuatan dan perkataan yang baik. Tidak lama kemudian dia akan meninggalkan dan mengingkari kemungkaran itu. Cara ini lebih bermanfaat daripada ucapan ucapan yang disampalkan dari atas mimbar atau di majlis talim sementara orang orang dalam keadaan lengah. Dan yang perlu perlu dipertanyakan : Orang orang yang mengingkari Jama’ah Tabligh dalam nahi mungkar, apakah mereka telah benar benar mencegah kemungkaran? Jawabannya mudah diketahui dan kenyataan (di lapangan) menjadi saksi. Kita harus banyak istighfar karena kita telah meninggalkan kewaj'iban amar ma'ruf nahi mungkar. Keadaan orang yang memburukkan Jama'ah Tabligh karena meninggalkan nahi mungkar, sedang ia sendiri tidak melaksanakannya, tidak ubah seperti apa yang diungkapkan oleh seorang penyair: “Janganlah melarang (seseorang) dari melakukan suatu perbuatan sedang engkau sendiri melakukannya. Kalau engkau berbuat yang demikian, itu merupakan aib yang besar pada dirimu”

Monday, October 13, 2008

Doa Maulana Saad


Ya Allah Ampunkan Dosa-Dosa Kami
Ya Allah Tutupkanlah Kesalahan-Kesalahan Kami
Ya Allah Tukarkanlah Keburukan-Keburukan Kami Kepada Kebaikan-Kebaikan
Ya Allah Engkau Masukkan Hakikat Iman Dalam Hati Kami
Ya Allah Engkaukan Kurniakan Sifat-Sifat Iman Dalam Diri Kami
Ya Allah Engkau Kurniakan Pengikhtirafan Mu Pada Kami
Ya Allah Kurniakan Kami Hubungan Yang Khusus Dgn Zat Mu
Ya Allah Engkau Milik Kami Dan Kami Milikmu Ya Allah
Ya Allah Bantu Kami Dengan Amalan-Amalan Yang Engkau Redhai
Ya Allah Tetapkan Kami Dengan Amalan-Amalan Yang Engkau Redhai
Ya Allah Kurniakan Istiklas Dan Istiqamat
Ya Allah Engkau Satukan Umat Ini Dengan Usaha Dakwah
Ya Allah Engkau Jadikan Setiap Individu Umat Ini Daee Agama Mu
Ya Allah Kurniakanlah Kepedihan Atas Keruntuhan Agama Dalam Hati-Hati Umat Ini
Ya Allah Engkau Gunakan Setiap Kemampuan-Kemampuan Kami Dalam Kerja Agama
Ya Allah Engkau Gunakan Umat Ini Untuk Buat Pengorbanan Untuk Agama Mu
Ya Allah Engkau Kurniakan Hidayah Pada Seluruh Umat
Ya Allah Engkaulah Yang Satu-Satunya Yang Membuat Tarbiyah Hakiki Hanya Tarbiyahmulah Yang Hakikat Tarbiyah. Ya Allah Tarbiyahlah Umat Ini Dengan Sebaiknya
Ya Allah Engkau Kurniakan Kami Dgn Kehidupan Sunnah Nabi Saw
Ya Allah Engkau Hidupkan Kehidupan Sunnah Nabi Saw Pada Umat
Ya Allah Engkau Kurniakan Kebencian Dalam Hati Kami Cara Kehidupan Orang Kafir Dan Hidupkan Sunnah-Sunnah Dalam Diri Kami
Ya Allah Keluarkanlah Sifat Kehaiwanan Dan Tidak Berakhlak Dari Kami
Ya Allah Kurniakan Sifat Insaniyah Dalam Diri Kami
Ya Allah Tunjuklah Setiap Individu Umat Ini
Ya Allah Amkan Hidayat Pada Seluruh Umat
Ya Allah Luaskanlah Jalan-Jalan Hidayat
Ya Allah Tutupkanlah Pintu-Pintu Bathil
Ya Allah Hancurkanlah Suara-Suara Bathil
Ya Allah Engkau Gagalkanlah Rancangan-Rancangan Bathil
Ya Allah Peliharalah Usaha-Usaha Agama Ini, Rakan-Rakan Usaha Agama, Markas-Markas Usaha Agama, Masjid-Masjid Buat Usaha Agama, Madrasah-Madrasah Dan Semua Pergerakan-Pergerakan Agama Yang Haq
Ya Allah Bantulah Kami Dengan Setiap Langkah Kami
Ya Allah Tunjuklah Kami Dengan Setiap Langkah Kami
Ya Allah Kurniakan Taufik Untuk Buat Kebaikan-Kebaikan
Ya Allah Bantu Kami Dengan Usaha-Usaha Agama Yang Penting
Ya Allah Kurniakan Keampunan, Tutupkan Kesalahan-Kesalahan Kami, Mudahkanlah Kami .
Ya Allah Kurniakanlah Ihsan Mu Pada Kami.
Ya Allah Mudahkan Urusan Kami Dengan Fadhil Mu
Ya Allah Tanamkan Keyakinan Atas Nusrah Ghaibmu Dalam Hati Kami Dank Au Turunkan Nusrah Ghaibmu Pada Kami.
Ya Allah Dimana Perlunya Hujan, Engkau Turunkan Hujan Rahmatmu ( 3x )
Ya Allah Jangan Pandang Umat Ini Dengan Pandangan Murka Mu Lihatlah Umat Ini Dengan Pandangan Ihsan Mu
Ya Allah Jadikan Umat Ini Menyesal Atas Dosa-Dosa Yang Dilakukan Dan Kurniakan Umat Ini Taufik Untuk Bertaubat
Ya Allah Jangan Hindarkan Rahmat / Ihsan Mu Pada Umat Ini
Ya Allah Kasihanlah Dan Rahmatilah Umat Ini. Kau Turunkan Hujan Rahmatmu ( 3 X )
Ya Allah Keluarkanlah Harapan Dalam Hati Kami Pada Ghair, Kurniakan Kami Mtaufik Untuk Mengambil Manafaat Terus Dari Zat Mu
Ya Allah Keluarkanlah Yakin Salah Pada Makhluk Dalam Hati-Hati Kami Dan Tetapkan Kami Dalam Metaati Perintah-Perintah Mu
Ya Allah Pada Orang-Orang Yang Ada Masalah Hutang, Engkau Bantulah Mereka Dengan Pertolongan Ghaibmu Untuk Menyelesaikan Masalah Mereka.
Ya Allah Engkau Sembuhkanlah Orang-Orang Yang Sakit
Ya Allah Engkau Keluarkanlah Kelemahan-Kelemahan Zahir Dan Batin Kami
Ya Allah Engkau Kurniakanlah Kekuatan Zahir Dan Batin Kami
Ya Allah Pada Mereka Yang Ada Masalah Mahkamah Engkau Bebaskanlah Dari Masalah Mereka
Ya Allah Kurniakanlah Fikir Akhirat Dalam Hati-Hati Umat
Ya Allah Hapuskanlah Kelalaian Dalam Diri Kami
Ya Allah Kurniakanlah Fikir Akhirat Dalam Hati Kami
Ya Allah Dengan Ihsan Mu / Rahmat Mu Terimalah Doa Kami


( Ehsan Dari Teman Yang Pulang Khidmat Dua Bulan Di Markaz Nizamuddin )

LANGIT KIBLAT DOA BUKAN TEMPAT BAGI ALLAH.




Ketahuilah bahawa Allah ada tanpa memerlukan kepada tempat. Berdalilkan dengan firmanNya yang bermaksud : " Tiada sesuatupun menyerupai Allah". As-Syura ayat11.

Dan memadai dengan ketiadaan nas dari Al-Quran mahupun Al-Hadith Nabawi menetapkan tempat (makanun) bagi Allah maka ulama islam tidak menetapkan tempat bagi Allah.

Inilah kaedah manhaj ulama salaf sebenar yang tidak menetapkan tempat bagi Allah kerana perbuatan menetapkan tempat bagi Allah adalah menyamakan Allah dengan makhlukNya.

Berkata Imam At-Tohawi yang merupakan ulama salaf dalam kitabnya Aqidah At-Tohawiyah : "Sesiapa yang mensifatkan Allah dengan sifat-sifat manusia maka dia kafir".

Manakala sifat Maha Mendengar dan Maha Melihat merupakan sifat yang telah pun diwaridkan iaitu telahpun dinyatakan dalam Al-Quran, kita mengimaninya tanpa menyerupakan Allah dengan makhluk dan Allah bersifat Maha Mendengar tanpa anggota telinga dan Dia bersifat Maha Melihat tanpa bijik mata.
Ini kerana sekadar itu yang diwaridkan oleh nas Al-Quran sekadar itulah kita imani tanpa menetapkan sifat bertelinga mahupun sifat berbiji mata bagi Allah yang tidak dinyatakan oleh Allah sendiri.

Berkenaan firman Allah: "Ar-Rahman 'alal Arasy Istawa" pula. Ayat ini kita imani tanpa menyamakankan Allah dengan makhlukNya dan tidak menetapkan tempat bagi Allah itu di atas arasy!. Ini kerana tidak disebut oleh Al-quran bahawa 'arasy itu tempat bagi Allah' dan sekadar itulah ayat itu kita imani, seperti mana masjid dinamakan sebagai 'rumah Allah' iainya tidak bererti Allah duduk dan tinggal didalam masjid! Allah tidak pernah pun menyatakan Dia duduk dan tinggal di dalam masjid walaupun dinamakannya sebagai 'Rumah Allah'.

Sekiranya akidah Allah Bertempat itu adalah benar maka lebih benar pembawa akidah hulul yang menetapkan bagi Allah itu berada dimana-mana tempat seperti didalam masjid, bukankah masjid itu rumah Allah?maka mengapa Dia perlu berada diluar rumahNya?, semestinya Dia berada dalam rumahNya samaada seketika mahupun selamanya...beginilah akan diperkatakan oleh pembawa ajaran sesat akidah hulul yg menetapkan tempat bagi Allah.

Dengan itu, akidah kita Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah pertengahan antara akidah Wahhabi yang menetapkan satu tempat bagi Allah iaitu bagi mereka di langit dan kekadang di atas arasy pula tempat Allah bagi mereka, dengan akidah hulul yang menetapkan zat Allah di mana-mana, maka akidah Ahlu Sunnah tengah-tengah antara kedua-dua tadi iaitu tidak menetapkan tempat bagi Allah, samaada di atas langit, atas arasy tempatNya mahupun di mana-mana..kita tidak menetapkan bagi Allah sedemikian.

Angkat Tangan Ke Langit.

Ketahuilah bahawa mengangkat tangan ke arah langit ketika berdoa tidaklah bererti Allah berada dilangit dan tidak juga bererti Allah berada diatas arasy seperti mana kita menunaikan solat yang merupakan peribadatan utama kita kepada Allah, kita menghadap ke arah ka'bah ianya tidak bererti Allah berada di ka'bah.

Islam dan ulama islam dikalangan salaf dan khalaf menyatakan tujuan mengangkat tangan ke arah langit ketika berdoa adalah merupakan kiblat doa(samaada telapak tangan itu sebelah dalamnya atau sebelah luarnya diangkat ke langit).

Akan tetapi ini tidak bermakna sekiranya seseorang itu berdoa kepada Allah tanpa mengangkat tangannya ke arah langit maka doanya terbatal.

Mari kita lihat kenyataan ulama Ahli hadith iaitu Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitab masyhur beliau berjudul Fathul Bari,jilid 2, m/s 233, cetakan Dar Ma'rifah Beirut :

"السماء قِبْلة الدعاء كما أن الكعبة قِبْلة الصلاة" اهـ.

Katanya: Langit merupakan kiblat bagi doa sepertimana ka'bah kiblat bagi solat.

Disana ada ribuan kenyataan ulama islam dikalangan salafnya mahupun khalafnya serta ulama fekah mahupun akidah mengatakan bahawa langit merupakan kiblat bagi berdoa dan BUKAN TEMPAT BAGI ALLAH.

Boleh dirujuk seperti dibawah:
Kata Imam Mulla Ali Qori pensyarah kitab Fiqhul Akbar oleh Imam Abu Hanifah:

وقال الشيخ مُلاّ علي القاري الحنفي (1014هـ) في كتابه "شرح الفقه الأكبر" ما نصه :"السماء قِبْلة الدعاء بمعنى أنها محل نزول الرحمة التي هي سبب أنواع النعمة، وهو مُوجِب دفع أصناف النقمة... وذكر الشيخ أبو معين النسفي إمام هذا الفن في "التمهيد" له من أن المحقّقين قرّروا أن رفع الأيدي إلى السماء في حال الدعاء تعبّد محض" اهـ.

Berkata Imam Al-Bayadhy bermazhab Hanafiyah:
5ـ وقال العلاّمة البَياضي الحنفي (1098هـ) في كتابه "إشارات المرام" ما نصه: "رفع الأيدي عند الدعاء إلى جهة السماء ليس لكونه تعالى فوق السموات العُلى بل لكونها قِبلة الدعاء، إذ منها يتوقع الخيرات ويستنزل البركات لقوله تعالى:{وفي السماء رزقكم وما توعدون} [سورة الذاريات/22] مع الإشارة إلى اتصافه تعالى بنعوت الجلال وصفات الكبرياء، وكونه تعالى فوق عباده بالقهر والاستيلاء" اهـ.

Berkata ulama Hadith al-Hafiz Muhaamd Murtadho Az-Zabidy pensyarah kitab Ihya Ulumuddin oleh Al-Ghazali:
ـ وقال الحافظ الفقيه اللُّغوي السيد محمد مرتضى الزَّبِيدي الحنفي (1205هـ) ما نصه :"وإنما اختُصَّت السماء برفع الأيدي إليها عند الدعاء لأنها جُعِلَت قِبْلة الأدعية كما أن الكعبة جُعِلَت قِبْلة للمصلي يستقبلها في الصلاة، ولا يقال إن الله تعالى في جهة الكعبة" اهـ.

ـ وقال أيضًا :"فأما رفع الأيدي عند السؤال والدعاء إلى جهة السماء فهو لأنها قِبلة الدعاء كما أن البيت قِبلة الصلاة يُسْتقبَل بالصدر

والوجه، والمعبودُ بالصلاة والمقصودُ بالدعاء ـ وهو الله تعالى ـ منزه عن الحلول بالبيت والسماء؛ وقد أشار النسفي أيضًا فقال: ورفع الأيدي والوجوه عند الدعاء تعبُّد محض كالتوجّه إلى الكعبة في الصلاة، فالسماء قِبْلة الدعاء كالبيت قِبْلة الصلاة" اهـ.

ـ قال العلامة المحدث الشيخ عبد الله الهرري المعروف بالحبشي في كتابه "إظهار العقيدة السُنيَّة" ما نصه :"ورفعُ الأيدي والوجوه إلى السماء عند الدعاء تعبُّدٌ مَحْضٌ كالتوجّه إلى الكعبة في الصلاة، فالسماء قِبْلة الدعاء كالبيت الذي هو قِبْلة الصلاة" اهـ.

Al-Quran dan Hadith Nabi tidak pernah menyatakan tujuan kita mengangkat tangan ke arah langit ketika berdoa itu adalah kerana Allah berada dilangit. Wallahi tidak pernah!

Sekiranya tujuan mengangkat tangan ke arah langit ketika berdoa itu adalah Allah berada dilangit, sudah tentu Allah dan RasulNya menyatakan terdahulu. tetapi Allah dan RasulNya tidak menyatakan sedemikian bahkan para alim ulama menafikan langit itu tempat bagi Allah maka kami menyatakan Allah wujud tanpa memerlukan kepada tempat dilangit mahupun di atas arasy.

( Dari ehsan Abu Syafiq )

Friday, October 10, 2008

Kenagan Di Ijtimak Bangkok dan Jakarta




Kenapa Berdakwah Kepada Orang-Orang Muslim

Soalan: Kepada siapa Jamaah Tabligh patut berjumpa (untuk berdakwah dan bertabligh), kepada orang2 Islam atau bukan Islam? Mengapa?

Jawapan:
Oleh Mufti Ebrahim Desai, Darul Ifta, Madrasah In'aamiyyah, Camperdown, South Africa.

Allah Taãla berfirman bahawa sesatunya sebab Ummah ini diberi gelaran Ummah Terbaik adalah amalan mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.

Nabi (Sallallaahu Álayhi Wasallam) bersabda, “Sesiapa antara kamu yang melihat kemungkaran hendaklah dia mengubah dengan tangannya. Sekiranya dia tidak mampu hendaklah dia mengubah dengan lidahnya dan kalau itupun dia tidak mampu maka hendaklah dia mengubahnya dengan hatinya. Yang sedemikian itu adalah iman yang selemah-lemahnya. (Mishkãt)

Hadhrat Nuúmaan bin Basheer (Radhiallaahu Ánhu) meriwayatkan bahawa Rasulullah (Sallallaahu Álayhi Wasallam) bersabda, “Perumpamaan orang yang mentaati hukum-ahkam Allah Ta’ala dan orang yang melanggarinya adalah seperti satu kaum yang telah mencabut undi untuk menentukan tempat dalam sebuah kapal. Sebahagian daripada mereka telah mendapat tempat di bahagian atas dan sebahagian lagi di bahagian bawah. Apabila orang di bawah memerlukan air, mereka terpaksa pergi ke atas. Lalu sebahagian mereka mereka merancang, “Jika kita lubangkan bahagian kita ini maka kita tidak perlu menyusahkan mereka yang di atas. Sekiranya orang yang di atas membiarkan (kejahilan) mereka maka kesemua mereka akan karam. Sekiranya mereka memegang tangan-tangan (mencegah) orang di bawah maka mereka semua (samada yang di atas mahupun yang di bawah) akan selamat.” (Mishkãt Jilid 2 m/s 436)


Begitulah, orangramai tidak mencegah kemungkaran dan dosa terbuka dalam masyarakat, maka seluruh masyarakat, yang baik atau yang jahat, sama-sama akan binasa.

Hadhrat Abu Hurayra (Radhiallaahu Ánhu) meriwayatkan bahawa Rasulullah (Sallallaahu Álayhi Wasallam) bersabda, “Ajaklah kepada kebaikan dan cegahlah kemungkaran sebelum Allah mendatangkan azab yang akan membinasakan semua orang.” (Ibid).

Petikan ayat al-Quran dan Ahadith di atas sudah menjelaskan bahawa mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran adalah perintah Allah dan RasulNya. Setiap orang mesti melaksanakan hukum Allah tersebut. Semua para Ambiya’ (Álayhimus salaam) telah menjalankan tanggungjawab tersebut. Para sahabah (Radhiallaahu Ánhum) juga telah menggunakan seluruh hidup mereka dalam menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Memandangkan tiada lagi Nabi yang akan diutuskan, maka setiap orang dari umat Rasulullah (Sallallaahu Álayhi Wasallam) adalah pembantu kepada Rasulullah dan setiap orang dari umat ini perlu menjalankan tugas dan tanggungjawab tersebut. Mereka dalam Jamaat Tabligh mengorbankan masa, harta dan diri mereka dengan kesusahan dan mujahadah untuk keluar ke jalan Allah, bagi melaksanakan sunnah para Ambiya’ ini, iaitu menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.

Berkenaan Jamaah Tabligh, saya berpendapat mereka sedang melaksanakan perintah dan hukum Allah Ta’ala dan memenuhi keperluan Shariah. Jamaah ini menyeru kepada kehidupan sunnah dan mematuhi Shariah. Maksud seseorang bergandingan dalam usaha yang mulia ini adalah, pertamanya, untuk mengislah diri sendiri dan menyelamatkan manusia dari neraka jahannam. Keberkesanan besar yang telah dicapai oleh Jamaah Tabligh adalah terutamanya oleh usaha mewujudkan enam perkara yang mengarahkan kepada kesucian nafsu dan keyakinan Tauhid.

Istilah, 'Tashkeel' (yang biasa digunakan dalam Jamaah Tabligh), bermaksud menyeru orang ramai kaum Muslimin untuk memberi masa mereka, untuk keluar ke Jalan Allah bagi tujuan pengislahan diri dan membuat kerja dakwah dan tabligh dalam jangkamasa tertentu, seperti 3 hari, 10 hari, 15 hari, 40 hari, 4 bulan, 7 bulan, 1 tahun dsbnya. Jangkamasa tersebut bukan satu kemestian tapi ianya hanya dianjurkan seperti mana seseorang yang mengikuti kursus kecemasan (first aid), misalnya, dianjurkan untuk mengikuti kursus praktikal selama sebulan. Walaupun tidak bermakna yang dia terus akan jadi doktor pakar, sekurang-kurangnya dia tahu apa yang perlu dia lakukan semasa kecemasan. Begitu juga, seseorang yang keluar ke Jalan Allah selama 3 hari, atau 40 hari, atau 4 bulan dsbnya, bukan bermakna dia telah menjadi seorang yang ahli atau pakar dalam Shari’ah, tapi sekurang-kurangnya dia tahu apa kehendak-kehendak asas dalam Shari’ah. Lebih lama masa yang dia berikan untuk keluar ke Jalan Allah, lebih banyak dia akan belajar dan menyempurnakan dirinya sebagai seorang Mukmin. Jangkamasa keluar tersebut bukanlah kriteria yang diwajibkan mengikut Shari’ah..
Dan Allah Maha Mengetahui.

(Mufti Ebrahim Desai, FATWA DEPT, Jawapan No. 2611)

Thursday, October 9, 2008

Oh ! Dunia


Oh! Dunia

Wanita Tua Huduh Itu
Masih Lagi Menghias Diri

Dengan Solekan Yang Tidak Asli
Demi Menipu Lelaki
Yang Bernafsu Babi

Telah Banyak Yang Kecundang
Dari Dahulu Dan Pastinya Hingga Kini

Tetapi Tidak kepada Ali
Dan Sahabat Nabi
Serta yang Amali
Syariat Ilahi.


Hambali S
Tg. Balai Karimon
(Jmh 40h)

MENGAPA KELUAR 3HARI, 40HARI, 4BULAN


Para Sahabat Keluar ke Jalan Allah:

Sebanyak 150 jemaah telah dihantar dari Madinah dalam masa 10 tahun tersebut. Baginda s.a.w. sendiri telah menyertai 25 daripada jemaah-jemaah tersebut. Sebahagian jemaah tersebut terdiri daripada 10,000 orang, ada yang 1,000 orang, 500 orang, 300 orang, 15 orang, 7 orang dan sebagainya. Jemaah-jemaah ini ada yang keluar untuk 3 bulan, 2 bulan, 15 hari, 3 hari dan sebagainya. 125 jemaah lagi sebahagiannya terdiri daripada 1000 orang, 600 orang, 500 orang dan sebagainya dengan masa 6 bulan, 4 bulan dan sebagainya.

Sekiranya kita menghitung dengan teliti maka akan didapati purata masa yang diberikan oleh setiap sahabat untuk keluar ke jalan Allah dalam masa setahun ialah antara 6 hingga 7 bulan.
(Petikan Bayan Maulana Yusuf: USAHA RASULULLAH SAW DAN SAHABAT RA DALAM KEHIDUPAN MADINAH)

Sahabat keluar 5 tahun:

Pada tahun 627M satu rombongan sahabat-sahabat Nabi S.A.W yang diketuai oleh Wahab bin Abi Qabahah dikatakan telah mengunjungi Riau dan menetap selama 5 tahun di sana (sebelum pulang ke Madinah)
(dipetik dari kitab 'Wali Songo dengan perkembangan Islam di Nusantara', oleh Haji Abdul Halim Bashah, terbitan Al Kafilah Enterprise, Kelantan, 1996, m/s 79, bab 9, ISBN 983-99852-8-0)

Sahabat radiyalaahu anhum keluar 6 bulan:

Bara’ Radiyallahu 'anhu meriwayatkan bahawa Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam telah mengutus Khalid ibne-Walid Radiyallahu 'anhu kepada penduduk Yamen untuk mengajak mereka masuk Islam. Bara berkata: Aku juga termasuk dalam jamaah itu. Kami tinggal di sana selama 6 bulan. Khalid radiyalaahu anhu selalu mengajak mereka untuk masuk Islam, tetapi mereka menolak ajakannya. Kemudian Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam mengutus 'Ali ibne-Abi Talib Radiyallahu 'anhu ke sana dan memerintahkan kepada Khalid r.a. untuk kembali dengan seluruh jamaah kecuali salah seorang dari jamaah Khalid r.a. yang mahu menemani Ali r.a, maka ia boleh ikut serta dengan Ali r.a. Bara r.a berkata: Akulah yang menemani Ali r.a. selama di sana. Ketika kami betul-betul dekat dengan penduduk Yaman, maka mereka keluar dan dan dating kehadapan kami. Lalu Ali r.a. mengatur shaf mereka untuk mengerjakan solah dan Ali yang menjadi imam dalam solah kami. Selesai solah, Ali r.a membacakan isi surat Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam kepada mereka. Setelah mendengar isi surat Rasulullah sallalaahu alayhi wasalam itu maka seluruh Bani Hamdan masuk Islam. Kemudian Ali r.a. menulis surat kepada Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam yang isinya memberitahukan tentang ke-Islaman mereka kepada baginda. Setelah isi surat tersebut dibacakan kepada Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam, maka baginda langsung sujud syukur kepada Allah Swt. Setelah mengangkat kepala, baginda berdoa: Keselamatan bagi Bani Hamadan. Keselamatan bagi Bani Hamadan. (Bukhari, Baihaqi, Bidayah-wan-Nihayah)
(Dipetik dari kitab Muntakhab Ahadith, bab Dakwah dan Tabligh, hadith 108)
Keluar 4 bulan:

Ibn Juraij berkata: “Ada seseorang yang menceritakan kepada saya bahawa pada suatu malam ketika Umar radiyalaahu anhu sedang berkeliling (ghast) di sekitar lorong-lorong kota Madinah, tiba-tiba beliau mendengar seorang wanita sedang melantunkan sya’ir:

”Betapa panjang malam ini dan betapa gelap di sekelilingnya
Daku tidak boleh tidur kerana tiada yang tersayang yang boleh ku ajak bercumbu Andai bukan kerana takut berdosa kepada Allah yang tiada sesuatu pun dapat menyamaiNya Sudah pasti ranjang ini di goyang oleh yang lainnya

Ketika Umar r.a. mendengar sya’irnya itu, maka dia bertanya kepada wanita tersebut, “Apa yang terjadi padamu?” Wanita itu menjawab, “Saya sangat merindukan suami saya yang telah meninggalkan saya selama beberapa bulan.” Umar r.a. betanya, “Apakah kamu bermaksud melakukan hal yang buruk?” Wanita itu menjawab, “Saya berlindung kepada Allah.” Umar r.a. berkata, “Kuasailah dirimu! Sekarang saya akan mengutus orang untuk memanggil suami mu.”

Setelah itu Umar r.a. bertanya kepada anak perempuannya Hafsah r.anha, “Aku akan bertanya padamu mengenai sesuatu masalah yang membingungkan aku, mudah-mudahan kamu boleh memberi jalan keluar untukku. Berapa lama seorang wanita mampu menahan kerinduan ketika berpisah dari suaminya?” Mendengar pertanyaan itu, Hafsah r.anha menundukkan kepala merena merasa malu. Umar r.a. berkata, “ Sesungguhnya Allah tidak pernah merasa malu dalam hal kebaikan.” Hafsah menjawab sambil berisyarat dengan jari tangannya, “Tiga sampai empat bulan.” Kemudian Umar r.a. menulis surat kepada setiap amir (pimpinan) pasukan tentera Islam supaya tidak menahan anggota pasukannya lebih dari 4 bulan.” (Riwayat Abdur Razzaq dalam kitab Al-Kanz Jilidl VIII, m/s.308).

Ibnu 'Umar (Radiallahu'Anhu) mengatakan bahawa pada suatu malam Umar r.a. keluar (untuk melihat ehwal orangramai), tiba-tiba belaiu mendengar seorang wanita sedang bersya’ir:

Betapa panjang malam ini dan betapa gelap di sekelilingnya Aku tidak boleh tidur kerana tida yang tersayang yang boleh kuajak bercumbu. Kemudian Umar r.a. bertanya kepada Hafsah r.anha,
Berapa lama wanita dapat bertahan tidak bertemu dengan suaminya?” Hafsah r.anha menjawab, “Enam atau empat bulan.” Maka Umar r.a. berkata, “Untuk selanjutnya saya tidak akan menahan tentera lebih dari masa itu.” (Hr. Baihaqi dalam kitabnya jilid IX m/s 29) [seperti yang dipetik dari kitab Hayatus Sahabah, bab Al-Jihad]

Keluar 40 hari:

"Seorang lelaki telah datang kepada Saiyidina Umar ibnu Khattab r.a. maka Saiyidina Umar r.a. pun bertanya: Di manakah engkau berada? Dijawabnya: Saya berada di Ribat. Saiyidina Umar r.a. bertanya lagi: Berapa hari engkau berada di Ribat itu? Jawabnya tiga puluh hari. Maka berkata Saiyidina Umar r.a.: Mengapa kamu tidak cukupkan empat puluh hari? (Kanzul Ummal, Juzuk 2 muka surat 288, dipetik dari kitab 'Risalah ad Dakwah - Apa itu Dakwah Tabligh', susunan Hj. Abdul Samad Pondok Al Fusani Thailand, terbitan Perniagaan Darul Khair, 1988)

Keluar 3 Hari:

Daripada Ibnu Umar r.a. berkata: Nabi SAW telah memanggil Abdul Rahman bin Auf r.a. lalu bersabda: Siap sedialah kamu, maka sesungguhnya aku akan menghantar engkau bersama satu jama'ah maka menyebut ia akan hadis dan katanya: Maka keluarlah Abdul Rahman hingga berjumpa dengan para sahabatnya, maka berjalanlah mereka sehingga sampai ke suatu tempat pertama bernama Daumatul Jandal, maka manakala ia masuk ke kampung itu ia mendakwah orang-orang kampung itu kepada Islam selama tiga hari. Manakala sampai hari yang ketiga dapat Islamlah Asbagh bin Amru al Kalbi r.a. dan adalah ia dahulunya beragama Nasrani dan ia ketua di kampung itu.


(Hadith riwayat Darul Qutni, dipetik dari kitab 'Risalah ad Dakwah - Apa itu Dakwah Tabligh', susunan Hj. Abdul Samad Pondok Al Fusani Thailand, terbitan Perniagaan Darul Khair, 1988)

Fatwa Ulama:

Oleh Mufti Ebrahim Desai, Darul Ifta, Madrasah In'aamiyyah, Camperdown, South Africa.

Istilah, 'Tashkeel' (yang biasa digunakan dalam Jamaah Tabligh), bermaksud menyeru orang ramai kaum Muslimin untuk memberi masa mereka, untuk keluar ke Jalan Allah bagi tujuan pengislahan diri dan membuat kerja dakwah dan tabligh dalam jangkamasa tertentu, seperti 3 hari, 10 hari, 15 hari, 40 hari, 4 bulan, 7 bulan, 1 tahun dsbnya. Jangkamasa tersebut bukan satu kemestian tapi ianya hanya dianjurkan seperti mana seseorang yang mengikuti kursus kecemasan (first aid), misalnya, dianjurkan untuk mengikuti kursus praktikal selama sebulan. Walaupun tidak bermakna yang dia terus akan jadi doktor pakar, sekurang-kurangnya dia tahu apa yang perlu dia lakukan semasa kecemasan. Begitu juga, seseorang yang keluar ke Jalan Allah selama 3 hari, atau 40 hari, atau 4 bulan dsbnya, bukan bermakna dia telah menjadi seorang yang ahli atau pakar dalam Shari’ah, tapi sekurang-kurangnya dia tahu apa kehendak-kehendak asas dalam Shari’ah. Lebih lama masa yang dia berikan untuk keluar ke Jalan Allah, lebih banyak dia akan belajar dan menyempurnakan dirinya sebagai seorang Mukmin. Jangkamasa keluar tersebut bukanlah kriteria yang diwajibkan mengikut Shari’ah..
Dan Allah Maha Mengetahui.

(Mufti Ebrahim Desai, FATWA DEPT, Jawapan No. 2611, Askimam.com)

IMAM ABU HANIFAH TOLAK AKIDAH SESAT “ ALLAH BERSEMAYAM/DUDUK/BERTEMPAT ATAS ARASH

Demikian dibawah ini teks terjemahan nas Imam Abu Hanifah dalam hal tersebut ( Rujuk kitab asal sepertimana yang telah di scan di atas) : “ Berkata Imam Abu Hanifah: Dan kami ( ulama Islam ) mengakui bahawa Allah ta’al ber istawa atas Arasy tanpa Dia memerlukan kepada Arasy dan Dia tidak bertetap di atas Arasy, Dialah menjaga Arasy dan selain Arasy tanpa memerlukan Arasy, sekiranya dikatakan Allah memerlukan kepada yang lain sudah pasti Dia tidak mampu mencipta Allah ini dan tidak mampu mentadbirnya seperti jua makhluk-makhluk, kalaulah Allah memerlukan sifat duduk dan bertempat maka sebelum dicipta Arasy dimanakah Dia? Maha suci Allah dari yang demikian”.
Tamat terjemahan daripada kenyatan Imam Abu Hanifah dari kitab Wasiat beliau.

Amat jelas di atas bahawa akidah ulama Salaf sebenarnya yang telah dinyatakan oleh Imam Abu Hanifah adalah menafikan sifat bersemayam (duduk) Allah di atas Arasy.Kalaulah Allah memerlukan sifat duduk dan bertempat maka sebelum dicipta Arasy dimanakah Dia? Maha suci Allah dari yang demikian”

Allah Ta’ala ada tanpa diliputi oleh arah penjuru, adaNya tanpa bertempat tidak di arasy dan tidak di langit.

Rasulullah bersabda: “allahumma antaddhohirufalaisafauqoka syai wa antalbathinufalaisaduunaka syai”
Maknanya: “Engkau al zohir (setiap sesuatu menunjukan akan wujudNya), tidak ada sesuatu di atasMu, dan engkau Al Batin ( yang tidak dapat dibayangkan), tidak ada sesuatu dibawahMu”.H.R Muslim.

Jadi jikalau tidak ada sesuatu di atasNya dan di bawahNya bererti Allah tidak berada di tempat. Allah Ta’ala ada tanpa diliputi oleh arah penjuru, adaNya tanpa bertempat tidak di arasy dan tidak dilangit Boleh mentakwilkan ayat-ayat Al Quran dan hadis-hadis Nabi yang berbentuk mutasyabihat selagi mana takwil tersebut tidak bercanggah dengan Al Quran dan sejajar dengan bahasa arab
dalilnya :

Rasulullah berdoa kepada Ibnu Abbas dengan doa: "Ya Allah alimkanlah dia hikmah dan takwil Al quran" H.R Ibnu Majah.
(Sebahagian ulamak salaf termasuk Ibnu Abbas mentakwil ayat-ayat mutasyabihah)

Maknanya: "Istawa (استوى seperti yang Allah mensifatkan Zat-Nya, tidak boleh dikatakan bagaimana tentangnya (istawa), dan bagaimana mustahil bagi-Nya" Bagaimana (bentuk) adalah sifat makhluk dan antara sifat makhluk ialah duduk, mendiami, bertempat dan berpihak.

Kata-kata imam Syafei Makhluq Allah ada dua :
1. Benda (jism) atau benda yang bisa dipegang/memiliki volume ex : batu, air, manusia dsb
2. kaif (bagaimananya makhluq, bentuknya makhluq) Exp: duduk, berdiri,berbaring beranak, berlari, tidur, di atas, di bawah, disamping "INGAT ALLAH BERBEDA DGN MAKHLUQ" Jadi Salafi Wahabi Menyamakan Allah dengan Makhluk, Kaif (bentuk, Cara) adalah makhluk.

( Petikan dari Weside Sidogiri )
Antara Kota Jambi Dan Muara Bulian (II)

Kepingin Aku
Agar Kamu Persis “Ibadur Rahman”
Meredah Sahara
Mengharung Gelombang
Berdindingkan “Haunan”

Demi Ummat
Yang Diselaputi Tabir Gelap
Agar Terungkai Tabir Itu
Antaranya Dan Pencipta
Dengan Sulohan “Salama”

Pasti Di Sana Janji Yang Pasti
Hidup Dan Sesudahnya
Di Dalam Lembaran “Al-Furqan”

Hambali S
Kota Jambi (Jmh 40h)
ANTARA KOTA JAMBI DAN MUARA BULIAN ( 1 )

Perjalanan Ini
Kerinduan Mencengkam Hati
Teringat Busana
Yang Ku Tinggalkan
Demi Jalan Ilahi

Busana Pelindung Diri
Pemanas Dingin Malam
Peneduh Terik Mentari

Meski Pun Tidak Seperti Sidia Punya
Namun. . . . . . .
Tidak Pernah Lusoh
Tidak Pernah Koyak Berlubang
Tidak Hilang Harum

Akan Ku Pakai
Buat Penutup Diri
Buat Pemanas Dingin Malam
Buat Pelindung Terik Mentari

Sampai Bila-Bila
Hingga Ujung Usia

Hambali S
Kota Jambi (Jmh 40H)

Kalam Mukhaddimah



"Dan Berilah Peringatan Maka Sesungguhnya Peringatan Itu Memberi Menafaat Kepada Orang-Orang Mukmin".


Manusia atau "Annas" yang nama asal dari kalimah "Nasia" yang bermaksud lalai atau lupa. Atas dasar ini maka manusia memerlukan manusia yang lain bagi mengingat tatkala lalai atau terlupa. Kita memerlukan manusia sekeliling kita sebagai pengingat.Sebagai contoh isteri, anak-anak, kawan kenalan malah alam ini juga menjadi sebagai pengingat agar manusia teringat akan kehebatan dan keagungan Tuhan. Pengingat yang terbaik adalah Kalamullah dan kalamurrasul.


Kalamullah Al-Quran bukan sahaja pengingat terbaik tetapi sebagai sumber hidayat kepada manuasia dan pedoman dalam segala aspek kehidupan. Maka sesiapa yang mengambil Al-Quran sebagai pengingat maka pasti dia tidak akan terlalai. Pastinya setiap hari kita perlu membaca dan menghayati isi kandungan kalamullah ini.


Kalamurrasul Hadis dan Sunnah juga pengingat terbaik umat ini. Hati kita akan diketuk bila mendengar setiap sabdaan rasul yang mempunyai "Nur". Maka pasti bagi setiap manusia yang tidak mahu terlalai dan terlupa perlu mendengar,membaca menghayati dan bercakap atas kamurrasul ini.


Kemudian sesudah itu untuk menafaat kepada kita dan semua manusia agar tidak terlalai dan terlupa maka Islam telah meminta agar kita sering ingat memperingati. Sebagai contoh apabila manusia lalai dan lupa maka pastinya akan terjebak dengan amalan yang melalaikan serta masiat dan dosa. Maka ingat memperingati ini perlu dibuat yang mana dalam bahasa yang lain dahwah perlu dilaksanakan. Ketika bangsa arab di dalam kejahilan, dosa da maksiat, maka nabi diperintahkan untuk mengubah suasana kelalaian dan kejahilan tadi dengan bagun untuk memberi peringatan yakni dakwan kepada bangsa arab tadi. Hasilnya manusia dan suasana berubah dari kelalaian dan kejahilan kepada keimanan dan ketakwaan.
Oleh itu marilah kita kita sama ingat memperingati sesama kita agar kita tidak terlalai dan ianya juga akan merubah kehidupan peribadi, keluarga dan manusia sejagat. Insyaallah.












































LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin